Hari ini SMA Aji Kusuma 12 Bandung mengadakan acara pentas seni untuk memperingati hari Pendidikan yang jatuh setiap tanggal 2 mei.
El sebagai ketua panitia di acara pentas seni besok mulai memastikan dan mengecek apa yang harus diperbaiki. Saat El sedang berbicara dengan Ezra pandangannya jatuh ke satu gadis yang berada di ujung panggung pentas seni.
"Ezra, gue cabut bentar. Mau nyamperin Dae."
El kemudian menaruh kabel yang sudah ia rapikan dan berjalan mendekati Dae. Dae yang diam masih belum menyadari kedatangan El.
"Oy bocah, diem diem bae."
Dae spontan menaikkan kepalanya untuk melihat siapa yang meneriakinya bocah, seperkeian detik wajahnya berubah masam saat mengetahui itu El.
"Apasih..." jawab Dae, dia ingin marah tapi tidak bisa. Mulutnya seperti sulit untuk berbicara panjang pada orang orang.
"Judes amat buset, mau ngapain lo kesini. Nyamperin gue kan, ngaku lo." Tuduh El ke Dae membuat Dae semakin kesal.
"Gajelas, Aku balik kekelas." Dae akhirnya memutuskan kembali kekelas, Dae memang kesal dengan El tapi bukan itu alasannya untuk memilih balik kekelas. Dae ingin balik kekelas karena tidak nyaman terhadap pandangan siswa lain yang mengarah ke El dan dirinya.
"Dih, gitu aja ngambek. PMS Lu ya." El menarik tangan Dae yang sudah berbalik untuk berjalan kembali kekelas.
Dae lagi lagi dibuat kesal oleh El. El tidak paham apa yang Dae rasakan sekarang, dipandang dan berada di tengah tengah banyak orang membuatnya sangat risih apalagi jika harus ditatap seakan Dae adalah maling yang tertangkap basah.
"Lepasin tangan Aku El, aku mau kekelas."
El dari tadi tau bahwa Dae sudah tidak tahan dilihat banyak orang disini, tapi El masih ingin menjaili Dae.
"kalo gue enggak mau ngelepasin tangan lo gimana?"
Dae diam, tapi tangannya bergerak cepat melepaskan tangan El. Setelah terlepas dia memandang El sekilas terlihat matanya sudah berkaca - kaca kemudian Dae lari meninggalkan El.
🕊️🕊️🕊️
Disinilah Dae sekarang ditaman belakang sekolah, tempat favoritennya untuk hanya sekedar duduk atau mengembalikkan mood nya.
Dae tak habis pikir dengan apa yang dilakukan El tadi, dia sangat malu karena menjadi pusat perhatian.
"Seharusnya aku tadi enggak nunggu Quenby latihan disitu, biar enggak ketemu El." Gerutu Dae yang bisa didengar oleh El yang berdiri sudah di belakang tempat duduk Dae.
Dae kemudian mengambil buku binder yang selalu dia bawa kemana pun. Dae mulai menulis lattering diatas kertas putih dengan brush pen tombow warna hitam.
I can't be like them ( Aku tidak bisa seperti mereka.)
Dae membuat semacam quetos pendek di buku bindernya, dia tidak bisa dan tidak akan pernah seperti mereka. Hidup Dae hanya ada dia, keluarga, buku binder kesayangannya dan Quenby sahabatnya. Didalam hidupnya hanya ada mereka tidak ada yang lain.
El yang sedari tadi menunggu dibelakang Dae paham bahwa Dae bukan seperti gadis gadis SMA yang menyukai keramaian.
"Disini kata Ezra banyak setannya. Lo malah sendirian kesini nyempil kayak upil." El mengambil duduk disamping Dae yang sekarang kaget bukan main melihat El ada disampingnya.
Dae tidak mau mendengar apa kata El, dia buru - buru berdiri untuk meninggalkan El disana.
"Banyak orang kesurupan disini." Ucap El lagi saat Dae sudah berdiri dan mulai berjalan meninggalkan El. Dae yang mendengar pernyataan El merinding kenapa dia baru tau sekarang.
"Aku mau balik..."
Dae sudah mulai menjauhi El yang masih duduk disana, pikiran dan mulutnya selalu berkerja sama. Dae berpikir untuk membaca semua surah surah Alquran yang dia hafal sedangkan mulutnya berkomat kamit membacanya.
"HAHAHA... HAHAHA..."
Dae semakin merinding mendengar El yang tiba - tiba tertawa. Dae ingin lari tapi kakinya terlanjur lemah, dia sekarang benar benar takut.
Dae memberikan diri membalik badan melihat El disana, benar El tertawa sendirian. Dae panik, takut, dan bingung harus bagaimana. Apa iya dia harus mendekati El sekarang.
Pikiran Dae mulai berkerja cepat dan kakinya mulai mendekati El dengan badan yang sudah bergetar.
Dae yang sudah dekat dengan El kemudian menaruh tangannya diatas kepala El.
"Saha eta! Saha maneh!"
Dae mengucapkan bahasa yang tidak dia pahami, tapi Dae sering melihat Di TV setiap orang yang kesurupan pasti dibacakan seperti itu.El sangat terkejut dan sedetik kemudian tawanya pecah. Dae benar - benar mengira dirinya keserupan dan apa tadi yang dibaca Dae lucu sekali.
"Ya Allaah Dae mohon, keluarin setan yang ada di tubuh El. Dae emang sebel sama El tapi ga usah diazab gini Ya Allaah." Ucap Dae sambil menengadahkan tangan dengan kepalanya menghadap ke langit.
"Eh buset, dikata gue anak durhaka apa sampe kena azab." El menarik tangan Dae yang masih menengadah agar turun.
Dae yang baru sadar dirinya dibohongi menatap El berang. Dae tidak habis pikir kenapa El selalu mengerjainya.
"El! Ngeselin banget sih!" Dae memukul lengan El dengan buku bindernya.
"Aduh... Aduh... Sakit mbul ah. Kdrt nih." El menahan binder yang hampir mengenai lengannya lagi.
"Apasih panggil mbul mbul, namaku Cyra Dae tau." Dae semakin tidak suka saat dirinya dipanggil mbul oleh El ya kalau dia gendut atau minimal tembem, tapi gendut atau tembem belum bisa dimiliki Dae.
"Oh ngajak kenalan, ya udah kenalin nih gue. Cowok ganteng, kece, taat ibadah, imam-able. Azriel Costela Taamir." El mengulurkan tangannya ke Dae.
"Enggak jelas banget sih..." Dae memukul tangan El dan berlari meninggalkan El disana.
🕊️🕊️🕊️
Aku greget banget pengen nyobain genre ini, gimana ni, Lanjut ga?
Ini baru prolog ya, jadi woless gaess.
See you next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Girl
Teen FictionHai, aku Dae. Lengkapnya Cyra Dae, arti namaku adalah bulan yang terhebat. Tapi jika kalian berpikir aku seperti bad girl, big no! Aku bukan seperti apa yang ada dipikiran kalian. Namaku memang berarti bulan tapi bukan berarti aku dapat bersinar ter...