Gue sering ngomong pada diri gue sendiri terkait definisi teman, iya sampai sekarang usia gue yang sudah memasuki 22 tahun gue belum benar-benar dapat mempercayai teman. Difikiran gue teman hanya sosok manusia pemakan segalanya yang bisa saja sewaktu-waktu "memakan" gue. Waktu gue kecil aja, gue akan mendadak menjadi manusia dengan manusia-manusia lain mengelilingi gue sembari berkata 'ayo main kerumah lo rif, ayolah rif!!'. Dan benar saja waktu itu memang gue habis dibelikan Game Sega terbaru oleh bokap gue.
Gue pun cepat-cepat menyalakan Game Sega terbaru gue, jujur gue seneng banget dan tidak sedikitpun berfikir kalau gue sedang dimanfanfaatkan oleh temen temen gue. Anjir emang. 1 jam, 2 jam, 3 jam, bahkan 4 jam sudah kita bermain game. Dan akhirnya ini kesempatan pertama gue memegang joystick (bangke emang yang punya malah gak kebagian). Tapi gue bisa mengerti itu, memang diantara temen-temen gue, gue lah yang paling cupu dalam memainkan jari-jariku pada joystick hitam itu. Perlu gue akui bahwa niatan gue minta dibelikan game itu salah satunya agar temen-temen gue menjadi "care" sama gue.
Rasa bosan itu pasti ada kan? tidak terkecuali dengan permainan game. waktu bermain diluar rumah pun dimulai, begitupun gue yang harus memulai perang perasaan menghadai teman-teman gue yang secara otomatis berubah menjadi manusia yang sangat berbeda hanya dengan selang waktu beberapa menit saja. Yang benar saja gue didiemin sama si kampret-kampret itu. Permaianan di luar rumah menjadi sangat canggung buat gue, yang ada di otak gue 'pulang pulang pulang pulang'.
Begitulah, mereka tidak pernah menjelaskan maksut dari sikap mereka. Ini hanya gue yang terlalu cemas atau emang gue sedang dikerjain? Tapi percayalah perasaan itu tetap ada sampai saat ini.
YOU ARE READING
BEBERAPA KEGELISAHAN
Non-FictionBercerita mengenai beberapa kecemasan yang gua alami akhir-akhir ini. Sedikit lebay sih, tapi gue fikir perlu untuk gue ceritakan.