"kadang baik aja gak cukup" kalimat yang terus terngiang. Salah siapa, salah apa. Bukan nya sudah semua, ini diberikan, ini disuguhkan, ini disuapkan, itu kurang? Ini masih banyak, ambil lah. Itu bukan nya sudah cukup? Kenapa tidak cukup kata mereka. Jangan yah, saya tidak suka—baik tidak lagi. Sudah cukup itu berlebihan, tapi ini hanya menyapa teman lama—saya bilang cukup. Itu berlebihan. Iya. Mengerti.
Dimana? Mana? Kirimkan. Siapa? Siapanya? Jelaskan. Oh. Yasudah. Ok.
Ini kenapa begini? Ada apa sih? Reaksinya berlebihan. Tetapi kita biasa seperti itu, kenapa saya tidak boleh. Ini bukan kita, ini kamu. Kamu yang biasa diperlakukan seperti itu. Jangan samakan dengan saya.
Bodoh ya, sudah berapa kali dibilangi? Sudah lah nanti juga senang, bisa berhenti bicarakan itu? Tapi saya mereasa—ah itu kan pilihan mu.
Haah, sudah capek. Sudah tidak tahan. Bisa berhenti? Sudah habis, sudah tidak ada. Tidak bisa, ayo coba dicari lagi. Cari- cari lagi masih ada. Ayo coba salahkan. Salahkan siapa? Dirimu bukan? Ayo. Pasti bisa. Sakit, kan memang sudah jalan nya. Sedih, bohongin saja diri sendiri apa susahnya. Iya masih ada. Sudah saya bilang, ayo jadi seperti kemarin lagi. Ditahan ya, harus ditahan terus. Kalau tidak kuat bagaimana? Ya cari lagi, pasti kuat. Kau kan bodoh?
Apa ini? Apa-apaan? Kau berdiri dengan kaki sendiri? Apa-apaan kau berani menyuarakan? Benar-benar wanita jahat. Wanita kejam. Kelewatan. Lihat tingkah mu. Bukannya menangis sendiri, dan membohongi diri lagi malah mengeluarkan semua sedihnya. Liat betapa menyebalkan nya kau. Liat betapa kesulitan nya kau ini. Siapa yang tahan? Tentu bukan saya, sana jauh – jauh. Wanita tak punya hati Nurani, tak punya akal sehat. Wanita gila. Berhenti la mengatakan apa yang mengganggu pikiran kau, karena itu salah. Karena kau tidak sepenting itu. Sudah lah, saya cukup. Pergi kau jauh – jauh. Sangat tidak berguna.
Iya. Sudah, berhenti. Jangan lagi. Berhenti.
