KHO PING HOO - BU KEK SIANSU
Kaisar pertama yang bertahta di Kerajaan Ceng-tiauw, yaitu kerajaan penjajah Mancu yang menguasai Tiongkok, merupakan kaisar yang sampai puluhan tahun dapat mempertahankan kedudukannya, mengatasi banyak pemberontakan dan perebutan kekuasaan. Kaisar tua ini mulai bertahta dalam tahun 1663 dan dapat mempertahankan kedudukannya ini selama lima puluh sembilan tahun!
Pada awal tahun 1700 terjadilah pemberontakan dua orang pangeran kakak beradik, yaitu Pangeran Liong Bin Ong dan Pangeran Liong Khi Ong, adik-adik tiri kaisar pertama itu, ialah Kaisar Kang Hsi.
Dua orang pangeran yang mencoba untuk berkhianat terhadap kaisar itu melakukan pemberontakan yang nyaris menggulingkan kedudukan kaisar, atau sedikitnya telah menggegerkan kota raja. Akan tetapi akhirnya berkat bantuan para menteri dan panglima yang setia, apalagi karena bantuan Puteri Milana yang terkenal gagah perkasa dan pandai, pemberontakan itu dapat digagalkan, bahkan dua orang pangeran pengkhianat itu dapat ditewaskan.
Akan tetapi, pemberontakan ini dengan segala akibatnya menggores hati kaisar yang sudah tua itu, karena, pertama dia merasa kecewa dan terkejut melihat kenyataan betapa dua orang adik tiri yang dipercayanya itu betul-betul melakukan pemberontakan terhadapnya. Ke dua, melihat bahwa dia terpaksa membiarkan dua orang adiknya itu tewas. Dan ke tiga, perpecahan-perpecahan yang diakibatkan oleh pemberontakan itu diantara ponggawa dan pembantunya.
Lima tahun telah lewat sejak pemberontakan itu dapat ditumpas. Namun, biarpun pemberontakan telah dipadamkan dan dua orang pangeran tua itu telah tewas, peristiwa yang mengakibatkan perpecahan di kalangan atas, dan mengakibatkan timbulnya sikap curiga-mencurigai di antara mereka, mempunyai pengaruh besar terhadap para pembesar atasan yang mempengaruhi pula para anak buah mereka dan terasa pula ketegangan-ketegangan yang timbul di antara kelompok satu dan kelompok lain sehingga rakyat pun merasa gelisah.
Peristiwa itu banyak mengurangi kedaulatan dan wibawa Kaisar Kang Hsi.Kaisar tua itu tidak kuat lagi mengendalikan kemudi pemerintahannya yang dilanda gelombang perpecahan itu. Banyak raja-raja muda, gubernur-gubernur dan panglima-panglima komandan barisan di perbatasan yang menguasai daerah propinsi yang jauh letaknya dari kota raja, sedikit demi sedikit dan secara halus tidak menyolok mulai memisahkan diri dari pusat.
Mereka itu masing-masing menyusun kekuatan dan berusaha mengatur daerah kekuasaan masing-masing seperti seorang raja. Semua hasil pemungutan pajak dan lain-lain mereka simpan sendiri, dan kalau pun sebagai basa-basi mereka masih mengirimkan hasil daerah mereka ke kota raja, maka yang dikirim itu tidak ada artinya dibandingkan dengan hasil yang masuk.
Tentu saja tidak semua pembesar bersikap demikian. Banyak pula yang semenjak semula berpihak kepada kaisar, masih merupakan pembesar yang setia. Oleh karena itu timbullah pertentangan diam-diam antara para pembesar dan pertentangan ini tentu saja menimbulkan keadaan yang kacau dan tidak aman.
Biarpun dari pusat sendiri tidak atau belum ada tindakan apa-apa, namun antara para pembesar yang setia kepada kaisar dan yang hendak memisahkan diri, terdapat pertentangan baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan sehingga sering pula terjadi pertempuran-pertempuran kecil antara pembesar yang mempertahankan daerah kekuasaannya masing-masing hanya karena urusan perairan, urusan perdagangan dan lain-lain.
Semua bentuk permusuhan, baik dimulai dari permusuhan perorangan sampai kepada perang dunia, adalah pencetusan dari sifat mementingkan diri pribadi dan manusia.
Sifat mementingkan diri pribadi ini yang didorong oleh keinginan mengejar kesenangan, menimbulkan ambisi-ambisi pribadi dan dalam pengejaran ambisi-ambisi pribadi inilah terjadi kekerasan, saling menjegal, saling merobohkan dan saling membunuh demi mencapai ambisi pribadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH SEPASANG RAJAWALI
AdventureJodoh Sepasang Rajawali Serial Bukek Sian Su ke 10 Karya Kho Ping Hoo Lanjutan dari cerita "Kisah Sepasang Rajawali"