Tugas Negara, Bu!

16 0 0
                                    

Hari ini Zafira terlihat lelah sekali. Harus mengajar dari pagi hingga malam. Biasa. Kalau sudah akhir semester, pasti ada saja segerombolan mahasiswa yang minta dibuka kelas khusus untuk mata kuliah bahasa Inggris. Tuntutan dari Rektor, semua mahasiswa harus diluluskan. Harus selesai semua mata kuliah dengan minimal nilai C ditangan. Begitu pula mata kuliah bahasa Inggris. Terkadang menjadi momok untuk sebagian mahasiswa yang memang sejak dari kecil tidak tergapai oleh gaungan bahasa Inggris, sehingga mengalami masalah untuk mata kuliah yang satu ini.

Kata Sukma,"Kita khan bukan orang bule. Jadi wajarlah nilai kita tidak sampai target."

Sambar Teguh,"Memang kita bukan bule, tapi tuntutan skenario kehidupan ini, Doel, kita harus tetap lulus mata kuliah yang satu ini."

Sementara itu Parto hanya mangap-mangap saja, karena memang dia benar-benar nyerah untuk mata kuliah itu, sejak mbok Warmi, sang ibu yang melahirkannya ke dunia ini tidak pernah tahu apa itu yang namanya 'tenses' dia jadi benar-benar tidak tahu tentang bahasa Inggris. Alhasil tiga semester bergelut dengan pelajaran bahasa Inggris, semuanya hasilnya tetap sama. TIDAK LULUS. Katanya,"Lah wong, aku ora ngertos, iki kepriwek toh?" (Ya aku gak ngerti, ya bagaimana lagi?"

Tanya Sukma,"Terus kamu mau jadi mahasiswa abadi gitu, ya, To?"

"Aku tak tahu, kak. Masa depanku seolah gelap," jawab Parto putus asa.

Tiba-tiba Zafira lewat di sebelah Parto dan sempat mendengar nada keputusasaan dari Parto, lalu dia mendekati anak itu sambil bertanya,"Kenapa suram dan putus asa? Khan ada kelas perbaikan. Kamu bisa ambil kelas itu di akhir semester ini. Kamu akan digembleng untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Supaya kamu bisa segera menulis skripsi, sidang dan diwisuda."

"Benarkah itu, bu?:" tanya Parto seolah tak percaya.

"Iya," angguk Zafira. Parto segera mencubit Sukma.

Tentu saja Sukma terkejut dan mengaduh kesakitan,"Aduh, apaan sih kamu, Parto?"

"Apakah aku bermimpi?" tanya Parto kepada Sukma.

Zafira tersenyum dan berkata,"Benar, Parto. Kamu tidak sedang mimpi."

Parto segera berteriak,"Yeah! Akhirnya aku bisa jadi sarjana."

Teguh segera menyambar teriakan Parto,"Belum woi! Belum. Elo harus ambil mata kuliah bahasa Inggris lagi. Daftar dulu, terus bayar. Ikut kuliah sampai elo ikut ujian lagi. Kalo nilai elo bagus, baru elo boleh ikut skripsi, lalu sidang dan akhirnya diwisuda. Masing panjang jalan elo."

"Iya, iya. Gue tau. Yang pasti, gue ada kesempatan lagi untuk memperbaiki nilai bahasa Inggris gue," jawab Parto senang dan bersemangat lagi.

Zafira tersenyum. Kemudian Parto segera mencium tangan Zafira dan berkata penuh terima kasih,"Bu, terima kasih banyak atas informasinya. Saya berjanji untuk belajar dengan sungguh-sungguh supaya bisa lulus nanti."

"Iya, Parto. Sama-sama. Kamu pasti bisa.Saya mau ke lantai 4 dulu ya," jawab Zafira sambil berlalu.

Parto berteriak,"Woi, akhirnya ada jalan juga. Gue bisa selesain kuliah gue. Gue bisa ketemu si mbok dan bapake nanti setelah gue tamat."

"Udah, ah. Jangan norak. Yuk, kita ke atas. Masih ada kuliah nih," ajak Sukma.

Tugas Negara, Bu!Where stories live. Discover now