Nyatanya yang rekah tak selamanya indah. Ada saat di mana rapuh menjadi bagian hidup. Seperti halnya terpaan angin menggoyang-goyangkan tangkai, menyentuh kelopak dan menikamnya dengan hawa paling dingin. Dan ia akan tetap kuat. Sebagaimana kehendak penciptanya yang ingin memberi jeda pada kerapuhannya dengan bersyukur. Angin itu, kadang membawa kabar perihal dunia. Ia pun akan membaca, bagaimana masing-masing ciptaan Tuhan berkesinambungan menjalani takdirnya. Bagaimana ia harus menjadi berwibawa saat seseorang atau sekelompok manusia tengah mengincar kelemahannya, yaitu hatinya. Hati yang mudah rapuh dengan kata-kata. Bila boleh jujur, ia tidak ingin curi dengar suara-suara mengeluh dan hal buruk tentangnya. Ia tidak suka dengan ucapan manis di depan tapi sepat di belakang. Apa boleh buat? Angin yang membawa kenyataan itu di hadapannya.
Keadaan rapuhnya.
Tapi, toh ia harus tetap bertahan. Sebagaimana Sang Pencipta inginkan. Semoga semua berjalan sesuai dengan rencana-Nya.