Pindah

11 2 0
                                    

"Perkenalkan nama saya Farisa Nazrina, biasa saya dipanggil Risa, hari ini adalah hari pertama saya masuk di sekolah ini, salam kenal semua", ucap Risa ketika masuk ke kelas barunya yang ada di kota Malang ini.

"Baik Risa, silahkan duduk di bangku kosong dibaris ketiga yang ada di sebelah kanan sana", kata ibu guru Fatma yang merupakan wali kelas di kelas XC yang Risa masuki saat ini.

"Baik bu, terimakasih", jawab Risa sambil berjalan ke arah bangku kosong tersebut.

"Hai Risa, perkenalkan namaku Anya Rizki Aulia, bisa dipanggil Anya", ucap siswi yang duduk di sebelah bangku yang Risa tempati.

"Hai Anya, salam kenal yaa, mohon bantuannya juga", ucap Risa sambil tersenyum manis ke teman barunya.

"Oke Ris, btw kamu baru pindah ke sini yaa?", tanya Anya.

"Iya An, sebenarnya kota Malang ini merupakan kota kelahiran mamahku, sudah lama mamah pengen kembali ke kota ini semenjak bercerai dari papahku, setelah 3 tahun perceraian mereka barulah kami bisa kembali ke kota ini. Dan keluarga dari mamahku banyak yang tinggal di sini juga, oleh karena itu mamah pengen banget kami pindah ke sini", jawab Risa tetap dengan senyum keceriaannya.

"Sorry Ris, bukan maksudku membahas masalah keluarga kamu", ungkap Anya dengan perasaan bersalahnya.

"Ya ampun An, gak papa kali, santai aja, aku gak marah koq", jawab Risa.

Bersamaan dengan itu ibu Fatma pun memulai pelajaran pagi ini.

"Ya sudah kita belajar yuk, ibu Fatma sudah memulai pelajarannya, nanti kita sambung lagi ceritanya", senyum Risa kepada Anya.

Sedangkan Anya masih dengan muka bersalahnya karena sudah menanyakan tentang keluarganya Risa.

—————————

Ya, kembali ke kota ini adalah pilihan Marisa, mamahnya Risa, menutup toko kue di kota sebelumnya mereka tinggal dan membuka toko baru di kota ini, di kota kelahiran mamahnya Risa. Sudah 3 tahun perceraian kedua orang tuanya dan kemudian setahun yang lalu papahnya kembali membina sebuah keluarga, tidak begitu dengan mamahnya. Setiap ditanya kenapa mamah tidak menikah lagi, lalu sang mamah selalu menjawab, "mamah gak punya banyak waktu buat ngurus suami, ngurus kamu dan Fahri sudah cukup melelahkan."

Dan di sekolah baru ini Risa memulai kehidupannya kembali, tanpa sang papah. Karena sang papah pun kembali ke Jogja dan kebetulan istri baru papahnya juga orang Jogja asli.

Sekolah negeri tempat Risa bersekolah saat ini lumayan bagus, dengan berbagai fasilitas lengkap yang dimiliki. Dengan lapangan sekolah yang mampu menampung 500 lebih siswa siswi, laboratorium bahasa, IPA, komputer, gedung olahraga, gedung kesenian, gedung serba guna yang biasa digunakan ketika ada acara formal, perpustakaan, ruang OSIS, ruang UKS, musholla, kantin yang terdiri dari beberapa buah stand jualan, parkir sepeda serta motor. Dan juga terdapat kolam ikan beserta taman kecil yang bisa digunakan para siswa dan siswi untuk beristirahat, dikarenakan di sana pun tumbuh pepohonan yang rindang, sehingga memudahkan mereka bersantai sejenak guna melepas penat setelah belajar di kelas.

Tet tet tet teetttt. Bel di sekolah itu pun berbunyi menandakan jam istirahat telah tiba.

"Ris, kamu ke kantin gak?", tanya Anya sambil membereskan buku-buku pelajarannya.

"Sebenarnya aku bawa bekal sih, tapi gak papa deh aku ikut ke kantin, sekalian cuci mata, kali aja ada cemilan yang bisa dibeli", ucap Risa sambil mengeluarkan bekalnya dari dalam tas.

"Oke, yukkss kita cuss, nanti keburu penuh kantinnya", ucap Anya sambil menarik tangan Risa.

Sesampainya mereka di kantin.

"Waduh lumayan padat juga yaa nih kantin", Risa merasa terheran melihat suasana kantin yang begitu ramai.
"Hmmmmm.... duduk dimana yaa kita?", pikir Risa sambil mengedarkan pandangannya di sekitar kantin tersebut

"Nah agak pojokan situ aja gimana, Ris?", tanya Anya sambil menunjuk ke 4 bangku kosong yang ada dipojokkan.

"Boleh deh di sana aja kita duduknya, mumpung masih kosong", jawab Risa.

"Yasudah kami duduk aja duluan, aku mau pesan makanan dulu, kamu mau pesan apa? Biar aku aja yang pesan", tanya Anya ketika dirinya pun sudah bersiap ingin memesan siomay goreng dan es coklat favoritnya.

"Aku pesan es jeruk aja, An. Cemilan nanti dulu aja deh, aku habiskan bekalku ini dulu", jawab Risa.

"Oke siap, Ris", jawab Anya sambil memberi tanda hormat kepada Risa. Risa pun tertawa melihat kelakuan teman barunya itu. Kemudian Anya beranjak ke penjual siomay dan Risa pun berjalan ke arah bangku yang masih kosong tersebut.

Tak lama kemudian Anya datang membawa sepiring siomay, segelas es coklat dan segelas es jeruk ke meja yang sudah ditempati Risa.

"Anyaaaaaaaaa....." tiba-tiba mereka mendengar 2 gadis berteriak ke arah mereka.

"Apa-apaan sih kalian pakai teriak segala, aku gak budek kaliii", sungut Anya ketika 2 sahabatnya mendatangi mereka ke meja kantin.

"Hahahaa gak usah cemberut juga kali, jelek tau", sahut Wita yang merupakan sahabat dari Anya.

Kemudian, "siapa ini, An?", tanya Tisha yang juga merupakan sahabat Anya. Anya, Wita dan Tisha sudah bersahabat sejak mereka SMP, tapi pada saat masuk SMA ini, cuma Wita dan Tisha yang 1 kelas di kelas XA, sedangkan Anya terpisah sendiri di kelas XC.

"Oh iya, ini perkenalkan namanya Risa, dia murid pindahan dari Surabaya, baru masuk ke kelas XC hari ini.

"Hai namaku Farisa Nazrina, biasa dipanggil Risa", ucap Risa sambil mengulurkan tangannya kepada Wita dan Tisha. Seperti biasa keceriannya tak pernah luntur dari wajahnya ketika bertemu orang-orang baru.

"Hai Risa, namaku Wita dan ini sahabatku Tisha", sahut Wita sambil mengulurkan tangannya kepada Risa.

"Hai Risa, aku Tisha, salam kenal yaa", balas Tisha.

Sejurus kemudian mereka pun asyik berbincang sambil menghabiskan makanan yang sudah mereka pesan di kantin. Gelak tawa pun mengiringi perbincangan mereka ketika jam istirahat tersebut.

"Alhamdulillah Ya Allah, aku di sini juga mempunyai teman-teman yang baik, semoga saja aku betah tinggal di kota ini", batin Risa.

Meskipun ini adalah keinginan sang mamah kembali ke kota kelahirannya mamahnya, Risa mau tak mau harus mengikuti keinginan mamahnya. Walaupun perceraian kedua orang tuanya sudah lama terjadi, tapi sang mamah tak ingin lagi berada di kota itu. Risa pun berharap dengan kehidupan baru bersama sang mamah dan adik laki-laki satu-satunya, Fahri, kebahagiaan akan selalu berpihak pada mereka walaupun tidak ada lagi sosok papahnya yang menemani. Dan perpisahan orang tua mereka pun secara baik-baik, jadi hingga saat ini pun papahnya Risa tetap menafkahi Risa dan Fahri. Komunikasi antara mamah dan papahnya pun masih terjalin dengan baik, walaupun sebelumnya memang sempat ada sedikit masalah diantara mereka. Tapi dengan alasan demi masa depan Risa dan Fahri, orang tua mereka pun tetap menjalin hubungan dengan baik.

Mohon maaf masih sangat pemula. Jika ada sesuatu yang kurang, mohon koreksi.
Terimakasih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia di Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang