1000 Lies and April Mop

51 17 19
                                    

"Van, bisa dateng kerumah gue ga sekarang?"

Seorang gadis meneleponku pagi-pagi buta, gadis itu adalah Priscilla Leonarda, sahabatku. Aku bersahabat dengannya sejak kami masih duduk di bangku sekolah dasar. Aku sering ke rumahnya karena dulu rumah kami bersebelahan, tapi walau sudah tak bersebelahan, aku masih sering mampir kerumahnya, begitu pun dia. Namun akhir-akhir ini kami sudah jarang bertemu, akhir-akhir ini Priscil sangat sulit dihubungi.

***

Setibanya di rumah Priscil, aku langsung disambut dengan senyumnya, ternyata ia sudah menungguku, tapi kuperhatikan sepertinya ada yang berbeda, wajahnya yang periang kini terlihat murung, sebenarnya apa yang akan dia katakan hari ini? Ya, ku harap bukan sesuatu yang buruk.

"Van," panggilnya lirih.

"Kenapa, Pril? Lu nggak apa-apa?"

"Nggak kok, ga apa-apa," ucap Priscil dengan wajah murung. Dengan ekspresi seperti itu mana mungkin aku percaya.

"Pril, jangan buat gua khawatir, bilang sama gua, kenapa?" tanyaku memaksa.

Ia terdiam sejenak, ia menunduk, tak biasanya ia seperti ini, pasti ada suatu hal buruk yang terjadi. 10 menit berlalu, tak keluar sepatah kata pun dari bibirnya.

"Van, gue ..."

"Gue mau tanya, Van ... boleh?" Kata-kata yang ia lontarkan semakin membuatku bingung.

"Tanya aja, Pril, kapan gua ngelarang lu nanya?"

"Van, kalo gue pergi ... gimana?" firasatku mulai tidak enak tentang hal ini, apa ia akan pergi jauh? Atau jangan-jangan?

"Kemana?"

"Ke ... itu, keluar negeri?"

"Mau ngapain, Pril? Terus lu mau ngajak gua juga?" tanyaku sembari mencairkan suasana, namun sepertinya tak berhasil.

"Nggak, Van, gue mau op, berobat, hehe,"

"Lah serius? Lu sakit apa? Kok sampe keluar negeri?"

"Kebanyakan bercanda deh, kebiasaan," kataku masih tak percaya.

"Loh kok gitu sih, gue mau operasi Jantung!" teriak Priscilla, kini wajahnya seakan mendidih, aku rasa kali ini dia benar-benar serius. Aku terdiam, tak satupun kata keluar dari mulutku, aku benar-benar takut, apa dia sungguh-sungguh mengatakannya, bagaimana jika hari ini adalah hari terakhir aku melihatnya? Tapi kalau dia sungguh punya penyakit seperti ini kenapa aku tak pernah mengetahuinya?

Aku menoleh, melihat kearah Priscil, ia masih merunduk, tapi aneh, ia mulai tersenyum kecil, aku curiga, jangan-jangan aku dibohongi.

"Ahahaaa, april moop," teriak Priscil dengan senyum lebarnya, aku masih gemetar dibuatnya dan sekarang dia bisa tertawa seperti itu? Benar-benar keterlaluan.

"Pril, udah gede kan? nggak lucu!" Aku pun pergi meninggalkan Priscil.

***

Aku terus memikirkan cara untuk membalas perbuatannya, kali ini ia benar-benar keterlaluan, hal seperti itu tak semestinya dijadikan bahan candaan. Tapi aku bingung apa yang harus kulakukan, sejak dulu semua rencanaku bisa ditebak olehnya.

Seenaknya saja, sebentar lagi dia pasti minta maaf, kalau tidak dimaafkan dia akan merengek, jika belum dimaafkan juga, dia akan merajuk dan pada akhirnya aku juga yang harus minta maaf, benar-benar menyebalkan, aku sudah hafal dengan kebiasaannya itu. Tiba-tiba sebuah ide terlintas dalam pikiranku.

***

Setibanya di rumah, aku langsung pergi ke kamarku dan merebahkan tubuhku. Baru saja aku membaringkan tubuh, lihat kan, ponselku sudah berbunyi, itu pasti Priscil. Aku meraih ponselku, dan ternyata yang menghubungiku adalah Naura, bukan Priscil.

"Halo, Ra, Ada apa?"

"Van, maafin gue yaa." Tunggu sebentar, sepertinya ini bukan suara Naura, tapi suara Priscil. Lihat kan, dia benar-benar licik, dia pasti tahu jika ia menghubungiku dengan nomor ponselnya, aku tidak akan mengangkatnya. Aku tak ingin terjebak lagi, segera kututup panggilan itu lalu kumatikan ponselku.

***

Hari sudah malam, aku terbangun dari tidurku, sepertinya aku ketiduran karena terlalu bosan, biasanya aku memainkan ponselku atau mengerjakan pekerjaanku di laptop, tapi hari ini sedang tidak ada yang bisa kukerjakan.

Aku menyalakan ponselku. Kulihat ada banyak sekali panggilan tak terjawab dari Priscil. Aku tersenyum puas, sekarang rasakan akibatnya, dasar gadis menyebalkan.

Ponselku berdering, apa sampai selarut ini ia belum tidur? Aku jadi agak merasa bersalah, kuangkat panggilan itu, namun sepertinya itu bukan suara Priscil.

"Halo, Van, ini Tante," Jantungku berdegup kencang, suara Ibu Priscil seperti ....

"Ah, ya Tante, ada apa?" jawabku gemetar

"Van, maaf, Priscil ...," Ya, aku tak salah dengar, Ibu priscil sedang menangis.

Aku benar-benar terkejut, tak satupun kata dapat kulontarkan untuk menenangkan Ibu Priscil. Ibu Priscil mengirimkan sebuah video padaku, video yang dibuat khusus untukku sebelum ia menjalankan operasi. Aku memutar video tersebut.

"Maaf Van, gue ga bermaksud bohongin lo tadi, sebenernya gue emang ga keluar negeri sih, tapi soal operasi gue nggak bohong, tapi gue ga tega lihat ekspresi lo, jadi gua bilang april mop deh"

"doain supaya operasinya lancar ya Van. Tapi kalo operasinya gagal jangan nangis lhoo, hehee"

"Jangan nyesel yaa Van karena udah ngacangin gue tadi, yaudah Van, gue pamit dulu Bye Van, love you." Itu adalah kata-kata terakhir dari Priscil untukku.

Aku tak kuasa membendung air mataku, aku menyesali perbuatanku, aku mulai berpikir, apa beberapa tahun ini kami jadi jarang bertemu karena hal ini? Saat aku mengajaknya pergi pasti ada saja alasannya. kupikir semua itu terjadi karena ia sudah punya pacar. Seharusnya aku percaya dengan perasaanku tadi, sungguh bodoh, sekarang aku telah kehilangan dia.

Aku benar-benar menyesal, seharusnya aku tak berpikir untuk membalasnya, dengan begitu setidaknya ia bisa pergi dengan tenang, aku juga bisa menemaninya hingga saat terakhirnya.

"Van? Lho, kok kamu nangis?"

"Priscil, Tan ..."

"Maksud Tante dia sudah selesai operasi, Van, semuanya lancar."

"Astaga Tantee, Devan udah lemes banget inii, terus kenapa tante nangis?"

"Tante menangis bahagia, Van."

"April mop, Devan!"

Baik anaknya atau ibunya, sama saja, sama-sama usil, benar-benar keterlaluan, ini benar-benar tidak lucu. Tapi setidaknya aku lega, dia baik-baik saja.


















Waah, sudah habiis, singkat banget yaaa ceritanyaa

Atau berasa panjang karena membosankan?


Terimakasih yaa sudah mau meluangkan waktunya untuk membacaa :)

Mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dalam penulisan


Jangan lupa vote dan comment yaa biar aku makin semangaat

See you~

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 05, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

1000 Lies and April MopWhere stories live. Discover now