Part 3 - Menunggu

33 7 0
                                    

Hari mulai Sore, Seluruh Siswa Siswi Galapagos telah berhamburan keluar kelas mereka masing-masing. Ada yang langsung keparkiran, mengambil kendaraan mereka dan langsung pulang ke Rumah. Namun ada juga yang masih Nongkrong entah itu di Kantin atau disudut sekolah lainnya. Nampaknya mereka masih enggan untuk pulang ke Rumah.

Sebagian kecil dari mereka ada yang bahkan masih berkumpul di Ruang Osis, tentunya mereka semua adalah anggota Organisasi Siswa itu yang kini tengah mengadakan Rapat yang diketuai oleh salah satu Senior yang sangat dipopulerkan di sekolah itu. Siapa lagi kalau bukan Nico Haditama.

"Ok Semuanya, sampai disini dulu rapat kita hari ini, makasih atas partisipasi kalian semua." Ucap Nico. Selaku ketua Osis Galapagos.

Hampir 2 jam lamanya, ia dan anggota Osis lainnya membicarakan perihal acara Porseni yang sebentar lagi akan mereka adakan. Begitu semuanya telah Rampung, ia akhirnya membubarkan anggotanya.

Semua orang yang berada diruangan itu berhamburan keluar kecuali Nico dan sahabatnya 'Yoga' yang masih asyik berbincang.

"Jadi loe mau langsung pulang aja nih, Nick?" Ucap Yoga, Pemuda manis yang sedari tadi berbincang dengan Nico.

"Iya nih, Ga. Gue mau langsung pulang aja. Bentar lagi juga kayaknya mau hujan deh." Kata Nico sembari membereskan File-Filenya yang masih berserakan diatas meja.

Pandangannya mengarah keluar jendela,
Menatap sejenak langit yang mulai keabu-abuan pekat. Pertanda sebentar lagi akan turun hujan.

Hatinya sedikit resah, mengingat adik bungsunya yang sampai kini masih belum bisa ia hubungi ponselnya.

"Moga aja Dara ngasih tahu, Keke." Gumam batinnya sedikit cemas.

Sementara itu, di tempat lain, tepatnya di area parkir Sekolah. Seorang Gadis cantik masih saja berdiri bersandar pada mobil merahnya. Sudah hampir dua jam lamanya, ia masih menunggu orang yang sejak tadi dikabarkan padanya kalau orang itu akan pulang terlambat. Sebab ada rapat Osis dadakan yang harus ia selenggarakan.

Namun sedikit pun, Gadis cantik ini tak surut niatnya. Dia masih saja menunggu dan terus menunggunya.

Helaan nafas panjangnya sekali lagi terdengar. "Kak Nico lama banget sih." Gumamnya pelan. Kepalanya tertunduk menatap layar ponselnya. "Kalau aja Hpku nggak lowbat, udah dari tadi aku telfonin kak, Nico."

Gerutuan-gerutuan kecil sedikit terlontar dari mulutnya. Bukannya tak sanggup lagi untuk menunggu, tapi keaadaan disekitarnya sudah mulai sunyi. Langit juga sudah mulai mendung, pertanda sebentar lagi akan turun Hujan. Dan dia sama sekali tak suka hujan.

Cukup bosan menunggu, Gadis itu yang tak lain adalah Keke Haditama melangkahkan kakinya ke sudut trotoar. Ia berjongkok diatas trotoar dengan membenamkan wajahnya dibalik pangkuannya. Fikirannya kembali membawanya pada kejadian satu jam lalu. Dimana saat itu dia masih menunggu Nico dengan salah satu kakaknya. Yakni Dara Haditama.

Flashback On

Dara dan Keke sudah hampir setengah jam menunggu Nico di parkiran. Namun yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang.

Ekspresinya mulai Kesal, dengan menghentak-hentakkan kakinya, Dara terus menggerutu tak karuan. Keke ingin sekali bersuara, namun diurungkannya begitu melihat ekspresi Dara yang mulai menyeramkan baginya. Mengingat kejadian tadi pagi saja membuat bulu kuduk Keke bergidik ngeri. Dia tak ingin membuat situasi semakin tak nyaman.

"Kak Nico mana sih, Lama banget." Gerutu Dara untuk yang kesekian kalinya. Baru saja dia ingin mengambil ponselnya, tiba-tiba seorang pria mengelakson mereka dari atas mobilnya.

"Kalian lagi nungguin Nico yah?" Tanya pria tampan berhidung mancung itu.

Dara begitu berbinar menatap pria itu. Dengan cepat dia menyahut, "Iya nih, Al. Loe liat kak Nico nggak?" Tanyanya.

Pria itu adalah Aldrian, teman sekalas Dara, sekaligus sahabatnya. Aldrian kemudian menuruni mobil, lalu melangkah menghampiri kedua gadis cantik itu.

"Tadi gue denger anak-anak Osis lagi ngadain Rapat Dadakan. Kayaknya kakak Kalian juga ada disana deh. Dia kan KeTosnya." Jawabnya menatap Keke dan Dara bergantian.

Dara hanya menghela nafasnya seraya mengangguk mengerti. Sedangkan Keke, raut wajah gadis itu berubah drastis. Sangat murung. Dan Aldrian tentu saja mengamati hal itu.

"Gimana kalau kalian pulangnya bareng gue aja." Tawarnya kemudian.

Dengan senang hati Dara menerimanya. Tapi tidak dengan Keke. Gadis itu masih tetap diam ditempatnya ketika Dara kini telah memasuki mobil Aldrian dan duduk dikursi depan.

Aldrian menatap Keke heran. Dia juga masih belum bergerak dari tempatnya. "Loh, Ke. Kok diam disitu aja sih. Ayo masuk." Sekali lagi dia mengajak gadis itu, Namun Keke hanya menggeleng.

"Aku mau nungguin kak Nico aja, Kak."

"Tapi Nico kayaknya lama deh."

"Nggak apa-apa, Kak. Kak Aldrian anterin kak Dara aja."

Baru saja Aldrian ingin menyahut lagi. Tapi Dara sudah mendahuluinya. "Udah Al, biarin aja dia nungguin kak Nico. Dia kan emang gitu, maunya apa-apa bareng kak Nico aja. Kan dia kembar dempetnya kak Nico."

Hati Keke sedikit tersentil dengan perkataan kakaknya itu. Memang seperti itu sih gaya bicara Dara padanya. Namun kali ini, entah kenapa hatinya sedikit terusik mendengarnya. Cukup kesal juga dia dibuatnya, apalagi Dara mengatakan hal itu dengan begitu cueknya seolah tak merasa ada yang salah dengan ucapannya.

"Ayo, Al. Buruan." Kata Dara lagi saat melihat Aldrian masih berdiri ditempatnya dan terus saja menatap Keke. Terlihat sekali tatapan tak Suka Dara saat sahabatnya itu begitu memperhatikan adiknya. Dan semua sikap anehnya itu tak lupur dari pantauan Keke.

"Yaudah, Ke. Aku duluan yah." Kata Aldrian yang akhirnya menyerah membujuk Keke untuk pulang bersamanya. Nampak sedikit kekecewaan diwajah pria itu.

"Maaf yah, Kak." Ujar Keke merasa tak enak.

Aldrian hanya mengangguk, dan setelahnya dia memasuki mobilnya, lalu melajukannya membelah jalanan meninggalkan Keke seorang diri disana.

Flashback Off

"Kak Dara kayaknya Cemburu deh kalau kak Aldrian perhatian sama aku." Gumam batin Keke.

Saat perasaannya semakin kalut, Tiba-Tiba saja ada seseorang yang membelai lembut kepalanya. Dia yakin sekali kalau itu adalah Nico. Dan betul saja, Saat ia mengangkat kepalanya, muncullah wajah tampan sang Kakak.

"Kak Nico." Serunya gembira seraya langsung memeluk Nico sangat erat. Nico balas memeluknya.

"Kamu ngapain masih disini, Sayang." Tanya Nico bingung campur khawatir. Sebelah tangannya terangkat mengusap lembut rambut adiknya.

"Yah nungguin Kakak lah. Ngapain lagi." Jawab Keke dengan cemberut. Ekspresinya itu dia tunjukkan pada Nico, membuat kakaknya itu tak dapat lagi menahan tawanya.

"Emang kamu nggak dikasih tahu Dara?" Tanyanya lagi tanpa melepas pelukannya.

Keke hanya menggeleng, sambil terus memperhatikan expresi sang Kakak. Kini nico merogoh saku celananya, mencari ponselnya dan langsung membuka pesan yang ia kirimkan pada Dara.

"Pantes aja. Dara belum lihat chat, Kakak. "Gumamnya pelan. Setelahnya, helaan Nafas kuat terdengar keluar dari mulutnya diikuti gelengan kepalanya.

Keke hanya terkekeh melihat ekpresi sebal kakaknya itu yang menurutnya sangat lucu. Perlahan pelukannya ia lepaskan. Namun beberapa saat,---

DUAARRR

Saura petir menyambar. Keke menjerit dan Refleks melompat masuk kedalam pelukan Nico. Selalu saja seperti itu, dia memang paling anti sama yang namanya Petir, Kilat dan Guntur. Itulah alasannya kenapa dia tak suka hujan.

"Nggak apa-apa, Sayang. Ada kakak disini." Kata Nico menenangkan, Tubuh adiknya ia rasakan semakin bergetar dalam pelukannya.

Tanpa berlama-lama lagi. Nico langsung membawa Keke masuk kedalam mobil. Dan didalam sana Nico terus menenangkan adiknya, Hingga hujan pun turun beberapa saat, Barulah mobil Sport merah itu meninggalkan Area Sekolah.

###

HASNA ANNA
MAKASSAR, 12 APRIL 2020
21.15 WITA

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang