SELAMAT TINGGAL

6 1 1
                                    


"Gue mau kita putus!" Bentak gadis itu pada kekasihnya

"Gue heran sama lo?! Kenapa dari dulu omongan lo itu putus-putus-putus-putus! Cape gue dengernya!"

Pertengkaran itu seperti hobi baru bagi mereka. Tidak ada satupun hari yang terlewatkan tanpa pertengkaran.

"Ya gue emang mau putus dari lo. Gue capek pacaran sama lo tau ga?! Gue juga malu punya pacar kayak lo. Mentang-mentang ganteng aja lo bisa seenaknya."

"Gue kaya gini karena lo juga! Setiap malem, gue sering ajak lo jalan, sering ajak lo telephonan, chattingan, videocallan. Tapi apa? Lo gak pernah nerima ajakan gue! Pasti alasan lo belajar-belajar-belajar. Lo gak pernah ada waktu sedikit pun buat gue! Setiap hari gue selalu keluar malem." Emosi Nevan sudah berada di puncaknya.

Bagaimana tidak kesal?! Kenzie---kekasih Nevan--- selalu menuntut agar Nevan melakukan sesuatu yang Kenzie inginkan. Dia selalu memaksa agar Nevan berbuat baik, belajar dengan giat, dan hal lainnya yang tidak Nevan suka. Ia bingung, kemana Kenzie yang dulu? Kemana Kenzie yang selalu membuat mood buruknya membaik?.

"Ya gak perlu ke club juga, kan?! Lo bisa ke Perpustakaan, atau kemana gitu? Lakuin hal yang sedikit lebih bermanfaat untuk hidup lo!"

"Itu bukan dunia gue, Zie. Gue gak kayak lo, dan gak bisa kayak lo. Jadi stop tuntut gue untuk lakuin hal yang lo inginkan! Lagian gue kesana juga bukan untuk apa-apa, gue hanya ngelepas stress aja, gak lebih." Nevan merendahkan volume suaranya.

"Dan soal lo minta putus tadi, gue gak bisa ngelarang lo lagi. Lo berhak mutusin gue. Gue sayang sama lo Kenzie Fikasya, dan gue mau lo bahagia. Walaupun kebahagiaan lo itu bukan sama gue, gue pasti ikut bahagia juga."

"Gue duluan ya." Tiga kata yang keluar dari mulut Nevan membuat Kenzie meneteskan beberapa bulir air matanya. Dia menahan dirinya agar tidak menangis. Namun, kata terakhir yang Nevan ucap, membuat tangisan yang sedari tadi ia tahan, akhirnya meluap juga.

"Jangan nangis, lo jelek kalo nangis. Senyum dong, kalo lo senyum kan jadi cantik. Ya udah gue pulang, ya?" Nevan mengelus puncak kepala Kenzie dengan lembut sebelum dia berlalu pergi meninggalkan Kenzie sendirian.

Dilangkah ke lima dia berjalan, dia menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya untuk bertanya apakah Kenzie akan ikut dirinya pulang?. Namun Kenzie menggeleng dengan muka yang tertutup oleh kedua telapak tangannya---tanda dirinya menolak ajakan Nevan.

"Oke."

Ditaman itu, tepat pukul delapan malam waktu Indonesia bagian Barat. Sepasang kekasih yang sudah berhubungan lebih dari dua tahun lamanya memutuskan hubungan mereka secara baik-baik, walaupun diawali dengan pertengkaran hebat yang berujung isak tangisan .

Pepohonan, bunga-bunga yang indah, kursi taman, serta langit yang gelap menjadi saksi bisu putusnya hubungan antara Kenzie dan Nevan. Tetesan air hujan juga menjadi penambah suasana pilu yang sedang terjadi. Membuat Kenzie menjadi 'seperti' perempuan yang paling menyedihkan di dunia ini.

♫♫♫

"Miihh... bangun Miihh..." Rengekan gadis kecil itu membuat sang Ibu terbangun dari tidurnya.

"Mih? Mamih nangis? Mamih kenapa? Mamih jangan sedih. Kalo mamih sedih, nanti... Nanti Ia jadi sedih." Ucap gadis kecil itu dengan mata yang berkaca-kaca.

"Nggak Ia, Mamih gak kenapa-napa kok. Mamih cuma kelilipan aja, udah yuk kita sarapan." Bela Kenzie.

Mimpi itu lagi. Kejadian beberapa tahun lalu kembali menghantui mimpi-mimpi Kenzie, saat Kenzie memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan mantan kekasihnya dahulu, hal yang mungkin akan membuatnya menyesal seumur hidup. Itu adalah cinta pertamanya, Nevan.

GoodBye ((short story))Where stories live. Discover now