Ah... Seperti ini

23 0 0
                                    

Frasa ini menjadi cukup trendy setelah seseorang menggunakannya. Saat itu ia menyuruhku (dan orang lain) di social media untuk mengikuti meeting yang jelas-jelas yang harus ikut adalah jabatan diatasku. Yaa aku menolaknya dong. Lalu dia bilang aku tidak bersyukur. Dia bilang disana, di grup itu, aku tidak bersyukur. Entah kurang bersyukur atau tidak beryukur katanya, aku lupa, tak temukan bedanya. Wow. Speechless.

So, dia pikir aku harusnya bersyukur karena wajahku nampang di depan orang-orang penting. Aku harusnya bersyukur karena keberadaanku terlihat oleh orang berjabatan. Itu yang kurasa perlu kusyukuri dari perspektif dia. Wow. Speechless. Meski akhirnya aku meeting juga si, untuk menggantikan orang lain sepertinya. Ah..

Seberapa penting wajahku ini harus dikenal orang penting? Supaya aku berjabatan?

Seberapa sering mata mereka yang berjabatan perlu melihatku? Supaya aku terlihat?

Atau mungkin maksudnya adalah cari muka? Aku diberikan kesempatan cari muka dan aku kurang bersyukur? Kurasa aku tidak serendah itu sepertinya.

Bukankah syukur harusnya lebih tinggi dari hanya sekedar "terlihat"?

Bukankah syukur harusnya tulus dan tanpa pamrih?

Bukankah syukur harusnya menenangkan dan meyakinkan?

Atau lebih to the point,

Bukankah syukur adalah soal memuji Allah atas segala yang Ia berikan?

Mungkin ini adalah trigger yang tepat untukku berpikir bahwa memang aku kurang bersyukur. Bahkan dari standar syukurku sendiri. Aku lebih sering melewati hari hanya dengan complain, risau, sedih, marah, boring, lesu, jengkel, curiga, khawatir dan terburu-buru. Aku tidak sadar bahwa setiap waktu yang kulewati sebenarnya penuh arti dan penuh pembelajaran gratis dari Allah hanya untukku agar aku lebih baik. Simple. Dan aku sering melewatkannya. Hmmmm......

Mulai saat ini aku harus lebih sering,

1. Bersyukur ketika bisa makan dengan rasa manis, asin, gurih, pahit dan asam dalam satu piring.

2. Beryukur ketika kakiku bisa auto pilot tanpa jinjit sana sini seperti orang baru keseleo.

3. Bersukur ketika pekerjaanku bisa kulakukan dan pemasukan tetap aman setiap bulan.

4. Bersyukur ketika semua pengalaman buruk itu sebenarnya free training emotional intelligence.

5. Bersyukur ketika aku bisa dengan nyaman mengurangi beban orang lain dengan hanya mendengarkan dan mengangguk.

6. Bersyukur ketika semua teman tetaplah teman yang menenangkan, teman makan siang yang everlasting.

7. Bersyukur ketika setiap upgrading yang kulakukan berdampak dengan baik, pula buruk.

8. Dan poin lainnya yang lupa perlu kusyukuri.

Kurang bersyukur?

Ya. Benar. Aku kurang bersyukur ternyata. Terimakasih atas pembelajaran yang tidak terduga.  

Kurang BersyukurWhere stories live. Discover now