He is the one

57 4 4
                                    

Tangan bergelang infinite itu sedang sibuk mencari frekuensi yang bersahabat, Hatinya gundah gelisah. matanya menyiratkan kehancuran yang tak ada habisnya. Hatinya pun sama, seakan pecah berkeping-keping tanda tak bisa kembali seperti semula.

Hasilnya, air mata mengalir bersama si ingus, tapi pemiliknya enggan untuk menghapus dan membiarkannya saja.

Tangannya berhenti menekan saat suara itu mencela telinganya.

"Ehm.. ya kembali lagi bersama aku popo, bakal nemenin kamu selama 30 menit kedepan."

suara yang biasa, tidak cadel, namun terkesan membuat seseorang penasaran untuk mendengarnya lagi.

Ia membuka jendela kamar, dan membiarkan aroma petichor hujan menghiburnya. semoga di frekuensi 100.3 ini sedang memutar lagu galau seperti suasana saat ini.

"Maafkan aku apabila suaraku agak aneh, pengaruh cuaca mungkin? hahahaha benar sekali, aku sedang flu."

lah? ini acara curhat atau apa..

"Kalau anda bertanya sebenarnya siaran apakah ini, selama 30 menit kedepan saya akan memutarkan request lagu dan bersedia menerima curhatan kamu kamu semua! sekarang bakal aku puterin lagu pertama, cerita dari lagu ini cukup mengharukan menurut saya. Karena cuaca galau jadi ikutan galau dehh, soo hope you'll like it!"

Megurine Luka - Just Be Friends engliah cover, dari awal lagunya saja aku bisa menebaknya. Bagaimana tidak? Pacar.. maksudku teman lamaku sangat mengidolakan si rambut pink temannya Hatsune Miku.

ah.. jadi keinget kan..

Hari itu, memang adalah hari yang menyenangkan, jalan-jalan ke ancol seperti di film-film, serasa dunia milik berdua.

tapi itu tidak merubah statusnya,

dia hanya miliknya. Sahabatku Lia.

Aku terlambat mengatakannya, lebih tepatnya sehari sebelum pernyataan Lia. Aku ikhlas saat Reo, menerima Lia, karena aku tahu mereka berdua orang yang baik dan cocok satu sama lain. Bahkan sampai sekarang mereka jarang beradu mulut ataupun bertengkar hebat.

Tapi suatu saat pandanganku berbeda, Reo mengatakan bahwa ia tidak bahagia dengan Lia, ia memaksakan dirinya untuk menjadi yang terbaik di mata Lia.

Tidak saat denganku, ia bebas untuk tertawa terbahak-batuk, makan sepuasnya seperti orang rakus, dan juga menjaga sikap saat bertemu keluarga.

Keluarga Reo dan keluargaku memang bersahabat sejak kecil, maka jangan heran kalau tiba-tiba ia berada di ruang tamu padahal pagar digembok. Katanya sih ia punya kunci cadangan, tapi sepertinya ia hanya butuh melompat untuk melewati pagar, tingginya 185cm, pas lah buat anak basket sepertinya.

Reo itu seperti gambaran cowo2 keren di komik jepang, tapi berwatak cowo romantis di novel. perpaduan yang klop kan?

kembali lagi ke cerita ancol, setelah pertama dikejutkan dengan gelang pemberian Reo, sekarang pertemuan dengan orang yang tidak ingin kutemui saat ini. Kukira dia sedang berada di Medan untuk pulang kampung karena Reo berkata begitu saat mengajakku pergi.

Ia melihatku mematung diseberang jalan, beberapa detik kemudian berlari kearahku. Bukan untuk menyapa tapi untuk... menamparku.

"kenapa kamu nampar aku tanpa dengerin alasanku untuk pergi dengannya?" tanyaku pelan

"tidak perlu, ini yang namanya sahabat? jalan dibelakang? kamu juga! kenapa pergi sama dia? ga mikirin perasaan aku sekarang? bego!" sambil menunjuk Reo dan kemudian pergi menjauh dan hilang di keramaian.

Reo hanya bisa diam dalam sunyi, memelukku dan berkata "maaf..

.

.

.

.

rencanaku berhasil, terima kasih Len, akhirnya aku bisa bebas dari Lia."

... tunggu, dia bilang apa? rencana? apa yang ia rencanakan?

"ma.. maksud kamu?"

"iya, gitu deh ahaha. yuk pulang"

dengan tenang dan polosnya ia menggandeng tanganku dan menuntunku ke mobilnya.

Lagu Just be Friend dari Megurine Luka dilantunkan dari tape mobilnya seakan ia tahu keadaanku yang sekarang.

dimanfaatkan oleh orang yang disayang, hanya bisa diam dan mengutukinya dari hati.

Gak nyangka aja ya, fisik dan sifat luarnya saja yang baik, Hatinya busuk.

----

"yaa.. gimana lagunya? bagus? enggak? ah saya membuka sesi curhat juga, jangan malu-malu telepon aja ke 0811977xyz ditunggu yaa"

Tangisku mereda, bagaimana bisa ya? apakah aku butuh tempat curhat? tentu saja. siapa lagi yang dapat aku percaya untuk bercerita?

cepat-cepat aku mengetik nomornya, harap-harap cemas tidak tulalit atau nomor yang anda putar salah.

"haloo dengan siapa disanaa?"

suaranya sama dengan yang diradio, bagaimana ini? aku gugup..

"ha.. halo"

"oooh seorang perempuan, hai cantik siapa disana?"

"dengan Shia disini, apakah curhatnya bisa off air? aku malu.."

"oh tentu saja, nah pendengar yang setia. kami putarkan lagu selingan untuk layanan curhatan off air. selamat mendengarkan~"

----

Singkat cerita, aku membeberkan semua yang kuketahui kepada sang penyiar popo. Ternyata ia selain dapat menjadi penyiar yang baik, juga bisa menjadi pendengar yang baik juga.

"terima kasih telah mendengarkanku. namun sepertinya aku telah menghabiskan waktu on-air mu. hehebe"

"masa? eh iya, tunggu sebentar dan jangan ditutup ya. aku mau tutup acara dulu"

"maafkan aku karena acara ini harus bubar, nantikan lagi besok di jam yang sama bersama saya popo, selamat malam"

"nah sampai mana kita tadi? oh ya.. ga semua cowok kayak dia lho! aku ga kayak gitu lho!"

"hahaha masa sih? bohong kalii"

"benerann, ihhh hahaha eh aduh Sally jangan begitu dong sekarang masih ada yang sesi curhat. hahaha jangan, geli aduh"

sally? sally bebek di line?

"maaf aku tidak bisa memberikan saran yang membangun, tapi.. berbaikanlah dan beri tahu semua yang kamu ketahui kepada Lia karena biar bagaimanapun ia tetap sahabatmu, iya sally nanti sehabis ini kita jalan-jalan. hahaha, tadi, siapa namamu? Shia ya."

"iya, Len Shia"

"baiklah, aku harap kamu cepat pulih. hayo hapus air mata dan ingusnya, dari suaramu aku tahu kok."

....

"Oh ya, namaku Poporin, nama yang aneh ya? wooff! woooffs! oh ya ini Sally, anjing disini ras golden retriever 1.5 tahun. salam kenal!"

tuut..tuut..tuut...

dia menutup teleponku..

dan sepertinya ia benar benar cenayang, atau psikolog yang bekerja menjadi penyiar radio, dengan mendengar suaranya saja rasanya hatiku pulih dan siap untuk menghadapinya.

Lia... maafkan aku, akan kuceritakan segalanya esok hari. Dan juga tentang penyiar itu, penyiar bersuara lembut yang menggetarkan hati.

The End!

________

waaah aku mulai menulis lagi, maafkan aku karena judul, sinopsis, dan cerita yang rada ga nyambung.

cerita ini aku buat dengan 20% fakta, memang ada penyiar yang bernama popo dan 100.3 fm adalah frekuensinya.

*pssst... aku naksir suaranya hahaha! >A<)/♥

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Vo IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang