(3)...Kamu siapa?

11 1 0
                                    

Pusing, bingung, menghampiri perasaan Shuklaseh, dirinya tak mampu harus berkata apa lagi, dalam benaknya masih tak menyangka kalau yang dilihat benar - benar Gleynandra. Tak mungkin bagi dia kalau yang terlihat bukan sahabatnya, padahal kemampuan Shuklaseh dalam melihat yang tak terlihat sangat lah jelas.

"Boleh..boleh... Silahkan," Pak Dio menjawabnya, namun ada yang ditutupi dari raut wajah, seorang yang telah menua kisaran umur 55 tahun sangat sulit untuk berbohong pada dirinya, namun Shuklaseh masih termenung dan membayangkan sosok Gleynandra.

Sosok tak kasat mata tiba - tiba mendekat pertanda dia ingin berinteraksi kepada Shuklaseh, pada akhirnya tubuhnya kerasukan ruh Gleynandra. Tubuh dia terasa saat dan berat untuk berdiri, secara bertahap terkulai lemas di tanah depan pagar rumah, lalu Sudra dan Deng mendekatinya.

"Las, las.... Kamu kenapa?, Pak ada apa ini," tanya Sudra kepada Pak Dio yang melihat kejadian tersebut didepan matanya, pada saat itu bola mata Shuklaseh menatap satu titik tanpa berkedip.

"Las... Kamu kenapa? Bangun, please....," raut wajah Deng semakin mengkerut, dia seakan percaya apa yang dikatakan Shuklaseh sebelumnya.

"Udah jangan khawatir, dia sedang kerasukan. Bentar Bapak bantu dulu," Pak Dio pun membaca ayat Al Qur'an semoga ruh Gleynandra keluar dari tubuhnya, namun tak keluar juga.

"Pak gimana kok nggak bisa," Deng semakin ketakutan, "Dra, kita tinggal Laseg disini aja ya, aku takut nih... Sumpah deh ini ada yang nggak beres," ketika Deng berkata tubuh Shuklaseh bergerak berdiri dan menatap tajam bola mata Deng.

"Kamu pengkhianat, manusia terkutuk, Hahahaha (tawa Gleynandra)."

"Sadar Las," ucap Sudra.

"Hahha... Tolong... Sakiiit..??"

"Bisakan kamu keluar dari tubuhnya....," Pak Dio berhenti sejenak, "Nama Saudari ini siapa?"

"Shuklaseh Pak," kata Deng.

"Keluar kamu ditubuhnya Shuklaseh, sudah ya mainnya, kamu keluar sekarang. Kasihan yang punya tubuh ini," Pak Dio terus berupaya agar ruh Gleynandra keluar.

"Aku sakiitt... Bantu Aku, maafin Aku."

Arrggggghh...........
Ruh Gleynandra keluar dari tubuhnya, banyak cerita yang disampaikan kepada Shuklaseh, mulai kenapa dia hilang, tak dapat ditemukan sampai akhirnya meninggal dan butuh bantuan untuk sampai ketempat yang terbaik. Tubuh Shuklaseh sedikit laku dan nyeri, namun dia masih semangat untuk penelitian di kota tua dan berinisiatif tinggal dirumah bak istana.

"Aauuh.... Sakit," Shuklaseh meremas kakinya yang linu.

"Kamu nggak apa - apa?" Tanya Sudra.

"Kita pindah saja yuk, takut nih," wajah Deng terasa laku dan bulu kuduknya berdiri.

"Bagaimana jadi nginap disini atau tidak?" Tanya Pak Dio, sangka di sangka Shuklaseh memiliki kejanggalan akan siapa Pak Dio sebenarnya.

"Iya Pak, nginap disini saja," balas Shuklaseh.

"Nggak...nggak... Gila apa? Kamu aja yang nginap, aku ogah," lagi - lagi Deng menolak.

"Ya sudah disini saja," Sudra menyetujui keputusan Shuklaseh.

"Dra, serius ini? Kamu nggak bercandakan," batinnya, "bisa - bisa aku hidup diperangkap ketakutan, huusst... Apa lagi nanti."

"Iya serius, boleh lah Saya masuk Pak?"

"Silakan," jawab Pak Dio, sambil melempar senyum kepada Shuklaseh, namun dirinya memalingkan wajah nya, karena yang ada dipikirannya Pak Dio juga sosok tak kasat mata tetapi Dia mengabaikannya, dia fikir ada sesuatu yang akan disampaikan Gleynandra.

Mereka bertiga masuk ke rumah tua yang besar dengan diantar oleh Pak Dio, disela - sela perjalanan Shuklaseh melihat Gleynandra yang berjalan menunduk di lantai 3 rumah tua sambil memegang tali yang panjang.

"Itu kenapa? Atau Nandra mau menyampaikan sesuatu lagi kepadaku, Aku fikir seperti itu," batin Shuklaseh.

"Tooolooonggg....!!!"

Bersambung......

Mrs. Gleynandraswara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang