Hiruk Pikuk Penderitaan

2 0 0
                                    

Jiwaku menangis ringkik dalam do'a.
Ragaku terpasung lemah dalam kenyataan.
Mulutku terbungkam suram kekhawatiran.
Hiruk pikuk do'a semoga tak bosan didengar Tuhan.
Takkan kubiarkan anggur dalam cawan menjadi darah yang menodai.
Walau itu usaha yang kulakukan dalam kesendirian.
Saat ini yang kukhawatirkan
Mampukah kesetiaan memecahkan suram dalam ingatan?
Mampukah kesejatian menemaniku dalam kiasan?
Mampukah keikhlasan berada tetap abadi dalam keyakinan?
Itu semua hampir terjawab, tapi tak jarang terjawab bersibak noda.
Seberkas cahaya tak cukup untukku menembus kegelapan.
Secarik kain tak cukup memberi kehangatan badan.
Darah kental yang kuanyam menjadi cadangan pengorbanan.
Dalam rentetan permusuhan mengapa aku terjangkit pelampiasan?
Dalam tetesan perdamaian aku pun rela jika hanya menjadi cawan.
Kuharap dikau mengerti manusia dalam do'aku.
Hanya Rabbi yang menjadi penguatku.


Dimas Haryo:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Haryo's PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang