Prolog

287 29 24
                                    


🍭🍭🍭

.

.

.

-----▪︎▪︎▪︎-----

Gelapnya langit dan dinginnya udara di luar ruangan yang berhembus tepat mengenai kulit wajahnya ternyata sangat mendominasi cuaca dan perasaanya pada malam hari ini.

Hening.

Hanya terdengar suara dari jarum jam yang tergantung di atas dinding kamar tidur mengikuti irama detak jantungnya.

Manik mata cokelat yang indah itu menatap kosong ke arah balkon kamar yang terbuka lebar, membiarkan angin masuk ke dalam kamarnya dan menghamburkan semua kertas yang sebelumnya tersusun rapih diatas meja belajar.

Tangan dengan kulit putih yang menampakkan struktur pembuluh darah secara samar, serta jemari lentik menggenggam alat tulis dengan perasaan geram.

"Ingin resign dari kehidupan rasanya," gumamnya sambil menyenderkan punggung ke pangkal kursi, kemudian memutarkannya ke sisi yang berlawanan. Ia pasrah, matanya mulai menelusuri setiap inci ruangan.

Hanya ada satu kata yang dapat mendeskripsikan perasaannya saat itu.

Capek. Iya, capek buat bilang gapapa terus.

Inilah yang sedang dirasakan oleh cewek dengan rambut panjang yang di kuncir dua itu saat melihat beberapa kertas yang penuh dengan tulisan memenuhi seluruh isi kamarnya.

Ia memutar kembali posisi duduknya. Gadis itu menghela napas sambil menenggelamkan kepalanya pada lengan yang tertekuk di atas meja.

"Punya kepala pusing, gak punya kepala seram. Ingin menangis saja rasanya," rutuknya pada diri sendiri.

Tanpa berlama-lama lagi ia bangkit dan segera mengambil kertas-kertas yang berhamburan di lantai, kemudian menatanya diatas meja dengan rapih.

Sudah selesai.

Tuk.

Tampaknya sesuatu yang keras telah mengenai pintu balkonnya yang terbuat dari kaca itu. Ia berusaha untuk tidak peduli. Untung saja bahan yang digunakan untuk kaca itu tidak mudah pecah.

Tuk.

Sekali lagi. Rupanya ada seseorang yang berusaha mengusiknya malam hari ini. Ia terdiam sejenak. Tiba-tiba saja benda pipih berwarna peach yang ia simpan diatas mejanya bergetar.

Ia mengambilnya dengan segera. "Sudah ku duga pasti pasti orang itu datang lagi," ia menatap sejenak layar ponsel yang menyala dan menggeser tombol berwana merah. Ia tidak menghiraukannya.

Ting.

Seseorang telah mengiriminya beberapa pesan singkat.

Unknown sent you a message.

Cewek itu membelalakkan matanya. Sudah tidak heran dengan kejadian ini.

Lagi-lagi menggunakan akun 'lain', ya. Batinnya.

Unknown
| Gimana?
| Masih belum menyadarinya juga?

Ia hanya membaca setiap pesan yang masuk dari aplikasi Line di ponselnya melalui fitur notifikasi pop-up.

Unknown
| Lo mengabaikan gue lagi hari ini.
| Gapapa, kalau lo masih belum mengingat gue.

Ia menduga semua kejadian ini berasal dari orang yang sama. Setiap kali sosok 'Uknown' datang untuk mengusiknya, dia selalu mengatakan hal yang sama berulang kali.

Unknown
| Gue akan terus berusaha untuk mengingatkan lo sama kejadian 'itu' dan gue lagi, Ra.
| Tidurlah.
| Gue akan datang sebagai mimpi buruk buat  lo.
| Selamat malam.

Setelah ia membaca semua pesan singkat itu, ia menghela napas.

Bohong jika ia tidak merasa takut. Hanya saja ia sedang berusaha menetralkan perasaannya agar tidak disadari oleh semua orang di sekelilingnya.

Ia menutup gorden balkon kamarnya itu dan segera mematikan ponselnya. Kemudian berbaring di atas tempat tidur dan mematikan lampu.

Perlahan kesadarannya menurun dan mulai masuk ke alam bawah sadarnya.

"F" Friendship⁉️(Fate, Fact, and Freak)✔ [REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang