Pada hari Minggu, Sanu, Royan, dan Tegar melakukan kunjungan ke peternakan ayam. Mereka bertiga melakukan kunjungan untuk menyelesaikan tugas sekolah. Peternakan ayam tersebut berada di wilayah Ungaran.
"Wah, banyak sekali ayamnya!" ujar Tegar sambil kagum.
"Iya, benar, Gar. Kalau begini kita dapat menyelesaikan tugas sekolah dengan cepat," sahut Sanu.
"Sudah-sudah lebih baik kita cepat-cepat menyelesaikan tugas sekolah!" ujar Royan.
Mereka bertiga langsung mengamati ayam untuk dijadikan bahan penelitian. Akhirnya mereka bertiga menemukan satu ayam yang cocok untuk dijadikan bahan penelitian.
"Sepertinya ayam ini cocok untuk dijadikan bahan penelitian," ujar Royan.
"Iya benar, sepertinya ayam ini sangat sehat dan ayam ini juga memenuhi syarat untuk dijadikan bahan penelitian," sahut Sanu.
"Kalau begitu kita langsung saja tanya kepada pemilik peternakan ini," Ujar Tegar.
"Permisi, paman. Kami ingin membeli ayam ini, kalau boleh tahu berapa harga ayam ini?" tanya Tegar.
"Kalian yakin ingin membeli ayam ini?" tanya paman itu kepada mereka bertiga.
"Kami yakin sekali!, ayam ini adalah salah satu ayam yang memenuhi syarat untuk dijadikan bahan penelitian," jawab Sanu dengan tegas.
"Memangnya kenapa paman tanya seperti itu?" tanya Royan kepada paman tersebut.
"Ayam itu sangat aneh. Setiap pagi ayam itu berkokok terus selama satu jam. Dan ayam itu sering mengais-ngais tanah," jawab paman itu.
"Kalau berkokok selama satu jam itu memang hal aneh, tetapi kalau mengais-ngais tanah itukan memang hal yang wajar," ujar Tegar.
"Masalahnya ayam itu kalau mengais tanah seakan-akan bumi seperti bergoyang," ujar paman itu sambil memberikan penjelasan.
"Kami tidak percaya, masak ayam mengais tanah dapat membuat bumi bergoyang. Memangnya goyang dombret," ujar Sanu.
"Kalau begitu terserah kalian. Ambil saja ayam itu, gratis!" ujar paman itu.
Setelah mereka mendapatkan ayam itu, mereka langsung melakukan penelitian. Tiba-tiba saat mereka melakukan penelitian ayam itu mengeluarkan aroma yang tak sedap, yang membuat ketiga anak itu pingsan.
Saat mereka bertiga bangun dari pingsan, mereka terkejut karena mereka berada di tempat yang asing.
"Dimana ini?" tanya Royan.
"O, jadi kalian sudah bangun."
"Bukankah anda ayam yang kami jadikan bahan penelitian?" tanya Sanu.
"Iya, itu benar."
"Mengapa anda dapat berbicara?" tanya Royan.
"Sebelumnya aku ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu. Namaku adalah Amuk. Aku merupakan ratu ayam," ujar Amuk.
"Jadi, kau ini adalah betina, aku pikir kau ini jantan," ujar Sanu.
"Aku membawa kalian kesini karena aku ingin menguji kepintaran kalian. Aku telah melihat kepintaran kalian dari alam ini," ujar Amuk.
"Jadi, kau membawa kami kesini hanya untuk menguji kepintaran kami, silahkan tanya apa-saja," ujar Tegar sambil sombong.
Tiba-tiba ayam yang bernama Amuk itu langsung mengais-ngais tanah dengan kakinya. Dan tiba-tiba bumi bergoyang.
"Eh..eh.eh ada apa ini, mengapa bumi bergoyang?" ujar Royan sambil takut.
"Aku ingat yang dikatakan penjual ayam itu, jika kaki ayam itu mengais tanah, bumi akan bergoyang!" ujar Sanu.
Akhirnya, ayam itu pun menghentikan kakinya mengais tanah. Kemudian ayam itu bertanya.
"Aku ingin bertanya, mengapa kakiku ini jika mengais tanah bumi akan bergoyang?" tanya Amuk.
"Aku tidak tahu," jawab Sanu.
"Aku tidak tahu," jawab Royan.
"Hmmmm, aku juga tidak tahu," jawab Tegar.
"Tadi kalian bilang kalian dapat menjawab semua pertanyaan. Berarti kalian tidak secerdas yang aku pikirkan," ujar Amuk.
Mereka bertiga sangat malu karena mereka tidak dapat menjawab pertanyaan dari Amuk.
"Itulah, kalian tidak boleh sombong. Di dunia ini tidak ada yang lebih pintar dari Sang Maha Pencipta," ujar Amuk.
"Ya, kami mengerti. Kami terlalu sombong sehingga kami melupakan kalau masih ada yang lebih pintar dari kami yaitu Sang Maha Pencipta," jawab salah seorang anak.
"Kami sadar ternyata anda membawa kami ke alam ayam ini untuk menguji keimanan kami terhadap Sang Maha Pencipta," ujar Tegar.
"Akhirnya, kalian sadar. Kalian boleh pintar tetapi kalian tidak boleh menyombongkan diri, karena kepintaran itu datangnya dari Sang Maha Pencipta," ujar Amuk.
"Kami minta maaf karena kami telah bersalah," ujar ketiga anak itu secara serempak.
"Jangan minta maaf padaku tapi minta maaflah kepada Sang Maha Pencipta," ujar Amuk.
Kemudian ayam yang bernama Amuk itu mengeluarkan aroma wangi. Saking wanginya sampai-sampai ketiga anak itupun pingsan kembali. Saat mereka bangun dari pingsan, mereka terkejut karena mereka sudah berada di tempat penelitian mereka.
"Akhirnya, kita dapat kembali lagi ke sini," ujar Royan dengan wajah senang.
Saat mereka ingin memulai penelitian tiba-tiba,
"Apa ini?" tanya Sanu.
"Ini surat dari Amuk," ujar Tegar.
Kemudian salah seorang dari mereka membacakan surat dari Amuk.
"Kalian jadilah orang pintar tetapi jangan lupa kepintaran itu datangnya dari Sang Maha Pencipta. Jadilah orang yang berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Sekarang silahkan kalian boleh memulai penelitian ini. Aku sudah siap untuk kalian gunakan sebagai bahan penelitian. Sekian surat dariku." kutipan surat dari Amuk.
Mereka kemudian memulai penelitian. Mereka sangat senang karena mereka telah disadarkan oleh ayam. Dan saat itulah mereka mulai menambah kepintaran mereka dan mereka tidak sombong kembali.

YOU ARE READING
Kecerdasan Ayam
FantasySebuah cerita yang menceritakan 3 orang anak yang sombong. Kemudian mereka bertemu dengan ayam di dunia lain dan mereka disadarkan oleh ayam tersebut. Ingin tahu kelanjutannya?, silahkan dibaca.