01

2.4K 204 9
                                    

Happy Reading !!

🌳

Hinata tidak melihatnya sebagai sosok yang lebih menarik dari sosok lelaki lainnya.
Tapi untuk alasan yang tidak bisa dikatakannya, Hinata  bisa melihat jika lelaki itu adalah sosok terbaik yang pernah dimilikinya.
Wajahnya tidak lebih tampan dari sosok lainnya, tapi lelaki itu manis sekali.
Tatapannya tidak lebih teduh dari daun dedalu yang menghalangi dari cahaya matahari, tapi Hinata tau jika sosok itu memiliki sisi magis dalam mata sewarna kopi yang menatapnya dengan pandangan penuh cinta.
Hinata tidak akan mengatakan jika lelaki itu adalah sosok terbaik dalam hidupnya, tapi lelaki itu adalah sosok yang hangat saat memeluknya.
Ciumannya membuat Hinata merasa hidup, pelukan yang menghangatkan tubuh dinginnya, dan sepasang tangan yang begitu siap merengkuhnya kapanpun.
Lelaki itu adalah bagian sempurna yang diinginkannya.

Hinata tidak memujanya, tapi lelaki itu yang sangat mendamba akan sosoknya.
Hinata tidak harus merasa khawatir dengan banyak hal, karena lelaki itu yang akan dengan mudah melakukan banyak hal untuknya.
Tapi, Hinata tidak mau hanya menerima, ia juga ingin memberikan sesuatu untuk lelaki yang telah mempersembahkan hidupnya demi Hinata.
Mereka bisa sama-sama belajar untuk memberi dan menerima, karena Hinata tidak berpengalaman melakukannya.
Untuk sebuah alasan yang telah disepakati, Hinata akan mencintainya seumur hidup, dan lelaki itu tidak akan melepaskannya.

"Shika-kun, apa yang kau inginkan dariku ?"

Musim dingin dua tahun yang lalu, saat Hinata menanyakannya dengan wajah berseri dan tatapan hangat yang seolah mampu melelehkan salju.

"Dirimu. Hanya diriku seutuhnya."

Dan lelaki itu menjawabnya dengan begitu lugas mengenai apa yang diinginkan dan apa yang tidak diinginkan.
Hinata merasa senang untuk sesuatu, hingga membuatnya tersenyum tanpa sadar.
Meringsek untuk semakin erat memeluk sosok Shikamaru yang kini membalas senyumannya.

"Hnn .. kau boleh memilikinya." Katanya dengan suara tenang, dalam kehangatan yang berangsur melalui pelukannya.
Hinata mencintainya, meski lelaki itu tidak terlalu menyukai kata cinta dan sejenisnya.

"Aku sudah memilikinya." Bahkan bisikannya saja sudah berhasil membuat Hinata merona, bersembunyi diantara dada bidang lelaki yang kini menjadi suaminya, sejak sebulan yang lalu.

Namanya adalah Hyuuga Hinata, sebelum diubah menjadi Hinata Nara oleh suaminya.
Shikamaru bukan lelaki sempurna yang akan melamarnya dengan kalimat puitis para pujangga, lengkap dengan banyak bunga sebagai wujud atas perlambangan cinta.
Tidak. Lelaki itu bukan tipe yang senang direpotkan dengan banyak hal mendrama seperti itu.
Shikamaru memiliki caranya sendiri, yang membuat Hinata merasa yakin jika lelaki itu adalah calon suami paling potensial yang bisa didapatkannya, yang bisa diterimanya dengan lapang dada.
Shikamaru hanya mengatakan dengan serius, bahwa ia akan menikahi Hinata.
Lengkap dengan cincin minimalis yang sekarang terlihat begitu sempurna di jari manisnya.

"Shika-kun, kenapa kau mau menikah denganku ?"

"Dan kenapa, kau mau menikah denganku juga ?"

Pertanyaan dijawab pertanyaan, kebiasaan yang seringkali mereka lakukan selama ini.
Shikamaru tidak pernah memberinya jawaban yang benar, karena lelaki itu akan memberinya pertanyaan serupa.
Seperti apa dibalas apa, jika tidak ada yang bisa memberi jawabannya, maka pertanyaan itu hanya akan berakhir dengan kenapa.

"Karena .. kau satu-satunya yang melamarku." Jawaban yang tidak masuk akal dan tentu saja itu tidak benar.

Shikamaru terkekeh dengan wajah geli, menyamankan posisi sambil mengecup kening Hinata dengan lembut.

"Lalu, bagaimana dengan lamaran Uchiha Shisui yang kau tolak ? Dan lelaki sebelum itu ?"

Hinata menggeleng, wajahnya merengut dengan lucu saat Shikamaru menyinggung lagi tentang masalalunya.

"Mereka tidak serius." Jawabnya dengan suara yakin.

Hinata menolak lamaran dari Uchiha Shisui, putra kedua dari keluarga konglomerat Uchiha.
Alasan yang paling mudah dikatakannya adalah, karena Hinata tidak mengenalnya.
Uchiha Shisui, bukan orang asing yang pernah ditemuinya, tapi lelaki itu juga bukan termasuk orang yang dikenalnya.
Hinata tidak menginginkannya sebagai suami, karena ia tidak mau hidup bersama dengan lelaki yang tidak mengenalnya dengan baik.

"Baiklah. Sekarang tidurlah, ini akan merepotkan jika kau mulai membahas ke ranah masalalu."

"Bagaimana dengan Sabaku Temari ?"  Hinata ingin tau tentang sosok dewasa yang pernah menjadi bagian penting dari hidup suaminya.

"Hinata .." kalimat penuh penekanan dengan aksen lembut, meminta agar Hinata tidak meneruskan bahasan apapun yang bisa menyulut sesuatu.

"Hmm .. baiklah." Sahutnya dengan wajah menurut.

Hinata tau jika suaminya tidak nyaman dengan bahasan mengenai masalalunya, dan Hinata yang penasaran malah ingin membahasnya.
Sabaku Temari, bukan orang asing yang bisa dilupakannya begitu saja, mantan pacar Shikamaru yang pernah membuatnya cemburu berat hingga membuat Hinata hampir memutuskannya dulu.
Jika membandingkan dengan Temari, Hinata tidak ada apa-apanya.
Jika kalian membuat perbandingan tentang fisik, Hinata kalah sebelum berperang.
Mau tak mau, pikiran semacam itu sempat membuatnya minder.
Hinata tidak buruk, hanya sering tidak percaya diri dengan apa yang dimilikinya.
Hinata hanya merasa terlalu rendah diri untuk bisa bersanding dengan lelaki jenius bernama Shikamaru.

Shikamaru bukan orang bodoh, hanya tidak mau direpotkan dengan apapun yang selalu bermain di kepala Hinata.
Hinata yang dilihatnya, belum benar-benar yakin dengan dirinya sendiri, lebih karena tidak percaya diri.
Itu tidak akan menjadi masalah, seandainya Hinata tidak pernah bertemu dengan Temari sebelumnya, yang sialnya malah membuat Hinata semakin tidak percaya diri.
Salahnya juga sebenarnya, seandainya Shikamaru tidak menerima ajakan Temari untuk sekedar ngopi, maka Hinata tidak harus merasa terlalu buruk.
Hinata tidak buruk, demi Tuhan.
Istrinya adalah perempuan paling manis dan terbaik yang pernah Shikamaru temui selama ini.

Hinata tidak banyak menuntut, tidak banyak meminta.
Hanya sesekali, Hinata akan lebih manja dari biasanya, atau lebih pendiam dari yang lainnya.
Hinata adalah satu-satunya orang yang bisa membuat matanya terbuka dengan cepat, bahkan hanya dengan suara panggilan bernada lirih itu.
Jadi, tidak perlu diragukan saat Shikamaru mengatakan jika Hinata adalah istri terbaiknya.

Mengeratkan pelukannya dengan lembut, Shikamaru masih sempat menciumi wajah Hinata yang kini tenang dalam pelukannya, sebelum menyusulnya tidur.
Tidak ada penyesalan, bahkan ketika Shikamaru harus melewatkan beberapa tahun karena kepergian Hinata ke luar negeri untuk melanjutkan study nya.
Karena sekarang, semua sempurna seperti yang diinginkannya.
Menjadikan Hinata sebagai istrinya, kembali merasakan jatuh cinta pada sosok yang sama, paket sempurna menurut otak jenius Shikamaru Nara yang tidak senang direpotkan dengan banyak hal disekitarnya.

Memiliki Hinata setelah tragedi yang menimpanya, bukan tidak mungkin jika takdir sedang bercanda dengannya selama ini.
Setelah kecelakaan yang membuatnya harus koma selama 3 hari, Shikamaru menyadari dengan sangat jelas tentang bagaimana nasib yang bisa membunuhnya kapan saja.
Dan beruntungnya, Hinata yang merawatnya selama masa sakit itu, karena Hinata memang seorang dokter.
Jadi yah, daripada ia harus menyesal karena tidak sempat menikahi Hinata, Shikamaru mengambil langkah cepat untuk mencegah penyesalannya.
Dengan modal seadanya, cecunguk bodoh itu melamar Hinata.
Hasilnya memang diluar dugaan, Hinata menerimanya lengkap dengan umpatan Hyuuga Neji yang emosi jiwa dengan ulah Shikamaru yang seperti ogah-ogahan.
.
.
.
.
Yuuhuuu !! Kembali dengan fic yang manis-manis, kaya akuu 😂

Vote please ❤❤

HYUUGA HINATA LOVE STORY : [03]ONE & ONLY 🌳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang