Adit menutup matanya dengan jantung yang berdegup kencang. Berharap ini semua hanya mimpi, dan ia terbangun di dalam kamarnya. Dengan pelan Adit membuka mata, tapi semuanya tetap sama, masih terlihat Arik yang telah menutup matanya rapat. Adit menarik nafas dalam, lalu berteriak.
"ARIKKKKKK"
🍁🍁🍁
Adit terpaku dengan kedua tangan terkepal erat. Pandangannya terpaku pada beku tanah dan nisan yang berdiri tanpa goyah. Isak tangis Bunda yang berada di sampingnya terdengar begitu menyakitkan, berulang kali Bunda memanggil nama Arik.
"Arik Purnama"
Adit membaca nama yang tertera di nisan itu. Begitu pedih, mengapa tidak namanya saja yang tercantum di sana. Adit terpejam, lagi-lagi ia berharap ini semua hanya mimpi buruk. Tapi sakit disaat lagi-lagi ia tersadar bahwa semua ini bukan mimpi. Dan yang tersisa kini, hanyalah air mata dan semua kenangan yang telah mereka berdua buat.
Adit menghapus sisa air matanya, lalu berdiri dengan pandangan yang masih terpaku pada nisan itu. Adit ingin pulang, ia tak tahan jika terus berada di sini. Ia tak kuat terus menerus menatap nama Arik yang tertulis di nisan itu.
"Bunda, ayo kita pulang"
Bunda hanya diam, dengan hati yang masih terisak, sama sakitnya seperti Adit. Bunda sangat menyayangi Arik, mengapa tidak dirinya saja yang menggantikan posisi Arik, batin Bunda. Tapi Bunda sadar, jika terus-terusan menangis seperti ini, tidak akan bisa mengembalikan semuanya. Bunda harus ikhlas dan sabar, supaya Adit juga tidak terus terpukul atas kepergian saudara kembarnya.
Lalu Bunda berdiri, Adit menuntun tangan Bunda untuk segera pulang. Adit bisa merasakan tangan Bunda yang gemetar dan lemas. Wajah Bunda juga pucat, dan matanya begitu sembab, dari semalam Bunda tak berhenti menangisi Arik. Walaupun sekeras mungkin Adit mencoba menenangkan Bunda.
🍁🍁🍁
Adit menangis keras di dalam ruangan yang penuh dengan kenangan. Ruangan yang dulu begitu nyaman untuknya istirahat. Kamar yang setelah kejadian itu menjadi kamar milik Arik. Adit berdiri, mengelilingi setiap sudut kamar. Mencoba mencari sesuatu yang saat ini menjadi suatu hal yang diharapkan.
Adit menemukannya, Adit mengambil buku tebal itu dari dalam lemari. Menatapnya, sebelum ia benar-benar membukanya. Lalu Adit membuka buku tebal itu, dan menemukan secarik kertas yang berisi tulisan tangan. Adit membacanya pelan, lalu mulai menangis.
Terimakasih Adit, telah membuka album ini. Aku tahu, kamu pasti akan membuka album ini, karena itulah aku meletakkan surat ini di dalamnya. Aku membuat surat ini, disaat aku memutuskan untuk benar-benar pergi dari rumah.
Adit, terimakasih atas semua yang telah kau berikan padaku. Aku senang telah menjadi saudara mu. Aku sangat senang memiliki saudara kembar sepertimu. Terima kasih telah menjagaku beberapa tahun yang lalu, terima kasih telah mengerti diriku walaupun kamu marah padaku. Terimakasih, Dit. Seperti yang kamu tahu, aku masih menyimpan semua mobil mainan yang dulu pernah kita koleksi. Karena bagiku, mereka adalah sebuah barang berharga yang harus kujaga. Kuharap, kamu juga akan menjaganya.
Aku juga ingin minta maaf, karena telah membuat kamu tak nyaman berada di rumah karena hadirnya diriku. Kamu benar, Dit, aku yang telah membuat Ayah pergi. Dan panggilan 'pembunuh' yang kamu berikan untukku, aku menerimanya dengan ikhlas, jika memang itu benar menurutmu. Aku minta, jangan menangis. Jaga Bunda, jangan buat Bunda khawatir lagi. Dan berhenti merokok, aku tak ingin sesuatu terjadi padamu karena rokok. Kuharap, setelah ini kamu lebih bahagia menjalani hidup bersama Bunda.
Untuk saudaraku, Aditya Purnama. Dari saudaramu, Arik Purnama. Untuk terakhir kalinya, selamat tinggal.
Adit menangis keras setelah membaca surat itu, Adit mengepalkan tangannya erat, mencoba menahan dirinya agar tidak berteriak. Mengapa seakan Arik tahu jika dirinya akan benar-benar meninggalkan ia dan Bunda untuk selamanya?
Adit menuju tempat tidur Arik, menaikinya, lalu memejamkan mata. Hatinya memohon kepada Tuhan agar mimpi buruk ini segera berakhir. Adit menyesal, Adit tak ingin seseorang yang selama ini telah ia sakiti pergi. Adit ingin minta maaf, dan jika memang ini mimpi, Adit berjanji akan pergi menemui Arik, lalu memeluknya erat. Adit berjanji tidak akan membuat Arik tersakiti lagi, Adit berjanji akan memperbaiki hubungannya dengan Arik. Adit berjanji.
🍁🍁🍁
"Adit, lo ngapain disini?"
"Arik?"
Adit mengerjapkan mata, merasa tak percaya dengan seseorang dihadapannya. Adit beranjak dari tempat tidur, menghampiri Arik, lalu menatapnya dalam.
"Arik?"
Adit memeluk erat tubuh Arik, nafasnya memburu, jantungnya berdegup kencang. Adit merangkai kata lalu berbisik pada Arik.
"Arik, gue minta maaf, gue nyesel udah nyakitin hati lo. Maafin gue yang udah ingkar janji, maafin gue"
Arik melepas pelukan Adit, menatap wajah Adit, lalu tersenyum. Adit terpaku, pandangannya terkunci pada manik gelap milik Arik. Begitu indah, sama seperti miliknya. Arik mengangguk, lalu berkata.
"Adit, terimakasih telah menjadi sosok yang kuat. Dan terimakasih atas pelukan hangat, itu akan selalu ku kenang, karena itu adalah pelukan terakhir yang Adit berikan"
Setelah itu, Arik berlari menuju lorong yang entah sejak kapan berada di depan kamarnya. Adit menatap Arik yang pergi meninggalkannya, dengan cepat Adit berlari mengejar Arik. Begitu susah, kakinya seakan tak mau melangkah. Adit hanya bisa diam, lalu menangis.
"ARIKKK"
Adit terjaga, matanya basah karena air mata. Adit menangis keras, seakan masih terbawa arus mimpinya. Mimpi itu terasa begitu nyata, mengapa mimpi sama dengan apa yang dia harapkan, tapi mengapa harus mimpi? Kenapa tidak nyata?
Sudahlah, semuanya sudah berakhir, Adit sudah lega. Setidaknya, ia sudah meminta maaf kepada Arik, walaupun melalui mimpi. Adit ikhlas, walaupun sesungguhnya masih ada rasa tak percaya dihatinya.
END
Ya, pergi tamat. Tapi ada pengumuman.
Dibaca ya!Aku bakalan bikin beberapa part tambahan yang isinya tentang memori Adit, dan disana juga ada beberapa penggal kata mengenai kehidupan Adit selanjutnya, kehidupannya tanpa Arik. Dan di part 'memori Adit' juga kisah kepergian Ayah akan diceritakan. Semoga kalian masih setia nungguin setiap update-an Pergi ya^^
Jangan lupa vote dan komen
Semoga hari kalian menyenangkan
Thank you ❤️Palembang 🍁
11 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
PERGI [COMPLETE]
Short Story❝Gue masih pengen liat lo hidup. Jadi gue mohon, bangun!❞ ❝Gue mohon, izinin gue pergi...❞ Copyright ©2020 by:Bisikanhati_