02

28 3 1
                                    


Hari begitu cerah , mentari terlalu semangat memancarkan sinar nya.
Dengan seragam yang dikenakannya , dia terus berjalan kesana kemari sedang memikirkan sesuatu.Bahkan untuk mengisi perutnya yang keroncongan dia tidak peduli.

"Non Kana di panggil ibu non ,disuruh kebawah sarapan dulu. " ujar mba siti, dia art sekaligus pengasuh Kana dari kecil.

" iya bi nanti kana turun 5 menit lagi" jawabnya sambil tersenyum.

Dengan wajah yang merengut Alkana turun ke bawah. Dia masih saja memikirkan ucapan Yola kemarin. Kenapa dia setidak suka itu dengan pacarnya,padahal pacarnya baik dia mau melakukan apapun untuk dirinya.

Kana menghembuskan nafasnya berat, dia harus buktiin ke Yola kalau dia gak salah pasangan.
"Come on Kana lo harus enjoy . Hufff hembuskan, tarik lagi hembuskan lagi." Alkana berdiri depan meja makan ,menutup mata sembari menarik nafas dengan gerakan tangan seirama.

"Kamu kenapa?" Tanya Riko,papanya.

" PAPAAAA" Teriak Kana tiba-tiba.

Bunda dan papanya kompak menutup telinga mereka berdua, suara Kana itu benar-benar buat telinga sakit.

" Kana ya ampunnnnn bunda udah bilang kan sama kamu jangan suka teriak gitu, kamu mau pita suara kamu bunda copot ha" Omel Zahra galak sambil melotot ke arah Kana

Kana refleks memegang lehernya, membayangkan jika pita suaranya benar-benar di ambil oleh bundanya.

"Bunda tuh kenapa sih ga suka gitu sama Kana padahal kana kan anaknya bunda."

Zahra memutar bola matanya malas melihat kana dramatis lagi. Kalau sudah begini dia nyesal dulu waktu hamil suka bertingkah alay,dramatis ke suaminya jadinya yang keluar begini.

Riko tertawa kecil melihat kekesalan di wajah istrinya, Kana benar-benar duplikat Zahra waktu hamil.

"Kenapa sayang,hemm?" Tanya Riko

Kana langsung berseri,jika papanya dalam mode lembut begini dia bisa meminta sesuatu.

"Apa?! Kamu mau minta apa sama papa kamu" lagi-lagi zahra kesal, dia paham setiap ekspresi putrinya,kali ini pasti mau sesuatu.

Kana memandang Zahra sebentar lalu menoleh lagi ke Riko ,tak lupa senyum manis di bibirnya.

"Papa Kana mau mobil boleh?"

"GAK!" Ini bundanya yang jawab.

" Kana minta sama papa ya ,bukan sama bunda" jawab Kana.

" Kamu masih kelas 11 segala mau bawa mobil,emang bisa nyetir kamu?

"Bisa dong,emang bunda yang gak bisa nyetir,wlek" jawab kana sambil memeletkan lidahnya ke arah Zahra.

Riko tertawa kencang, hari-hari nya terlalu ramai di isi oleh dua wanita kesayangannya ini.

"Sayang belain aku dong,ini anak kamu durhaka banget sama aku" Zahra ngaduh sembari mendekat ke arah Riko.

"Eh-eh no ya bun,ga boleh dekat-dekat papa" Kana memeluk Riko kencang.

"Ini suami bunda Kanaaaaaa!!" Zahra sudah tidak kuat.

Riko semakin tertawa hingga ujung matanya berair. Dia harus selalu jadi penengah di antara kedua makhluk terkuat ini.

" Kana,nanti kalau kamu kelas 12 baru papa kasih mobil ya,dengan nilai yang bagus.Kamu harus masuk tiga besar saat kenaikan kelas nanti" Jawab Riko bijak. Walaupun dia suka memanjakan Kana tapi dia tetap mengajari Kana untuk berjuang jika ingin mendapatkan sesuatu.

"Papa tau sendiri Kana lemah di akademik"jawab kana memelas.

"Ya justru itu kamu harus bisa."

"Belajar dong! bunda dulu sekolah pintar kok papa kamu juga pintar,kamu aja beda sendiri"

ALKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang