Never Grow Up

1.4K 138 14
                                    

SasuNaru Fanfiction

Cayamby present;

"Tadaima ...." Pintu yang dibuka, ditutup kembali bersamaan salam diucap. Seorang pemuda mengenakan seragam masuk ke dalam sebuah apato yang mana langsung mengarah ke ruang utama dari pintu masuk.

"Okaeri."

Ruang utama yang berfungsi sebagai dapur dan tempat bersantai. Kamar tidur berada di sebelah ruang utama dan toilet di sebelahnya. Pemuda itu melepas sepatu dan langsung mendudukkan diri di balik meja pendek yang ada di ruang utama. Meletak tas di lantai dan meregangkan sendi. Menguap sekali kemudian menatap sesuatu yang berada di atas meja.

Sebuah cup dari mie instant yang dikenal sebagai mie ramen. Penutupnya sudah dibukaㅡsepertinya sedang di seduh karena ditutup kembali. Mengambil sumpit yang tersedia di sebelah cup mie kemudian membuka penutup cup. Aroma wangi dari seri rasa dari mie ramen tersebut menguar di udara. Meski begitu, pemuda ini tampak tidak tergugah atau menikmatinya.

"Ha ... ramen lagi," ia terdengar mengeluh.

"Gomen ne," seorang pemuda lain yang berada di ruang samaㅡberdiri membelakangiㅡsedang mencuci peralatan makan kotor, sepertinyaㅡmengenakan apron kuning selaras dengan surai miliknyaㅡmenyahut pelan dan membalik badan. Memperlihatkan senyum kecil sarat maaf dan mengeringkan tangan dengan apron yang dikenakan, "Aku belum menerima gaji dari kerja part timeku, jadi cuma bisa menyiapkan ramen saja." Dia melangkah mendekat lalu duduk di hadapan pemuda berseragam sebuah sekolah menengah atas.

Si pemuda berseragam yang di salah satu sisi dadanya tersemat badge name bertuliskan Uchiha Sasuke menghela sembari memasukkan sumpit ke dalam cup dan menggulung mie instant dan diangkat melewati penutup cup sehingga uap dari air panas yang menyeduh mie mengepul. Menghembus beberapa kali kemudian melahap segulung mie di sumpit.

Si pemuda bersurai pirang cuma diam memandang. Bibirnya masih mengukir senyum tipis. Meski mengeluh, namun mie ramen itu tetap disantap. Dia melepas ikatan di pinggang belakang serta apron dan dilipat rapi. Meletak di lantai kemudian meluruskan kaki di bawah meja. Ah, tidak kena kok dengan tubuh si pemuda berseragam.

Sasukeㅡsi pemuda berseragamㅡmenghabiskan satu cup mie ramen, mengucap 'terima-kasih-atas-makanan-hari-ini' lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa lembar uang dan di sodorkan pada pemuda di depannya. Si pirang tak langsung menerima uang tersebut. Bukan cuma karna nominalnya yang besar, tapi ... ada keraguan. Ada sesuatu yang mengganjal di hati.

Dia tak mempunyai hak atas uang itu, meski pemiliknya telah menyerahkan secara suka rela.  Lagipula untuk biaya satu cup mi ramen itu sangat besar.

"Tenang saja," si pemuda raven dengan gaya rambut melawan gravitasi buka suaraㅡmenyebabkan si pirang berjengit sedikit, "Itu dari si Pak Tua."

Ada jeda lima belas detik sebelum si pemuda bersurai pirang yang memiliki iris biru mengambil uang di atas meja. Diam-diam menghela. Menghitung jumlah uang tersebut dan melipatnya dengan rapi. Tak langsung disimpan, dia tetap meletak di atas meja. Tepat di depannya. "Kau tak boleh menyebut ayahmu; Pak Tua."

"Cih."

"Sasuke."

"Naruto," Sasuke menyebutnya bukan dengan nada marah, namun bermaksud meminta si pirang tidak melanjutkan lagi. Mereka bisa bertengkar untuk hal sepele. Lagipula bukan sekali-dua kali pembicaraan dengan topik ini terjadi. Mengetahui pemuda di depannya tidak akan mengatakan apapun, Sasuke menghembus napas pelan. Pun dia tak menyahut. Mereka saling diam.

[SONGFICT] Never Grow UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang