Chapter 2

8 1 1
                                    

Kebetulan hari ini adalah hari sabtu. Tidak ada perkuliahan setiap hari sabtu di kampusku. Tapi, jangan pernah berpikir untuk free time dan bersantai. Sebaliknya, aku harus mengerjakan mading bersama anggota lainnya.
Tapi ada masalah...
"Kenapa harus mengerjakannya di rumah si bad boy itu!" keluhku dipagi yang cerah ini.
Tiba-tiba ada dua chat line yang masuk...
"Huftt, mereka berdua kompak banget. Bahkan untuk hal seperti ini"
Ternyata dua line tersebut dari Rio dan Chantika yang mengingatkan aku untuk ke rumah si bad boy itu.
"Lebih baik aku beres-beres rumah, trus siap siap ke rumah Rizki, alias si bad boy"

Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Kebetulan rumahku juga sudah bersih. Sekarang, saatnya aku yang membersihkan diri.
"Ahh segarnya.." aku merasa segar dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Setelah mandi dan berpakaiaan seperti biasa, aku ke dapur untuk membuat sarapan.

Karena rumah si bad boy itu searah dengan kampus, jadi aku naik angkot seperti biasa ke sana.
"Kok motornya Rio nggak ada?" aku mulai khawatir melihat tak ada motornya Rio yang bertengger di depan rumah Rizki.
"Kalau Rio belum ada, Chantika juga pasti belum ada"
"Trus aku harus gimana? haruskah kubuka pagarnya saja?"

Aku masih berdiri di depan pagarnya Rizki. Mungkin saat ini aku terlihat konyol sambil memegang gagang pagarnya. Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana.
"Buka... tidak... buka... tidak... buka... tidak ya?"
Lalu tiba tiba...
"Glek... drrrr..."
"Hah?" pagarnya terbuka.

Aku langsung balik membelakangi pagar itu.
"Sasa?"
"Ohh iya?" itu Rizki
"Kamu sudah lama di luar?"
"Ah?... ah nggak kok, baru aja"

Di dalam rumahnya aku melirik ke setiap sisi dan mencari Rio dan Chantika. Tapi, mereka berdua sepertinya belum datang.
"Rio sama Chantika belum datang?"
"Mereka udah datang, tapi keluar lagi. Katanya, ada yang mau mereka beli"
"Ahh... mereka ini" aku menggerutu dalam hati.

Di ruang tengahnya, aku melihat semua bahan-bahan mading sudah siap. Sebelum suasananya tambah awkward, aku langsung mencari kesibukan dengan mulai mengerjakan beberapa bahan.
"Rizki, tolong bantuin potong karton ini. Kayaknya terlalu besar" aku berusaha bersikap profesional.
"Oh, yang mana?" tanyanya
"Dari sini sampai sini"
"Kamu tahan bagian sana" aku mengikuti apa yang dia katakan.

Ketika dia mulai menggeser cutter dan memotong karton itu, tidak sengaja terjadi skinship antara tanganku dan tangannya. Dan karena itu, kami saling menatap.
"Wow... pemandangan apa ini?"

Sontak kami berdua tersadar karena suara itu.
"Kalian berdua dari mana sih?" itu Rio dan Chantika.
"Cuci foto kita kok"
"Oh ya udah, langsung kerja aja, supaya bisa cepat kelar" kataku.

Sekitar empat jam kami mengerjakan mading iiu, akhirnya semua terselesaikan dengan baik. Aku pun memutuskan untuk pulang lebih dulu.
"Mmm, aku pulang duluan ya, udah sore juga?"
"Mau aku antar?" Rizki menawarkan diri untuk mengantarku pulang.
"Ehmm," tiba-tiba Rio dan Chantika berdehem.
"Mmm, nggak usah, makasih. Aku pulang sendiri aja "
"Ya udah... hati-hati ya!" kata Rizki.

Di rumah, aku langsung melemparkan diriku ke atas tempat tidur.
"Ahh lelah juga. untung besok nggak ada jadwal"

Hari ini adalah hari minggu. Sebenarnya tidak ada jadwal apapun, hanya saja aku mau ke toko buku.

Aku mencari buku novel yang menarik. Ya.. aku suka membaca novel, apalagi yang bergenre romance. Itulah sebabnya, aku sedikit bawa perasaan orangnya.
"Ah.. kayaknya novel ini menarik" aku mengambil salah satu novel romance yang dari sinopsisnya terlihat menarik.

Aku pun keluar dari toko itu. Novel yang menurutku bagus ini, sudah kudapatkan. Judulnya...
"Aku Jatuh Cinta" tiba-tiba sesseorang mengagetkanku dari belakang.
"Rizki?" dia sedang apa di sini?.
"Jadi, kamu suka baca novel romance juga?"
"Kamu, ngapain di sini?" tanyaku penasaran.
"Ini!" dia memberiku sebuah note yang ternyata...
"Hah.. note-ku. Kenapa ini bisa..."
"Tertinggal di rumahku" dia menjawab sebelum pertanyaanku selesai.
"Trus, kok kamu bisa tahu, kalau aku di sini?" tanyaku lagi.
"Menurut kamu?"

Dia benar-benar aneh. Aku bertanya, dia malah balik bertanya juga.
"Ya..nggak tau lah. Kok kamu malah balik nanya?" keluhku
"Bercanda kok. Sekarang, kamu mau ke mana?" dia bertanya padaku.
"Pulang" jawabku singkat.
"Ya udah, aku antar kamu pulang" untuk kesekian kalinya, dia menawarkanku untuk diantar pulang olehnya.
"Nggak usah. Aku bisa pulang sendiri" tapi, lagi-lagi aku menolak.
"Lihat tuh!. Ini mendung banget. Sebentar lagi pasti bakalan hujan"
Benar juga sih. lagian, aku juga tidak membawa payung.
"Ya udah, makasih ya!" akhirnya aku pun setuju untuk diantarnya pulang.

Kita pun sampai di rumahku. Seketika hujan turun sangat deras.
"Hujannya deras. Pakai jas hujan pasti tetap basah. Lebih baik, kamu tunggu hujannya reda dulu" aku merasa kasihan kalau dia pulang dalam keadaan seperti ini.
"Iya. Makasih"

Kami menunggu hujan berhenti di teras depan rumahku. Tak ada pembicaraan yang terjadi. Hanya suara derasnya hujan yang terdengar oleh kami.
"Jadi, karena itu kamu menyebutku bad boy?" Rizki tiba-tiba bersuara dan menanyakan hal yang diluar pikiranku.
"Mmm... maksud.. kamu?"
"Karena aku smoker dan suka menggombal, membuat kamu tidak suka sama aku"

Aku pikir, dia sudah membaca isi note-ku. Gawat!. Isinya kan sebagian tentang dia.
"Jadi kamu sudah baca?"
"Sebenarnya aku tidak niat untuk membacanya. Aku hanya mau tau pemilik note ini. Tapi, aku malah melihat namaku dalam note itu. Trus, aku penasaran, jadi kubaca saja" dia menjawab dengan jujur.
"Maaf. Aku hanya tidak suka dengan cowok yang merok*k. Bagiku, itu menggambarkan seperti seseorang yang tidak baik" ungkapku.
"Kamu tahu?, aku sudah berhenti merok*k dari sebulan yang lalu. Aku merok*k, karena terpengaruh sama teman. Tapi sekarang, aku udah sadar dan akhirnya aku memilih untuk berhenti"
"Hah.. syukurlah"
"Kenapa?"
"Eum...nggak kok. Baguslah kalau kamu udah sadar"

Entah kenapa aku sangat senang mendengar hal itu. Apa aku mulai...
"Eum... tapi, kenapa kamu bisa tau, kalau tadi aku ada di toko buku?" tanyaku yang masih penasaran.
"Karena cinta"
"Maksud kamu?. Aku nggak punya teman yang namanya Cinta"
"Berarti cinta yang lain"
"Maksud kamu apa sih?" aku semakin tidak mengeri omongan si bad boy ini.
"Cinta aku ke kamu yang ngasih tahu, kalau kamu ada di sana"

Deg...
Seketika aku seperti jadi snowman. Aku tidak bisa berkata apapun. Jantungku berdebar. Apa dia serius?
"Sasa, aku jatuh cinta sama kamu. Aku merasakan itu saat pertama kali kita jadi teman kelas. Selama ini aku terlalu gugup saat melihat kamu. Karena kupikir, kamu tidak menyukaiku. Tapi, sertelah aku baca note itu, aku jadi yakin untuk mengungkapkan perasaanku, kalau aku benar-benar jatuh cinta sama kamu"

Dia mengungkapkan perasaannya padaku. Orang yang selama ini ku sebut bad boy, ternyata dia menyukaiku.

Setelah kejadian confess itu, aku sama si bad boy, ah maksudku Rizki sekarang semakin dekat. Kita tidak berpacaran, tapi masih menjadi teman dekat. Walaupun aku tahu, kalau aku juga menyukainya. Dia pun tahu itu. Hanya saja... kita tidak mau hubungan kita kenapa-kenapa hanya karena pacaran.

THE END

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang