♣PART 19

25.5K 1.3K 77
                                    

Selamat Membaca!

Maura merentangkan lengannya sambil menguap. Ia baru saja bangun setelah tidur siang.

Lalu pak Adam?

Laki-laki tua itu telah pergi setelah dengan susah payah membuat bubur ayam. Maura sendiri bahkan merasa aneh pada dirinya sendiri. Kenapa tiba-tiba menginginkan bubur ayam, disaat sudah terbiasa makan mie instan.

Setelah mengikat rambut dan memperbaiki penampilan nya, Maura  segera turun dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Tiba-tiba saja ia ingin minum.

Ceklek

"Oh ya ampun." kaget Maura lalu mendekati seseorang yang kini sedang bekerja di ruang santainya.

"Kok pak Adam bisa masuk ke sini?"tanya Maura, pasalnya hanya ia dan Amrita yang tahu sandi apartemen ini, dan tidak mungkin pak Adam bertanya pada Amrita.

Adam berhenti menatap layar laptop lalu menoleh ke arah Maura.

"Apa kamu menginginkan sesuatu?"tanya Adam membuat Maura melongo.

"Bapak jawab dulu pertanyaan saya.  Kenapa bapak bisa masuk ke sini?"tanya Maura kesal 

Adam menghela napas."Hanya tanggal ulang tahunmu, siapapun bisa menebaknya."ucap Adam santai membuat Maura berdecak, ia memang sangat polos hingga membuat tanggal ulang tahun sebagai sebagai kode masuk apartemen nya.

"Tapi bapak tidak diterima di sini."ucap Maura namun Adam malah berpura-pura tak mendengar apapun lalu kembali menekuni pekerjaannya.

Maura melongo lalu mengusap dadanya pelan, ia sangat kesal sekarang.

"Bapak tidak punya rumah?" Tanya Maura setelah menutup laptop pak Adam yang masih menyala.

Adam diam dan memilih membuka salah satu dokumennya.

"Apa bapak hanya akan diam?"tanya Maura sinis, ia kembali merebut dokumen yang sedang pak Adam periksa.

Adam menatap Maura. "Ikut saya kembali ke rumah atau kita akan tinggal di sini, bersama."ucap Adam dengan menekan kata bersama.

"Apa?" Kaget Maura lalu mengelus keningnya pelan. Pak Adam benar-benar tidak tahu malu.

"Saya tidak tahu kalau bapak bisa begitu menyebalkan. Sekarang lebih baik bereskan barang-barang bapak dan pergi dari apartemen saya!"ucap Maura mengusir.

Adam menatap Maura kemudian menghela napas pasrah. "Saya minta maaf tentang waktu itu. Saya hanya marah karena kamu menolak Dero. Itu saja."jelas Adam membuat Maura terkekeh.

"Saya tidak menolak Dero, tapi saya menolak Bapak. Sampai di sini, jelas?"tanya Maura membuat Adam terdiam.

"Kalau begitu, pulanglah demi Dero."ucap Adam membuat Maura menggeleng takjub.

"Pertama, itu bukan rumah saya hingga bisa disebut pulang. Kedua, meski tidak membenci Dero tapi jelas bapak tidak bisa dan tidak akan pernah bisa mejadikan Dero sebagai alasan mengikat saya."ucap Maura lalu melangkah pergi.

Maura membuka lemari pendingin lalu mengambil botol mineral kemudian menutup kulkasnya dan berbalik.

"Ck! Apalagi?"tanya Maura sebal.

Adam menatap Maura."Kita harus bicara." Setelah mengatakan itu, Adam langsung berbalik menuju ruang santai sedang Maura hanya bisa mengenyit memikirkan apa yang akan pak Adam katakan.

Maura duduk dihadapan pak Adam dengan santai.

Adam menatap Maura. "Saya tahu, masalahnya ada pada Dero."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jodohku Duda TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang