Selamat membaca💞
' 26 Maret 2020
Menjadi aku, bukan hal yang kuharapkan, seringkali aku berpikir, kenapa aku harus terlahir sebagai Aku.
Sepuluh tahun hidup tanpa seorang ayah, menjadikanku harus mengerti arti melindungi, dan menjadi kuat.
Harta berharga yang masih kumiliki adalah Ibuku, yang setiap hari semakin renta bersama usia. Kakakku?! Ia sudah lama menikah dan ikut suaminya yang berprofesi seorang polisi,
Aku membenci ini, seharusnya aku segera untuk membuat ibu bahagia dengan keinginanya yang diutarakannya padaku sebulan lalu, memintaku untuk menikah dengan pria pilihannya, aku tidak mau,
Ibu kesal dengan jawabanku yang tidak sesuai dengan harapannya, seperti anak orangtua yang lain, aku Ingin menikah dengan pilihanku sendiri, dan itu malah akan membuat ibuku murka.
"menikahlah dengannya, Manda, ibu yakin dia pasti akan membahahiakanmu, jangan permasalahkan tentang cinta, ia bisa tumbuh dengan seiring kau dengannya saling membutuhkan dan melengkapi, saling berbagai, ibu mengetahuinya, ibu sudah melalui itu" tuturnya kala itu,
Aku membantah dengan fakta bahwa menikah tanpa cinta hanya ada dalam cerita, itu semua omong kosong, bagaimana rasanya tidur dengan orang asing, bangun lalu memasak untuknya, makan bersama, berbincang, kemudian kembali tidur seranjang dengannya, bukan dalam hitungan jam untuk dapat membuat semua terasa layak katena hatimu belum terbiasa,
Ibu menamparku karena ia menganggap aku telah berani melawan ucapannya, aku tidak bermaksud membuatnya marah, kusentuh pipiku yang berpaling akibat tamparan itu, sedetik kemudian aku beranjak, kakiku mengikuti arahan hati untuk pergi dari sana,
°°°
Aku tidak berniat pulang kerumah malam ini,
Aku menelpon kakakku, berharap ada belas kasih untukku berencana menginap disana.Dan yah, kakakku akhirnya mengangkat telponku setelah beberapa kali aku berusaha menghubunginya, ada suara anak bayi menyambut dari seberang sana, keponakanku yang kedua,
"ada apa? Ibu merayumu lagi?"
Kakakku menebak dengan tepat, kakak sudah sering mendengar rengekanku, tentang ibu yang berusaha membujukku untuk segera menikah dengan pria pilihannya,Aku menghela napas, namun aku yakin kakakku tak mendengarnya "kali ini aku menerima dengan tamparan, aku kangen sama Alif, kakak ada dirumah kan?"
"datanglah, mau kakak masakkan apa? Semur ayam?"
Ia menawar untuk memasak makanan kesukaanku itu,"em, ya, hanya bagian sayap dan paha," pesanku diakhir telpon, dan hanya berbalaskan dengan deheman, dan aku sedikit yakin bahwa itu bisa diartikan 'kakak sudah tau!'.
°°°
Sekarang pukul 8 malam, dan masih belum ada tanda bahwa ibu mencariku, tapi tak lama setelah itu, ponselku di meja ruang keluarga berdering, ada nama ibu disana, aku mengabaikannya,
Kakakku yang ntah datang darimana, langsung menyambar ponselku, tak lupa, menyerahkan Alif kegendonganku,
"wa'alaykumussalam bu, ada apa?" kakakku menjawab salam ibu lalu kemudian menoleh kepadaku, sepertinya ibu menanyakan keberadaanku,
"iya, dia sedang bersamaku, ibu ingin Memintanya pulang?"
"..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Almanda's Heart
RomancePernikahan ini, Memaksa bersama tanpa cinta terlampau sering menciptakan luka, - Almanda Rishi