01

17 6 3
                                    

Seorang gadis berdiri tegak di ambang pintu. Melihat sekeliling, matanya menyapu setiap sudut ruangan yang lumayan lapang. Ia tersenyum menyeringkai. Tidak ada makhluk hidup. Hanya ada barang-barang yang dianggapnya tidak penting.

"Meja, kursi, lemari pakaian, emm--"

Ia berjalan menuju lemari pakaian, lalu membukanya. Kosong. Hanya sarang laba-laba yang menghiasi. Ia berfikir sejenak.

"Lemari buang aja?" tanyanya kepada diri sendiri, beberapa detik kemudian ia menggeleng, "jangan, bisa buat naruh kepala."

Tersenyum manis tapi terlihat mengerikan. Sekali lagi, ia menyapu pandang ke seluruh ruangan. Ini adalah rumah yang tidak besar atau pun kecil, tempatnya pun tidak diketahui orang-orang. Makanya ia memilih tempat ini untuk bermain dengan Mogu-mogunya.

Mogu adalah sebutan untuk mainan gadis yang tengah bermain dengan pisau berujung lancip. Gadis itu pun menyeringkai keji. Tak ada yang lebih mengasikkan selain mendengar jeritan dari mogunya.

"I like when I see the blood around me."

***

Langit cerah secerah gadis yang kini bergumam riang sambil berjalan di koridor sekolah yang sudah mulai diramaikan oleh siswa-siswi. Hari ini adalah perpindahannya di sekolah baru. Banyak pasang mata yang melihatnya.

Gadis itu pun masuk ke ruangan kepala sekolah. Tak lupa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Permisi bu..." ucapnya anggun sembari berjalan ke arah sofa. Disana sudah terlihat kepala sekolah yang terseyum manis ke arahnya.

"Claire Kinan, ya?"

"Iya, bu."

"Yaudah, nanti Bu Alin selaku wali kelas kamu akan menunjukkan kelas yang akan kamu tempati."

Claire mengangguk patuh. Beberapa detik kemudian, guru yang diketahuinya bernama Bu Alin itu mendekatinya dan menyuruhnya untuk beranjak menuju kelas.

Sampai di depan pintu kelas, Claire mendongak menatap papan kecil bertuliskan XII IPA 1. Ia tersenyum kecil, kemudian melangkah masuk saat namanya dipanggil.

Murid yang melihat seorang siswi masuk pun mulai heboh. Tak banyak juga lelaki yang menggodanya. Dilihat dari segi manapun, Claire mendekati kata sempurna. Mata hazel namun sedikit tajam, rambut cokelat terang yang memang sejak lahir sudah ada, terlihat friendly ketika melihat senyum manis yang ia tampilkan.

Claire tersenyum manis. Menatap siswa-siswi yang masih heboh atas kedatangannya. Claire juga dapat mendengar bisikan-bisikan tidak enak dari banyak perempuan disini. Dihiraukan. Claire mulai memperkenalkan diri, "Perkenalkan nama saya Claire Kinan, bisa dipanggil Claire. Pindahan dari SMA Rhadika. Semoga kita bisa berteman dengan baik,"

Heboh lagi. Bu Alin pun menghentikan kehebohan dengan menyuruh Claire untuk duduk ke bangku paling kanan deretan kedua. Claire pun berjalan mendekati mejanya kemudian duduk. Ia menoleh ke samping, menatap teman sebangku yang juga menatap dirinya.

"Nama gue Zila." katanya sambil mengulurkan tangan.

"Claire," Claire membalas jabatannya.

"Iya. Udah tau."

Claire terkekeh pelan kemudian mengangguk. Mereka pun berbincang sebentar untuk pendekatan sesama teman sebangku sebelum pelajaran dimulai.

"Nanti ke kantin bareng?" tanya Zila sambil mengeluarkan beberapa buku dari dalam tas.

Claire mengangguk mengiyakan, "Boleh,"

***

Di kantin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GritosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang