Part 1 (gadis yang malang)

2.4K 91 12
                                    


Lahir dan hidup dari keluarga kaya raya dan terpandang tidak membuat hidup Selfi bahagia. Dia bisa mendapatkan apa saja yang dia inginkan dengan kekayaan orang tuanya namun dia tidak pernah bisa mendapatkan kasih sayang orang tua.

Kondisi seperti ini membuatnya merasa tidak diinginkan di keluarganya hingga membuatnya salah dalam memilih pergaulan.

Berbagai cara telah dia lakukan untuk menarik simpati orang tua. Salah satunya adalah membuat masalah di sekolah berulang kali.

Hari ini Selfi kembali bertingkah, dia menempelkan permen karet di bangku gurunya dan tak ada satu pun dari temannya yang berani melaporkan hal tersebut kepada gurunya. Saat gurunya sedang duduk dan hendak bangun semua murid langsung tertawa karena permen karet tersebut menempel di rok gurunya.

Dipanggil ke rumah BP adalah hal biasa bagi Selfi bahkan itulah yang dia inginkan.

"Selfi, kamu benar-benar keterlaluan," salah satu guru mengomeli Selfi.

"Tindakan kamu sudah tidak bisa kami maafkan lagi." Mendengar ucapan kepala sekolah, Selfi langsung tersenyum. "Dengan berat hati saya akan mengeluarkan kamu dari sekolah ini."

"Yes," Selfi langsung bersorak bahagia.

Semua guru langsung menatap Selfi dengan tatapan yang berbeda-beda, ada yang geleng-geleng kepala, ada yang merasa iba dengan sikap Selfi bahkan ada juga yang merasa jengkel dengan kelakuan Selfi.

Ini bukan pertama kalinya Selfi dikeluarkan dari sekolah, bisa dibilang ini sudah yang kesekian kalinya dan sudah tidak bisa dihitung lagi.
Tak ada hari tanpa membuat masalah, setiap hari ada saja kelakuan aneh Selfi yang membuat orang jengkel dan kesal kepadanya.

Pulang dari sekolah, Selfi menyetir ugal-ugalan hingga membuatnya menabrak seorang pengendara sepeda motor yang sedang melintasi jalan yang berlawanan dengannya.

"Mampus, gue nabrak orang," Selfi terperanjat karena tiba-tiba orang-orang sudah berkerumunan di sekeliling mobilnya.

"Hai turun, tanggung jawab," teriak salah satu warga.

Dengan sedikit rasa takut, Selfi turun dari mobilnya dan segera berjalan mendekat kearah orang yang baru saja dia tabrak.

"Woy, tanggung jawab tuh anak orang," bentak salah satu warga yang ada di tempat kejadian.

"Sudahlah pak, saya tidak apa-apa, biarkan saja dia pergi." Suara lelaki terdengar sangat lembut. Iya dia seorang lelaki yang umurnya tidak jauh beda dengan Selfi.

"Sorry ya, gue gak sengaja," Selfi memberanikan diri untuk meminta maaf.

"Tidak apa-apa, saya juga baik-baik saja hanya luka sedikit."

"Baik banget nih orang," batin Selfi

"Bapak-bapak saya tidak apa-apa sebaiknya masalah ini gak usah diperpanjang." Lelaki itu tersenyum lalu beranjak pergi dari tempat kejadian.

Semua warga pun ikut pergi seiring menghilangnya lelaki tersebut. Selfi hanya kagum sesaat lalu dia kembali masuk ke dalam mobil dan segera pulang ke rumahnya karena berharap orang tuanya sudah berada di rumah setelah mendengar keputusan dari kepala sekolah.

"Bik, bibik."

"Iya non, ada apa?"

"Mama sama papa gak pulang?" Pertanyaan itu selalu keluar dari mulut Selfi setiap dia dikelurkan dari sekolah.

"Nggak non."

"Iya udah, bibik boleh kembali kerja," suara Selfi mulai terdengar tak bersemangat.

"Iya non, permisi."

Selfi berjalan masuk ke kamarnya dan melempar tasnya ke sembarang tempat. Dia benar-benar kesal kepada orang tuanya karena tidak ada sedikit pun rasa simpati mereka kepada anaknya, padahal Selfi adalah anak semata wayang mereka.

#
#
#

Malam pun tiba, Selfi menunggu kedatangan orang tuanya sampai dia ketiduran dan begitu terbangun orang tuanya belum juga pulang. Akhirnya Selfi memutuskan untuk pergi ke club karena dia merasa percuma menunggu orang tuanya yang tidak diketahui kapan mereka pulang.

Malam ini Selfi tak seperti malam biasanya, malam ini dia lebih banyak minum dari pada menikmati DJ seperti biasanya.

"Eh buset Lo minum banyak banget sel." Teriak Aldo salah satu pelayan club yang sangat mengenal Selfi.

"Biarin gue minum malam ini, gue kesal sama orang tua gue."

"Gak gini juga kali sel, mending Lo pulang aja gih, Lo minum udah banyak banget."

"Oke gue pulang," Selfi sudah seperti orang hilang akal karena terlalu banyak minum.

Selfi mengendarai mobil dengan setengah sadar. Dia juga sudah tidak terkendali hingga pada akhirnya dia menabrak seorang anak kecil yang sedang menyebrang jalan dan mengakibatkannya menabrak pohon yang ada di pinggir jalan hingga dia tak sadarkan diri.

Kecelakaan tersebut membuat orang tua Selfi terpaksa pulang dan mengancel pekerjaan mereka. Jika saja kecelakaan ini tidak terjadi, mungkin orang tua Selfi tidak akan pulang meskipun Selfi dikeluarkan dari sekolah karena biasanya yang mengurus semua itu adalah sekretaris pribadi keluarga mereka.

Selfi sadar setelah beberapa jam pingsan karena kepalanya terbentur setir cukup keras.

"Mama, papa."

Kehadiran orang tuanya membuat Selfi merasa bahagia karena dia sudah lama menanti kepulangan orang tuanya. Namun apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapannya. Disaat kondisinya seperti ini orang tua bukan simpati namun malah memarahinya karena ulahnya nyawa orang jadi korban.

"Kami keterlaluan Selfi, gara-gara kamu nyawa orang melayang." Suara papanya mulai memenuhi ruangan.

"Mama sama papa udah ngingetin kamu, kalau nyetir hati-hati," kalimat mamanya membuatnya semakin sedih.

"Untung aja papa bisa menghandel semuanya, kalau tidak, kamu bisa di penjara." Bentak papanya yang membuat Selfi langsung menangis.

"Mama sama papa kenapa sih, aku sedang sakit tapi kalian malah marah-marah sama aku, kalian tau gak, aku kayak gini karena kalian." Suara Selfi sedikit tertahan karena tangisannya. "Kalian gak pernah ada buat aku, percuma kalian ngasih uang kalau kalian hanya mementingkan pekerjaan kalian dibanding aku."

"Kami kerja untuk kamu," suara papanya semakin keras.

"Selfi, mama sama papa sudah buat keputusan." Ujar mamanya yang membuat Selfi sedikit penasaran.

"Mulai besok mama sama papa akan kirim kamu ke pesantren."

Keputusan orang tuanya benar-benar membuat Selfi semakin merasa frustasi dan merasa benar-benar tidak diharapkan oleh orang tuanya. Mereka selalu membuat keputusan sepihak tanpa merundingkannya dengan Selfi. Namun Selfi juga tidak bisa berbuat apa-apa, dia tidak bisa membantah keputusan orang tuanya karena itu semua akan percuma. Jadi dengan terpaksa Selfi harus menerima keputusan yang dibuat oleh orang tuanya.

#
#
#
___________________________

Hai readers...

Nih aku punya cerita baru, karena hampir bulan ramadhan jadi kali ini aku bikin cerita yang berbeda dari sebelumnya dan kali ini bernuansa islami.

#
#

Semoga kalian suka...

Jangan lupa kasih suara dan komentarnya ya guys...
.
.
Kalau banyak yang komen, aku pasti akan rajin nextnya karna komentar kalian adalah penyemangat ku.

See you next part guys.....

Ranfi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang