Zee

79.6K 404 37
                                    


"Sayang, beneran gak papa kalau aku tinggal ke luar kota tiga hari?"

Zee tersenyum. "Gak papa, lagian perkiraannya kan masih Minggu depan. Kamu gak usah khawatir."

Sebenarnya Zee sudah merasakan kontraksi sejak kemarin, tapi tidak mungkin jika dia menghalangi suaminya untuk bekerja ke luar kota. Lagipula ini proyek penting, yang akan memberikan keuntungan yang sangat besar.

"Yaudah, aku berangkat dulu. Kamu hati-hati ya dirumah, kalau ada apa-apa langsung telpon aku."

"Iya mas."

Aryo menunduk, mensejajarkan kepalanya dengan perut buncit Zee. Dia mengelus perut itu dengan sangat lembut. "Kamu jangan nakal ya, jagain mommy kami selama daddy pergi."

Zee tersenyum, menahan ringisannya karena kontraksi itu semakin terasa. Zee berpegang pada meja yang ada di teras rumahnya. Dia melambaikan tangannya karena Aryo sudah naik ke mobil dinasnya.

Mobil Aryo sudah tidak terlihat, Zee masuk kedalam rumahnya dan mengunci pintunya rapat-rapat. Kedua tangannya berpegangan pada pintu.

"Huh, huh, huh, huh, huh." Zee mencoba menstabilkan rasa kontraksi di perutnya.

Dalam kepercayaan keluarga Zee, bayi memang harus dilahirkan sendiri atau paling tidak dengan suami sang ibu. Karena kalau tidak, bayi itu sudah terkena tangan orang lain di awal hidupnya. Dan itu tidak baik menurut kepercayaan keluarganya.

Zee berjalan kearah tangga, mungkin melahirkan di kamarnya adalah pilihan yang bagus. Tapi di tengah tangga Zee berhenti melangkah, pegangannya semakin mengerat. Zee terduduk, dia melihat air keruh yang mengalir di selangkangannya.

Tidak ada pilihan lain selain melahirkan disini. Dengan susah payah, Zee menanggalkan semua pakaiannya. Dia siap untuk melahirkan dalam keadaaan telanjang seperti ini.

"Akhhh, huh huh, enghhhhhhhhhhhhhhh."

Kepala bayinya sudah keluar seperlima, tapi rasanya sungguh sakit sekali. Zee mendongak, pegangannya pada pegangan tangga semakin erat.

Ting tong.

Zee menghela nafasnya kesal, disaat yang seperti ini malah ada orang yang datang ke rumahnya. Dengan susah payah, Zee bangkit dari duduknya lalu mengambil kain dua meter untuk menutupi badannya. Tetapi kain itu tidak bisa menutupi seluruh badannya, tersembul perut buncitnya yang penuh keringat.

Zee melangkah menuju pintu dengan tangan kiri penyangga pinggangnya dan tangan kanan berada di selangkangannya. Dia membuka pintu, melihat tukang pengantar paket tersenyum kearahnya.

"Permisi, saya ingin mengantarkan paket atas nama Nona Zee." ucap lelaki yang berumur kisaran tiga puluhan itu.

"Ohhh iyahh, makasihh mashhh." Zee menggigit bibir bawahnya, menahan rasa ingin mengejan karena dorongan itu semakin kuat.

"Mbak, boleh saya minta minum?"

Zee langsung mengangguk, mungkin ini cara agar pria itu bisa cepat-cepat pergi dan dia bisa melahirkan bayinya.

Zee berjalan mendahului pria itu dengan terseok-seok, dia menekan selangkangannya agar bayinya tidak semakin keluar. Zee mengambil gelas lalu disodorkan pada pria itu.

"Ambilhh ajahh disanahhh." Zee menunjuk arah dispenser yang tak jauh dari tempatnya.

Setelah mengambil apa yang dibutuhkan, pria itu mengucapkan terimakasih lalu langsung keluar dari rumah Zee. Zee langsung menanggalkan kain yang menempel di tubuhnya.

Tubuh Zee melorot, dia sudah tidak tahan lagi untuk tidak mengejan. "Enghhhhhhhhhhhhhhh, akhhhhhhhhhhhh!"

Bobot bayinya memang terlalu besar, terakhir dia periksa, 4 kilogram lebih. Pantas saja jika lahiran pertamanya ini sangat menguras tenaga.

Kepala bayi sudah lahir setengah, tetapi setengahnya sulit keluar karena ukurannya terlalu besar jika keluar lewat vagina Zee.

"Aduhhhh, akhhhhhh ini gimanahhh? Bayinyahhh besar banget hahhhhh."

Sekarang Zee harus mengejan terlebih dahulu, yang penting bayinya bisa lahir dengan selamat. Tidak peduli apa yang akan terjadi setelahnya.

"Akhhhhhhhhhhhh, huh huh enghhhhhhhhhhhhhhh, enghhhhhhh!"

Kepala bayinya keluar dengan sempurna, bisa Zee rasakan perih dibawah sana. Zee menggapai kursi yang tak jauh diposisinya, dijadikan untuk pegangannya.

Zee menarik nafasnya dalam-dalam, mempersiapkan untuk mengejan panjang setengah ini.

"Enghhhhhhhhhhhhhhh, enghhhhhhhhhhhhhhh, enghhhhhhhhhhhhhhh!!!!"

Suara tangis bayi langsung memecah suasana, diangkatnya bayi besar itu ke pelukannya. Ketika menemukan puting Zee, bayi perempuan itu langsung melahapnya dengan lahap.

Zee yakin, jika tempat untuk melahirkan anaknya kini sudah robek.

###

Silahkan yang mau request...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Birth Story'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang