Anin mengikat tali sepatunya. Gadis terlihat sudah berpakaian casual seperti anak muda pada umumnya ketika berpergian. Dia menghembuskan nafas berat untuk kesekian kalinya hari ini, tadi malam orang itu tiba-tiba mengirimkan sebuah pesan di line nya.
"ma, anin pergi dulu ya." pamit Anin kepada sang ibu yang sedang membuat kue didapur.
Di tengah perjalanan ia hanya menatap lurus keluar jendela busway yang membawanya mendekati tempat nostalgic itu.
"Maaf menganggu mu, aku ingin bertemu dengan mu besok di taman kota pukul 3 sore. Semoga kamu mau. Ku Tunggu jawaban mu."
Tiga baris kalimat itu berhasil membuka kembali rasa sakit itu. kenapa ia harus kembali disaat seperti ini? Setelah dua tahun berlalu, apa tidak cukup penyesalannya yang dulu?
Yang lebih membingungkan nya lagi, kenapa ia malah meng-iyakan ajakan orang itu? Ia sudah berjanji melupakan masa lalunya.
Menit berlalu, tanpa terasa ia telah sampai di halte tujuannya. Rasa berat hati ia melangkahkan kakinya. Ia tidak suka ini tapi ia juga tidak bisa membohongi perasaannya. Dibalik penyesalannya, ia merasakan rasa kerinduan.
Line!
"tunggu aku dikursi di bawah pohon cendana." tulisnya singkat.
Anin menurutinya, ini adalah kesempatan terakhir ia melepaskan perasaannya. Setidaknya ini yang harus ia lakukan sebelum hari pernikahannya.
"Hai. Sorry telat." sapa Edo. Pria yang dulu sempat mengisi hati Anin sekaligus pria yang pernah disakitinya.
"iya ngga masalah. Duduk dulu sini do." balas Anin mempersilahkan.
Edo duduk disampingnya sambil menaruh sebuah bingkisan diantara mereka.
"terima kasih udah undang aku untuk minggu depan. aku senang kamu sudah berubah." ucap Edo tenang namun berhasil mengiris hati Anin. Kenapa ia bisa melepaskan lelaki sebaik ini dulu?
Anin menahan sesak didadanya. "iya sama-sama."
"kamu ingat kan? Dulu disini aku pertama kali ketemu kamu dan disini pula aku nembak kamu dulu?" tanya Edo menatap keatas.
Rasa sesak di dadanya makin tidak tertahankan, air mata keluar membasahi matanya.
"kadang aku memikirkan kenangan kita selama satu tahun itu. waktu yang singkat mungkin, tapi juga waktu yang lama bagiku. aku dulu merasa sangat beruntung memilikimu." Edo mengalihkan pandangannya ke Anin. Melihat Anin menunduk menahan tangisnya yang tak terbendung, Edo bergegas menyeka air mata Anin dengan sapu tangan.
"sorry. bukan maksud aku membuatmu menangis." ucap Edo menyesal.
Anin menahan sesenggukannya kemudian menaikan wajahnya menatap wajah Edo kemudian langsung memeluknya.
"maaf kan aku. aku udah jahat sama kamu dulu. maaf aku jadi wanita jahat dulu. maaf aku udah nyakitin kamu." tangis Anin pecah dipelukan pria yang dicintainya dahulu.
Edo mengelus kepala Anin, kebiasaannya saat pacaran dulu.
"tidak apa. aku bersyukur kamu sudah berubah sekarang. selamat atas pernikahanmu ya." balas Edo dengan senyuman hangat khasnya sejak dulu.
Tamat
Hi guys. Terima kasih sudah membaca cerpen pertama saya. Maaf kalau banyak salah kata atau pemilihan kata yang tidak tepat. Mohon kritik dan sarannya untuk menjadi motivasi saya melanjutkan menulis cerpen selanjutnya.
Mohon dukungannya dengan membaca ya. Terima kasih sekali lagi ^o^