#
#Hari yang di nanti-nantikan pun tiba, semua wali murid diundang ke pesantren untuk mendengarkan pengumuman kelulusan. Selfi sangat bahagia karena kedua orang tuanya hadir ditengah-tengah para wali murid yang lain.
Suatu kebanggan tersendiri bagi Selfi saat mendengar namanya disebut sebagai murid terbaik lulusan tahun ini. Ujiannya mendapatkan nilai tertinggi diantara teman-teman lainnya, bahkan Anisa yang setiap tahun selalu jadi juara umum pun bisa dia kalahkan.
Kedua orang tua Selfi naik ke atas panggung dengan penuh kebahagiaan rasa bangga kepada Selfi karena telah bisa mencapai semua ini.
"Mama, papa," lirih Selfi sambil memeluk kedua orang tuanya.
"Selamat ya sayang," ucap mamanya sambil mengecup pucuk kepala Selfi.
"Kamu benar-benar sudah membuat kami bangga," puji papanya.
"Selamat Selfi, kamu memang yang terbaik," batin Randa sambil tersenyum menatap Selfi yang terlihat begitu bahagia bersama kedua orang tuanya.
Tanpa sepengetahuan Selfi dan Randa, diam-diam Anisa memperhatikan Selfi dan Randa yang mulai saling tatap sambil tersenyum.
"Sebenarnya ada apa sih antara mereka?" Tanya Anisa kepada dirinya sendiri.
#
#Sebelum pergi dari pesantren, Selfi berpamitan kepada pak kiyai. Kali ini Selfi masuk ke ruangan pak kiyai dengan penuh semangat karena tidak ada beban dalam pikirannya.
"Assalamualaikum," ucap Selfi.
"Wa'alaikumsalam", jawab pak kiyai.
"Mohon maaf pak kiyai, saya ke sini mau pamit," ucap Selfi dengan sopan.
"Pamit?" Tanya pak kiyai.
"Iya pak kiyai, saya mau melanjutkan pendidikan saya di universitas impian saya," jawab Selfi.
"Semoga apa yang kamu inginkan tercapai," ujar pak kiyai.
"Aamiin, terima kasih doanya pak kiyai, doa pak kiyai sangat berarti buat saya."
"Kamu anak yang cerdas jadi kamu jangan sampai menyia-nyiakan anugrah yang sudah Allah berikan untuk kamu." Pesan pak kiyai untuk Selfi.
"Iya pak kiyai, saya akan selalu ingat pesan dari pak kiyai," jawab Selfi sambil tersenyum. "Kalau gitu, saya pamit."
"Iya, sukses ya."
"Terima kasih pak kiyai, assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Setelah selesai berpamitan kepada pak kiyai, Selfi segera keluar dan menemui kedua orang tuanya. Saat akan masuk ke dalam mobil, tiba-tiba Randa memanggil Selfi.
"Selfi," panggil Randa.
"Randa," lirih Selfi.
"Siapa sayang?" Tanya mamanya.
"Putranya pak kiyai ma," jawab Selfi. "Mama sama papa tunggu di mobil bentar ya, Selfi mau ngobrol bentar sama dia." Selfi meminta izin kepada kedua orang tuanya.
"Iya sudah, jangan lama-lama ya."
"Iya ma."
Selfi segera berjalan menemui Randa, dia langsung mengisyaratkan Randa untuk segera ke danau.
#
#Di danau penuh kenangan itu, mereka mengobrol sebentar sebelum Selfi pulang ke rumahnya dan tidak akan tinggal di pesantren lagi.
Awalnya suasana sunyi dan rasa canggung menyelimuti mereka berdua. Tidak ada yang berani memulai pembicaraan, namun Selfi memberanikan diri untuk mulai bersuara.
"Randa," panggil Selfi.
Randa menoleh ke arah Selfi, "kamu benar-benar akan pergi dari sini?" Tanyanya.
"Iya."
"Selfi, apa aku salah kalau aku mengharapkan kamu ada di sini sama aku?" Tanya Randa.
"Kamu gak salah," jawab Selfi. "Tapi keadaan yang memaksa kita untuk berpisah."
"Di tempat ini aku bertemu bidadari ku dan di tempat ini juga aku akan berpisah dengannya," lirih Randa sambil tertunduk sedih.
"Randa, lupakan aku, Anisa lebih baik dari pada aku." Selfi memejamkan kedua matanya karena terlalu sakit melihat Randa bersedih. "Mungkin kita gak jodoh, dan pesan aku, bahagiakan Anisa, dia benar-benar cinta sama kamu."
"Selfi..."
Selfi langsung memotong ucapan Randa. "Kamu gak perlu bicara apa pun lagi, ini takdir kita."
"Kenapa harus ada cinta jika dua orang yang saling mencintai tidak bisa bersatu?" Tanya Randa sambil menatap langit.
"Karena cinta mengajarkan kita untuk ikhlas," jawab Selfi. "Ikhlas untuk saling menyayangi dan ikhlas untuk melepaskan demi kebahagiaan orang yang kita sayangi."
"Baiklah, silahkan kamu pergi, aku akan mengikhlaskan semuanya," sahut Randa yang sudah merasa frustasi.
"Selamat tinggal ustadz gombal," ucap Selfi yang sejak tadi menahan tangisnya. "Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam," jawab Randa. "Bidadari surga ku," lanjutnya dalam hati.
#
#Selfi masuk ke mobil dalam keadaan menangis, kedua orang tuanya langsung menoleh ke arah belakang. Mereka saling mengangkat alis mereka mengisyaratkan sebuah tanya.
"Sayang, kamu kenapa?" Tanya papanya.
"Gak apa-apa kok pa," jawab Selfi. "Ayo pa buruan jalan."
"Iya nak."
Tak ingin membuat Selfi semakin sedih, papanya pun segera melajukan mobilnya dan meninggalkan pesantren.
"Selamat tinggal pesantren yang penuh kenangan, selamat tinggal ustadz gombal ku." Selfi membatin sambil menangis.
Begitu mobil Selfi sudah tak terlihat lagi. Randa keluar dan berusaha mencari Selfi, namun dia terlambat karena Selfi sudah benar-benar pergi dari pesantren.
"Selfi," teriak Randa yang langsung terduduk berlutut di tanah.
Hatinya terasa perih, tidak seharusnya dia semudah itu menyerah untuk menahan Selfi, namun semuanya sudah terlanjur terjadi.
"Randa," panggil Aldo sambil memegang pundak Randa.
"Aldo, dia pergi, dia ninggalin aku."
"Kami harus semangat, kamu harus yakin kebesaran Allah sangat nyata, apa pun bisa terjadi," ujar Aldo mengingatkan. "Kamu ingat kan kata-kata ku waktu lalu, kalau kalian jodoh pasti akan ada jalan."
Untuk pertama kalinya Randa merasakan sakit yang tidak bisa dia jelaskan karena ditinggal oleh orang pertama yang membuatnya bisa merasakan cinta.
"Ayo nda, bangun," ujar Aldo sambil membantu Randa berdiri.
"Aku akan segera menikah sama Anisa, orang yang tidak pernah aku cintai." Lirih Randa dengan wajah sedih.
Anisa terkejut mendengar ucapan Randa, dia baru tahu jika selama ini Randa tidak mencintainya dan dia juga baru sadar jika Randa dan Selfi saling mencintai.
"Jadi selama ini kamu mencinta Selfi?" Tanya Anisa yang sudah berdiri di belakang Randa dan Aldo.
Pertanyaan Anisa membuat Randa dan Aldo langsung menoleh ke belakang dengan raut wajah terkejut.
#
#___________________
Ranfi berpisah.....
Dan Anisa tahu kenyataannya, lalu apakah yang akan terjadi selanjutnya???
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranfi
Fanfiction. . . Kisah gadis remaja yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang orang tuanya hingga membuatnya salah dalam pergaulan. Setiap malam dia selalu menghabiskan waktunya untuk clubing. Bahkan di sekolah pun dia selalu membuat masalah untuk menarik sim...