Aku;
Ibaratkan pohon gersang yang tumbuh disirami air mata, (dan) terpaksa berdiri kokoh meski begitu rapuh sebenarnya.
Tapi tetap saja, dengan penuh harap dua manusia merawat dan membesarkanku;
"Semoga kelak, sebagai tempat mereka berteduh dari cuaca kehidupan."
Begitu lantunan doa mereka kepada bumi.Mereka (manusia) mempunyai beberapa pohon selanjutnya. Meski tidak tumbuh seperti yang di harapkan, tetap saja mereka menganggap pohon tsb sebagai tanaman kesayangan; seperti pohon pertama.
Dan sekarang kami adalah tanaman mereka. "Tidak hanya aku"
Kami tumbuh bersama-sama, berkat umurku yang paling tua; aku sangat menyayangi dua manusia dan melindungi pohon-pohon yang sudah tumbuh bersamaku.
Karena seperti apapun cuaca, angin dan badai menghantam, aku tidak akan bisa lari dari kenyataanku.
Sebab janjiku sudah tertancap pada bumi, bahwa; aku harus menjadi yang paling kokoh dan mengabulkan segala bentuk harapan.Untuk dua manusia yang sudah membesarkanku;
Terimakasih sudah menjadikan aku seperti ini, membesarkan dan merawatku. Memberi segala apa yang aku butuhkan. Sampai aku mengerti apa arti "aku" untuk tumbuh. Tidak ada yang bisa aku berikan selain harapan (kalian) yang selalu aku usahakan dan berdoa agar terkabulkan. Tetaplah percaya, "suatu saat kami akan rindang untuk kalian"
Untuk pohon yang tumbuh setelahku;
Tumbuh dan berbenahlah, tumbuhlah seperti apa yang kalian inginkan namun tetap harus selayaknya harapan dua manusia yang sudah merawat dan membesarkan.
Bagaimanapun,tidak ada yang berhak menyalahkan keadaan dan beruntunglah bisa tumbuh dari air mata. Banyak pohon diluar sana yang sudah tumbang di tebang alam. Di hantam oleh egosentris kehidupan."Jangan jadi pohon yang hanya besar, namun jadilah yang bermanfaat dan bisa menjanjikan kehidupan"
#Derapujangga