Dena Pov
"Apa ! Nikah !" aku tidak bisa menahan teriakan, sesaat setelah Pengacara membacakan isi surat wasiat kakek.
Semua menatap ke arahku yang duduk bak pesakitan.
Aku yang semula tenang-tenang saja saat pembacaan pembagian harta warisan, kini mulai panik, karena namaku ikut disebut.
Dalam Surat Wasiat, Kakek berpesan, jika Ayah, yaitu anak laki-lakinya mempunyai seorang putri maka harus dinikahkan dengan cucu sahabatnya yang pernah menolongnya saat mulai merintis usaha hingga menjadi sukses. Pengacara juga menyerahkan satu kotak merah kecil yang ternyata berisi cincin. Cincin akan diberika pada si gadis, saat usianya sembilan belas tahun. Kakek berharap dalam surat wasiat, anak laki-lakinya dapat menjalankan dengan sebaik- baiknya wasiat yang sudah ditulis.
Semua mata menatap ke arahku seakan-akan aku adalah terdakwa.
Aku mencari bantuan pada Bunda tapi sepertinya Bunda akan berpihak pada Ayah. Tante Mia juga pasti tidak bisa menolongku. Abang Atar hanya tersenyum saja padaku, seakan-akan mengatakan semua akan baik- baik saja.
Semua pergi dan hanya menepuk pundakku. Saat ini hanya tinggal aku dan Nenek saja. Aku, Adena, si gadis tomboy yang yang belum lulus sekolah menengah atas, mulai menangis, berharap setidaknya Nenek mau membatalkan Surat Wasiat Kakek.
"Anak cantik … Dena tahu enggak kenapa Kakek begitu mencintaimu ?" tanya Nenek sambil membelai rambutku.
"Karena ketika Dena lahir Kakek bersyukur satu janji pada sahabat baiknya, bisa ia penuhi. Sahabatnya pernah menyelamatkan Kakek dari kematian.Selain pernah menolong Kakek dari Nol hingga Sukses dia jugalah yang menyumbangkan satu ginjalnya untuk Kakek ketika Kakek diantara hidup dan mati saat membutuhkan donor ginjal." Nenek menjelaskan dengan lembut sambil tetap membelai rambutku.
"Dena sayang … bukan mereka menuntut balas budi, atau Kakek ingin menumbalkanmu. Bukan seperti itu, Kakek ingin kamu menikah dengan laki-laki yang Bisa menjagamu dan mencintaimu seperti halnya Kakek yang begitu mencintaimu. Dan Almarhum Kakek yakin, jika cucu dari Kakek Bayu, sahabatnya, akan bisa menjagamu". Nenek menjelaskan panjang lebar dengan aku yang masih terus menangis tidak bisa berkata apa-apa lagi. Gadis tomboy yang biasanya tidak takut pada apapun, hari ini menangis seperti anak kecil kehilangan mainan.
~Tian Pov~
Hujan masih terus turun dengan lebatnya, gemercik airnya seperti melodi sendu yang menyayat. Aku masih duduk termenung setelah selesai melakukan operasi. Bukan gagal mengoperasi pasien tapi gagal mempertahankan cintaku. Kemarin sore, Lana akhirnya memilih pilihannya.
Masih teringat dua hari yang lalu tiba tiba saja Kakek dan Nenek memanggil Papa dan juga Mama serta Aku, karena ada hal penting yang harus dibicarakan.
Ternyata Kakek hendak menjodohkan Aku dengan cucu Sahabatnya. Aku menolak perjodohan Konyol dari Kakek karena sudah mempunyai kekasih. Aku tidak mungkin meninggalkan Lana hanya karena sebuah perjodohan. Akhirnya Kakek membuat satu syarat, Kakek memberikanku waktu satu minggu untuk membawa Lana kerumah dan segera menikahinya. Aku tentu saja senang dan mengajak Lana bertemu.
"Sayang … Tian, aku kangen." Lana yang masuk ke ruangan langsung memelukku erat.
"Bisa bicara cepat sayang … karena aku masih ada pemotretan." Lana yang baru datang ingin aku tidak basa basi. Aku tahu jadwalnya sangat padat. Sebagai model dan juga artis yang sedang naik daun. Karirnya saat ini benar benar berada di puncak. Karena itu juga Lana menyembunyikan hubungan kami dari media.
"Sayang … kamu mau menikah sama aku ?" tanyaku langsung.
"Tentu saja aku mau sayang," jawab Lana dengan senyum manisnya. Senyum yang selalu membuatku betah menatapnya lama.
"Tiga hari lagi kita menikah, karena aku akan dijodohkan dengan pilihan Kakek, jika dalam seminggu kita tidak segera menikah"
Hening
"Aku enggak bisa yang … karirku sedang di puncak saat ini, aku masih menandatangani beberapa kontrak. Aku janji selesai semua kontrak kita menikah." Tawar Lana sambil memelukku.
"Kapan ? Aku sudah terlalu lama menunggu dan tiap aku tanya jawaban kamu selalu sama." Aku mulai kehilangan kesabaran.
"Aku gak bisa yang … kalau harus menikah secepat itu," jawab Lana lagi berusaha membuatku mengikuti maunya.
"Aku kasih kamu waktu, pilih aku atau karirmu. Aku tunggu jawabanmu dalam tiga hari," ancamku pada Lana karena sudah terlalu sering aku mengajaknya menikah tapi selalu saja jawabannya karir dan selalu karir. Ditambah lagi kami pacaran seperti maling yang harus sembunyi-sembunyi. Aku berusaha sabar dan memahaminya tapi jawabannya lagi-lagi membuatku kecewa.
"Tiga hari lagi jawaban aku tetap sama yang … tolong kamu pahami aku," ucap Lana kembali menawar.
"Kamu sudah memilih, aku pergi semoga kamu bahagia," ucapku tanpa perlu memperpanjang kata. Aku melangkah meninggalkan ruangan, meninggalkannya yang memanggilku tapi aku tahu ia tidak akan mengejarku karena di luar ramai.
Hujan makin deras dan hatiku pun makin sakit. Aku tak bisa memenuhi syarat Kakek maka mau tak mau aku harus menuruti permintaannya. Kakek pribadi yang lembut tapi tegas jika menyangkut suatu keputusan. Aku tahu, Kakek hanya menginginkan yang terbaik untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Wasiat Kakek
RomanceWARNING 21+++ Bijaklah dalam memilih bacaan Adena Sasikirana Arundati,nama cantik yang diberikan kakek pada saat kelahirannya. Dena merupakan cucu kesayangan kakek dari semua cucunya. Nama Dena juga yang ditulis dalam surat wasiat kakek, untuk menik...