Short Bunny

34 0 0
                                    

Hana short stories


Dia Hana dan dia pendek.

Yeah. Itu sebuah fakta


Akhirnya, Hana memasuki bangku perkuliahan. Setelah bertaruh dengan hidupnya untuk bisa memasuki universitas, akhirnya ia dapat menduduki salah satu kursi di jurusan yang paling ia sukai. Semuanya terbayarkan.

Tapi, ada satu hal yang masih dalam tahap hutang. Mungkin akan selamanya menjadi hutang.

Hana masih belum bisa meninggikan tubuhnya.


Bahkan, walaupun ia sudah memasuki perkuliahan, Hana masih tetap tidak bisa menggerakkan sesenti pun tinggi dari tubuhnya yang hanya berkisar 153 cm. Yang paling mengherankan ialah hanya ia satu-satunya anak dari kedua saudaranya yang bertubuh pendek.

Untungnya ibu dan ayah selalu mendukungnya dan berkata "Kecil-kecil, cabe rawit. Badan boleh kecil, tapi otak harus besar (pemikiran harus luas)". Kalimat itu menjadi pegangan Hana selama ia hidup hingga sekarang.



"Ayo masuk!. Jurusan A disini!".

Teriakan senior yang membahana itu membangunkan Hana dari lamunannya. Semua teman-teman yang merupakan satu jurusan dengannya berkumpul dan berbaris rapi sampai tiba-tiba,

"Yang pendek di depan!".

Puta Madre!

Diam-diam Hana berkata kotor dalam hatinya. Secara serempak, semua orang menatapnya dan terkikik geli sambil mendorongnya untuk maju dan berbaris paling depan. Pipi Hana memerah lalu maju perlahan. Selama dia berjalan, mereka berbisik.

"Pendek banget".

"Kecil".

"Jadi ingat adikku di rumah".

"Memangnya adikmu sudah SMA?".

"Masih kelas 4 SD".

"Dia nggak salah sekolah kan?".

Semuanya terkikik geli. Hana tidak bisa berbicara apa-apa dan terus maju kedepan. Sesampainya ia, seniornya menatap heran lalu tertawa.

"Hei Adik. Kamu menggemaskan sekali".

Qué??.

Semua orang meledak dalam tawa, termasuk para jajaran senior. Mereka malah turut serta dalam menggodanya.

"Adik kelas berapa?".

"Disini kampus, bukan SMP".

Huff. Hana hanya bisa menggembungkan pipinya dan tersenyum malu dengan wajah memerah. Ia menundukkan wajahnya.

"Enough, Andy. Let's just start it ".

Salah satu senior yang berdiri di depan Hana menyudahi segala candaan tersebut. Hana menatapnya dan melihat seorang pria berperawakan tegap, tinggi dan tampan. Seperti model. Hana berterima kasih dalam hati terhadap pria itu. Ia tersenyum penuh syukur padanya. Pria itu menatapnya dan hanya berdehem. Ia mengalihkan perhatian terhadap juniornya.



"Okay. Informasi yang kami sampaikan cukup jelas. Selama seminggu ini kalian akan menjalani MOS. Jangan lupa sediakan apa yang kami perintahkan. Setiap pertemuan terkhususnya dengan dosen harus dihadiri. Mengerti semua??!!".

"Mengerti kak!!".

"Kalian dipersilahkan bubar".

Mereka pun membubarkan diri. Beberapa orang saling berkenalan. Termasuk Hana yang akhirnya juga mendapat teman baru. Mereka mengatakan bahwa sebenarnya mereka tidak bermaksud mem-bully. Mereka hanya berpikir Hana tampak sangat imut dan kecil.

Akhirnya, panggilan baru tercipta. Short Bunny.

Hana tertawa. Dikarenakan panggilan itu, dia merasa sudah mulai beradaptasi dan memasuki lingkungan kampusnya. Walaupun didalam hatinya, dia tetap tidak percaya diri.

Otak besar, otak besar, otak besar.

Kata-kata itu terus diulangi tanpa henti.




Tanpa ia sadari, seorang pria diam-diam menatapnya dan tersenyum padanya.









Rilis bacaan baru. Lol. Entah aku mau bersyukur atau enggak. Tapi, gara-gara corona pikiran jadi kebuka. Well.. berusaha berpikir positif. wkwkwk

Short GirlWhere stories live. Discover now