Prolog

19 2 0
                                    

"Menjauh Dariku, ku mohon!!!"

Dengan menutupi wajahnya, Renata mencoba membendung Rasa takutnya. Perlahan, ia mencoba menenangkan debaran jantungnya. Kali ini, tingkat ketakutannya bertambah.

Sosok yang ditemuinya sungguh mengerikan. Dengan wajah bersimpah darah, penuh sayatan disekujur tubuhnya. Bola mata yang hampir keluar, juga luka menganga ditengah perutnya. Sosok itu sangat-sangat mengerikan. Siapa yang tak akan menjerit jika melihat sosoknya. Apalagi Renata yang memang tak mampu menguasai rasa takutnya.

Dengan terus terisak, Renata juga terus saja berdoa dalam hatinya. Ingin sekali ia menjerit, meminta bantuan kepada siapa saja yang berada di Gang gelap kecil itu. Namun sepertinya mustahil, mana ada orang normal yang mau berlalu lalang ditempat ini, dan lagi pula tubuhnya sudah mulai melemah, jangankan untuk teriak, menggeser tubuhnya saja ia sudah tak kuat.

Dan dalam ketakutannya, ia terus saja berdoa, berharap ada seseorang mendatanginya dan menolongnya.

"Siapa disana?"

Sebuah teriakan menumbuhkan harapannya. Sangat jelas sekali, Teriakan itu berasal dari depan sana. Suara pria yang perlahan terdengar semakin dekat kearahnya. Renata juga dapat jelas mendengar derap langkahnya.

Tubuhnya kemudian tersentak kuat saat kedua tangan pria itu memegang bahunya.

"Hey. Kamu kenapa? Apa yang terjadi?"

Begitu Pria itu bersuara, Renata bisa bernafas lega, dia kini yakin jika yang menghampirinya itu betul-betul manusia. Langsung saja dia mengangkat wajahnya dan menatap wajah pria itu yang tak begitu jelas dilihatnya, sebab disekitar mereka tak ada pencahayaan yang memadai.

Perlahan bola matanya bergulir mencari sosok menyeramkan tadi, tapi tak ada. Renata tak menemukannya sama sekali. Dan syukurlah, kini ia betul-betul bernafas lega.

Renata terkulai, tubuhnya yang semula hanya berjongkok, kini jatuh sepenuhnya ke aspal itu. Tangisannya mengeras dan sangat memilukan. Membuat pria yang masih berada disampingnya itu semakin kebingungan.

"Hey, kenapa kamu menangis?"

Tak ada jawaban yang Renata berikan kepada pria itu. Dia terus saja menangis dan terisak sesengukan. Tubuhnya masih bergetar namun perlahan menenang ketika pria itu merengkuhnya. Sejenak, Renata terdiam. Baru kali ini dia merasakan pelukan sehangat ini setelah pelukan Kakaknya.

"Tenang yah. Jangan menangis lagi. Kamu sekarang aman kok."

Lirihan pria itu begitu lembut, membuat Renata semakin tenang dalam rengkuhannya. Perlahan tangannya terangkat memeluk lengan kokoh pria itu, wajahnya ia benamkan dalam Dada pria itu lalu berlanjutlah tangisannya. Bukan lagi tangis ketakutan. Tapi tangis kelegaannya.

Pria itu terus saja menenangkannya, dia dapat jelas merasakan bagaimana pria itu memperlakukannya senyaman mungkin. Tangan pria itu terus saja mengusap punggungnya, hingga rasa takutnya benar-benar menghilang. Tapi energinya yang terkuras habis membuatnya semakin lemah. Perlahan suara tangisnya terhenti, bersamaan dengannya, tubuhnya pun terkulai lemah dalam pelukan pria itu. Tak ada lagi yang ia rasakan selain rasa lelah, teramat sangat lelah yang membuatnya perlahan tak sadarkan diri...


£¥£

Holla sayang-sayangkuhhh
Kali ini aku buatin cerita yang lain dari biasanya yah 🤭

Aku lagi suka-sukanya nih baca cerita yang berGendre Horor. Ntah di Wattpad ataupun di Webtoon. Nggak tau kenapa akhir-akhir ini lagi suka aja gitu. Makanya pengen nyoba buat satu juga 😁

Jadiii.....
Taraaaaa......
Terciptlah 'SIXTH SENSE' ini
👏🏻👏🏻👏🏻🤭

Semoga gendre baru ini bisa menghibur kalian yah 😘🤗

HASNA ANNA
MAKASSAR, 13 APRIL 2020
22.13 WITA

Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang