♣PART 16

26.9K 1.4K 75
                                    

Selamat Membaca!

Maura akhirnya menjalani hari-harinya seperti biasa, tanpa ada pak Adam atau siapapun yang menganggunya. Sepertinya pria tua itu benar-benar menyerah atas dirinya. Itu bagus, toh Maura memang tak mengharapkan apapun dari hubungannya dengan pak Adam.

Brakk..

"Apa sih?"ketus Maura saat Amrita tiba-tiba datang kemudian melempar sebuah undangan.

"Pesta topeng."ucap Amrita lalu langsung beranjak menuju lemari pendingin di aparteman Maura.

"Pesta topeng? Zaman sudah semodern ini Masih saja ada yang namanya pesta topeng."gerutu Maura, namun ia tetap melihat undangannya.

"Di hotel."gumam Maura, pasalnya selama ia kuliah baru kali ini pesta kampusnya diadakan di hotel, biasanya juga di ballroom kampus.

Amrita kembali dengan botol minuman di tangannya.

"Dengar-dengar sih, pak Adam yang mau begitu. Lagipula pestanya juga di hotel keluarga pak Adam."ucap Amrita membuat Maura mendengus.

"Sorry, gue nggak hadir."ucap Maura ketus.

Amrita melotot lalu menunjukkan bagian bawah undangan.

"Bagi mahasiswa/i yang tidak hadir akan mendapatkan hukuman."beritahu Amrita membuat Maura kaget.

"Beneran? Kok aneh sih. Biasanya juga tidak begitu."ucap Maura heran.

Amrita mengangguk. "Benar, aneh banget. Apalagi katanya, pak Adam yang siapin semuanya."ucap Amrita membuat Maura memasang wajah berpikir, apa pak Adam sedang menyusun rencana lagi. Tapi sepertinya tidak mungkin, mengingat selama seminggu ini pak Adam sudah tidak menganggunya lagi.

"Ya sudah. Perginya bareng ya."ucap Maura yang dibalas anggukan oleh Amrita.

"Lo pakai gaun apa?"tanya Amrita sambil menggeser layar ponselnya.

"Ya gaun yang biasa."jawab Maura tanpa berpikir.

Amrita melotot. "Gila lo! Itu gaun sudah lo pakai puluhan kali, gue aja sampai hapal sama tuh gaun."

Maura bergidik. "Lagipula cuma lo yang hapal."

***

"Buruan!"desak Amrita membuat Maura mendengus namun tetap mencoba melangkah dengan cepat. Ini salah Amrita yang memaksanya untuk membeli gaun baru, dan lihat hasilnya, gaun merah dengan tali kecil sebagai penyangganya. Maura yakin kalau tali itu putus maka kelar juga hidupnya. Belum lagi bagian pinggang gaunnya yang sangat ketat dengan belahan panjang di bagian kanan gaunnya ke bawah, membuat paha mulusnya terekspos jelas, sejelas-jelasnya.

"Jangan ditutup!"tegur Amrita saat Maura berusaha menutup belahan gaunnya.

"Lah lo enak, gaunnya ketutup, lah gaun gue kenapa begini."protes Maura kesal.

"hehe Lo cantik!"puji Amrita membuat Maura mencubit lengan temannya itu, hingga Amrita meringis.

"Sudah. Kesana yuk!"ajak Amrita atau lebih tepatnya memaksa karena kini Maura sudah ditarik secara paksa  ketempat yang tadi temannya itu tunjuk.

Jodohku Duda TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang