01-Bakso

42 5 1
                                    

Hallo!
Untuk menambah kegiatan #dirumahaja selama bulan Ramadhan, saya coba-coba nulis cerita dengan Genre Fiksi Remaja, Roman, Spiritual. Saya masih awalun/pemula dalam membuat cerita-cerita. Jadi, harap maklum dengan alur dan tutur kata yang saya buat. Huehue.

Jangan sungkan kalau ada masukan atau kritik untuk saya yang sekiranya dapat memperbaiki tulisan saya. Terimakasih. Monggo dibaca😋

Bantu Temukan Typo 🙏

Chapter 01

Adam POV

Selesai menunaikan sholat ashar dan berdoa, saya melihat keluar jendela, masih mengenakan kopiah. Saya menatap takjub atas ciptaan Allah yang sungguh menakjubkan ini. Langit sore yang berwarna jingga dengan awan-awan yang menggerombol terlihat seperti makanan arum manis yang biasa dijual amang-amang di pasar malam, sesekali terlihat juga seperti lautan dengan ombak yang meliuk-liuk. Satu kata untuk pemandangan yang disuguhkan Tuhan sore hari ini, Cantik. Nikmat sekali rasanya setelah memandangi keindahan langit disore hari yang membuat candu untuk siapa saja yang menyaksikannya.

Setelah puas menikmati pemandangan sore hari, saya segera pulang kerumah. Masih mengenakan kopiah dan berjalan kaki. Teringat dengan ibu yang menyuruh saya untuk menjemput mbak yang semester ini sedang berlibur dari kuliahnya di Bandung. Sebentar lagi akan wisuda katanya. Dan sudah ada lelaki yang datang kerumah untuk meminta mbak dari bapak yang akan dijadikan sebagai istrinya. Jadi, setelah wisuda nanti, mbak akan dipinang oleh lelaki yang Insya Allah Sholeh.

Sesampainya dirumah, saya melepas kopiah dan menaruhnya dimeja kamar saya. Lekas bergegas mengambil motor di halaman depan untuk saya panaskan. Setelah selesai, saya melajukan sepeda motor dengan kecepatan sedang menuju ke stasiun. Saya sudah lama tidak bertemu dengan mbak, rindu pastinya. Tapi saya tidak pernah bilang ke mbak, malu. Setelah sampai di stasiun, saya berjalan menuju peron. Mulai mencari-cari keberadaan mbak, celingukan kesana kemari. Belum ketemu. Saya memutuskan untuk mengambil ponsel yang saya punya yang waktu itu diberikan mbak untuk saya sebagai hadiah karena saya bertutut-turut mendapat ranking pertama sewaktu SMA kelas 10 dan 11. Saya mulai mendial nomor mbak, tersambung.

"Assalamu'alaikum, mbak. Ini loh aku udah sampe di stasiun tapi ndak lihat mbak dimana-mana"

"Wa'alaikum salam, Ini mbak baru keluar dari kamar mandi. Nah ini mbak lihat kamu loh"

Saya lekas celingukan lagi dan.. yap itu dia orang yang sedang ditunggu-tunggu kedatangannya dirumah. Dia melambai-lambaikan tangannya ke arah saya. Saya langsung memutus sambungan telepon dan bergegas menuju kearahnya. Menyaliminya, mencium punggung tangannya.

"Kamu sendirian toh dam?" mbak mengedarkan matanya ketempat semula aku berdiri menelponnya.

"Lah terus sama sapa? Nanti kalo aku bawa ibu, mbak mau naiknya di pelek?"

"Ish kamu ini!" dia menggembungkan kedua pipinya. Saya hanya bisa terkekeh pelan.

"Yasudah ayok pulang, dirumah sudah pada nungguin"

Lalu kami lekas menuju dimana tadi saya menaruh motor. Menaikinya dengan mbak yang duduk dibelakang beserta ransel besarnya. Sesampainya dirumah, mbak langsung disambut hangat oleh ibu dan bapak. Mbak menyalimi mereka bergantian, menciumnya satu persatu. Ibu langsung memeluk mbak, menyalurkan rasa rindu yang selama ini ia bendung. Saya terharu melihat adegan ini, ya.. keluarga saya memang se sweet itu. Saya bersyukur bisa terlahir dikeluarga yang penuh kehangatan ini. Ibu dan mbak dengan segala kelembutan dan kasih sayangnya. Bapak dengan pemikirannya yang cerdas meskipun beliau tidak mengenyam pendidikan setinggi bapak menteri dan hanya tinggal di desa sebagai petani penanam padi yang kalau panen hasilnya bukan main, melimpah!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAY GOODBYE WINTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang