Salahkan aku hidup?

9 2 0
                                    

   Happy reading

      Seorang laki-laki muda menatap sendu gundukan  tanah didepannya, ia menangis tanpa suara. Walau dia terlihat tegar, tapi nyatanya tidak hatinya rapuh. Ia menghela nafas, mengusap pelan nisan yang betuliskan "Namira Alisya". Andai saja ia lebih  meluangkan waktu buatnya pasti ini semua tidak akan terjadi. Ini semua salahnya.

" Maafkan kakak  Mira, andai kakak bisa lebih  ketat menjagamu ini semua tak akan terjadi."ujarnya pelan

Flashback

     Tidak ada senyuman yang menghiasi wajah cantiknya, hanya tatapan kosong yang ia tampakkan. Apa salahnya hingga tak diperbolehkan  untuk melihat indahnya dunia yang selama ini  hanya ia lihat di tv? Ia iri melihat  kakak dan adiknya yang diperbolehkan  kemana saja mereka mau, berbeda dengannya yang hanya berdiam diri  di kamar. Sebenarnya apa salahnya? mengapa ia diperlakukan berbeda? Ayah ibu? Apa salahku? lamunannya terhenti saat sesorang masuk kedalam kamarnya dengan senyum merekah. Seorang pemuda menatap lembut gadis itu tanpa menghilangkan senyum yang menghiasi wajah tampannya.

"Mau apa kesini!!!"teriak gadis itu nyalang

" Ini kakak dek?"

"Kakak?mau apa kakak kesini?"

"Kakak hanya ingin bertemu dengan mu."

"Kalau tidak ada hal yang berguna, lebih baik kau pergi dari sini"

"Kamu mengusir kakak? padahal kakak datang ingin mengajakmu pergi ketaman"

"Benarkah?" raut wajah gadis itu berubah berseri-seri, menatap orang yang mengaku kakak itu penuh harap.

"Iya"

      Disinilah mereka , di sebuah taman dengan hamparan rumput yang luas. Teduh dan hijau menentramkan hati. Menikmati indahnya senja dengan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah mereka.

"Andai saja Mira bisa seperti ini setiap hari, Mira pasti bahagia. Bisa menikmati indahnya dunia, bisa sekolah bisa punya teman aihhhh pasti seru sekali" ujarnya pelan, sang pemuda  menatap lembut adiknya.

"Mira bahagia kakak ajak kesini?"

"Sangat bahagia "senyum tak luntur dari wajah cantikya, hal itu juga membuat sang kakak merasa sangat bahagia.

     Nathan berjalan memasuki rumahnya dengan tergesa-gesa , ia tak sabar ingin mengajak adiknya pergi.  Ia melangkah menuju kamar sang adik dengan senyum merekah,  tapi langkahnya terhenti saat sampai dikamar sang adik. Nathan terpaku memandang gadis di depannya. Tampak  tengah memainkan pisau dilengannya dengan senyum merekah. Mata Nathan membelalak saat tanpa ragu gadis  itu menggoreskan  pisau kelengan sang gadis. Tak selang lama darah mulai bercucuran.  Nathan langsung berlari kearah sang adik lalu merebut pisau itu dan membuangnya asal. Ia langsung memanggil pelayan dan segera mendudukan sang adik di tepi ranjang. Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya berlari tergopoh-gopoh memasuki kamar iti dengan kotak P3K ditangannya. Ia menyerahkan obat itu kepada majikannya dan memandang miris nonannya. Tak menyangka kejadian dahulu akan berakibat sangat fatal, nonanya yang kuat dan tanguh berubah menjadi gadis seperti ini.  Setelah berpamitan wanita paruh baya itu segera pergi, ia tak sanggup melihat kondisi miris sang nona.

"Apa yang kamu lakukan Mira?" tanya Nathan kuatir

"Mira hanya bermain"

"Dengan cara melukai diri kamu sendiri?"

"Mira suka melakukannya, mira merasa senang. Tidak ada yang melarang mira, mira bebas melakukannya."

"Tapi itu menyakiti diri kamu sendiri"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang