1

17 0 0
                                    

Matahari baru saja keluar dari persembunyiannya. Sinarnya masih lembut membelai kulit. Sungguh pagi yang sempurna bagi Gea jika hari ini bukan hari MOPD. Pukul 06.30, artinya Gea telah telat 30 menit dari batas waktu maksimal masuk peserta MOPD. Sial. Hari ketiga MOPD dan hari ketiga juga Gea akan di hukum. Selama MOPD belum pernah Gea masuk tepat waktu. Gea berjalan santai menuju gerbang gedung satu sekolahnya. Di saat yang lain berlarian menuju gerbang yang medan jalannya menanjak, hanya Gea yang berjalan santai. Sontak saja membuat anggota OSIS yang sedang berjaga di gerbang jadi gemas melihatnya.

"Kamu udah tahu telat, tapi masih aja lelet masuk gerbang," tegur salah satu kakak kelas OSIS saat Gea sampai di gerbang.

Gea menghela nafas dan memberi senyum tulusnya. "Justru karena saya tahu saya telat, kak. Saya pikir buat apa saya harus lari-lari toh tetep aja kan saya telat 30 menit. Lebih baik saya menghemat energi saya, karena habis ini saya akan di hukum kan sama kakak yang badannya gede itu?"

Semua kakak kelas yang berada di gerbang hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar jawaban Gea.

"Mari, kak. Saya duluan ya, mau ketemu kakak yang badannya gede itu. Jadi, kakak ga usah repot-repot anterin saya. Biar saya aja yang kesana langsung," ucap Gea sambil memberi senyumannya lagi. Meninggalkan kakak kelasnya yang terheran-heran dengan sifat ajaib Gea.

Gea berjalan menjauhi gerbang dan kakak kelasnya. Kakak kelas Gea menatap Gea sampai dia menghilang di belokan menuju lapang sekolah.

"Kok ada ya, cewek yang kayak gitu di sekolah kita?" tanya kakak kelas OSIS pada rekannya yang lain.

"Ga tau deh. Untung cantik," jawab rekannya.

"Jurusan apa ya dia?" tanya rekannya yang lain.

"Yang jelas bukan jurusan Leuwipanjang - Cimahi"

"Ya mana ada juga jurusan di SMK kita kek gitu, bambankkk"

***

Gea menghela nafas saat melihat lapang yang telah di penuhi oleh semua peserta MOPD. Peserta MOPD di sekolah Gea tidak terlihat aneh, karena tidak menggunakan topi penyihir, tas kresek atau pita warna-warni, sehingga mereka semua terlihat sebagai manusia seutuhnya. Bukan seperti sekelompok orang gila yang salah masuk tempat.

Gea melangkahkan kakinya perlahan, mencari sosok lelaki yang bertubuh tinggi dan berbadan besar. Dia kakak kelas Gea yang lebih mirip binaragawan dari pada seorang anak SMK biasa. Bukannya Gea cari sensasi, tapi ya bagaimana lagi, Gea cukup sadar kok dia terlambat. Lebih baik menyerahkan diri dari pada harus di tangkap.

Ah, itu dia. Gea mendapatkan sosok yang di carinya. Tepat berada di bawah pohon kayu putih sedang duduk dekat bengkel listrik.

"Uhm.. Selamat pagi, kak," sapa Gea ragu-ragu sambil memberikan senyumannya.

Gea membaca nametag di jas OSIS milik kakak bertubuh besar tersebut. Oh, namanya Devangga.

"Anu kak... Devangga, saya mau menyerahkan diri karena terlambat," ucap Gea.

Devangga yang sedang membalas chat di ponselnya langsung menegakan kepalanya, melihat gadis yang sedang berdiri di hadapannya lalu berdiri membuat gadis di hadapannya harus menengadahkan kepalanya ketika melihat Devangga.

"Ck. Kamu lagi, kamu lagi. Udah mau hari terakhir MOPD dan belum pernah tepat waktu," ujar Devangga menatap tajam Gea."Posisi banding"

"Apa?" tanya Gea kikuk.

"Cepet"

"Eh, iya iya." Gea langsung mengambil posisi banding.

"Telat berapa menit kamu?" tanya Devangga

KESALAHPAHAMAN YANG MANISWhere stories live. Discover now