♣PART 18

25.3K 1.3K 116
                                    

Selamat Membaca!

Ting nong Ting nong

Maura meletakkan ponselnya kemudian berjalan membuka pintu, biasanya Amrita pasti akan langsung masuk.

Ceklek

"Pak Adam."kaget Maura lalu segera menutup pintu, namun Adam lebih dulu menahannya dan bergerak dengan gesit melewati pintu.

"Tempat yang bagus." Ucap Adam dengan memasuki apartemen Maura.

"Bapak kenap ke sini?"tanya Maura kesal.

Adam berbalik menatap Maura kemudian tersenyum. "Jika kamu tidak ingin tinggal di rumahku maka aku yang akan tinggal di sini."ucap Adam lalu melangkah dan memeriksa semua ruangan yang ada di apartemen Maura. Dimulai dari dapur, ruang tamu hingga terakhir kamar pribadi Maura.

"Keluar!"usir Maura cepat

Adam menatap Maura sekilas lalu duduk di atas tempat tidur.

"Bapak tidak dengar? Saya bilang, keluar!"teriak Maura sekuat tenaga.

Adam berdiri. "Apa kamu tidak lapar?"tanya Adam tak peduli pada kekesalan Maura.

Maura menghentak kesal lalu menarik lengan pak Adam kasar.

"Keluar pak, keluar!"teriak Maura lalu dengan penuh tenaga menarik lengan pria itu, namun kekuatan pak Adam membuat Maura bahkan tidak bisa menggeser tubuh besar itu.

Maura menatap pak Adam tajam kemudian muncul sebuah ide di otaknya.

Maura kembali menarik lengan pria itu dengan kuat."Keluar_ aduh"ringis Maura dan langsung memegang perutnya.

Adam melotot lalu segera menatap ke perut wanita itu.

"Ada apa?"tanya Adam panik.

Maura menggeleng lalu menepis lengan pak Adam yang ingin mengelus perutnya.

"Perut saya sakit."adu Maura kesal dengan tangan yang masih mengelus perutnya.

Adam bergerak untuk menggendong Maura tapi tubuhnya tiba-tiba saja didorong menjauh.

"Bapak mau ngapain?"tanya Maura kesal.

"Kita ke rumah sakit."ucap Adam cepat. Raut wajahnya terlihat sangat panik.

"Untuk apa ke rumah sakit? Perut saya sakit gara-gara kesal sama bapak."ucap Maura dengan nada sedikit tinggi.

Adam mengangguk paham. "Maaf_ maaf. Kamu jangan teriak lagi."ucap Adam lembut membuat Maura tersenyum dalam hati.

"Sekarang, bapak keluar dari kamar saya!"titah Maura membuat Adam dengan cepat menurut, dia melangkah keluar dari kamar itu.

Maura menutup pintu kamarnya kemudian mendorong tubuh pak Adam menuju pintu depan apartemennya.

"Sekarang bapak pulang. Jangan di si__"

Nit Nit Nit

Maura melotot saat mendengar seseorang memasukkan sandi pada pintu apartemennya. Itu pasti Amrita. Tanpa banyak bicara lagi, Maura segera menarik lengan pak Adam kembali memasuki kamarnya.

Jodohku Duda TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang