Hari ini hujan deras mengguyur kotaku. Aku berlari mencoba mencari tempat untuk berteduh dengan payung yang kugunakan. Hujan kali ini adalah hujan angin hingga bajuku masih terkena air hujan yang turun dari langit. Aku memutuskan untuk pergi ke arah cafe yang berada di dekat kampusku untuk berteduh karena jarak cafe itu lebih dekat denganku dibandingkan kampusku saat ini.
"Padahal cuma mau ngeprint doang ke depan kampus biar lebih murah, eh malah kena cobaan hujan angin, padahal sejam yang lalu cerah cerah aja. Memang nasibku lagi nggak bagus hari ini." Aku berkata pada diriku sendiri dan mendengus kesal dengan nasibku hari ini.
Saat ku memasuki cafe, ku mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan mencari tempat untukku duduk. Nihil. Semua penuh. Apa karena hujan di luar makanya rame sekali di dalam cafe ini? Aku merasa tidak mungkin mencari tempat lain lagi jadi kuputuskan untuk bergabung dengan salah satu meja yang kosong di ujung ruangan.
"Permisi, apakah kursi ini ada yang menempati?"
Dia hanya menatapku heran dan menungguku melanjutkan ucapanku. Dasar manusia minim bicara. Apa salahnya menjawabku dengan bahasa yang keluar dari mulutnya.
"Hai? Boleh duduk sini? Cafe penuh."
Aku tanpa basa basi, langsung menanyakan tentang tempat duduk ini kepadanya agar ku bisa duduk. Dia mengangguk setelah memastikan bahwa cafe benar-benar penuh dam tidak menyisakan tempat duduk untukku.
"Hai kenalin, namaku Asya. Nama kamu siapa?"
"Ferris."
"Apa ibumu menyukai ferris wheel?"
Dia terdiam. Apakah aku salah bertanya. Dia benar-benar tidak menjawabku, hanya melirikku sekilas dari buku yang sedang ia baca.
"Maaf kalau aku menyinggungmu."
Hanya itu yang keluar dari mulutku setelah ia tidak berkata apapun. Orang ini benar-benar dingin seperti es. Rasanya udara menjadi 2x lebih dingin kalau aku harus duduk dengan dirinya. Ah tapi apa pilihanku? Di luar sedang hujan dengan lebatnya. Aku tidak bisa menuju parkiran kampus untuk mengambil motorku, yang ada malah proposal yang baru saja aku print ini menjadi basah.
Aku memanggil waiters untuk memesan sesuatu dan menghangatkanku. Salah seorang lelaki mendekati mejaku dan memberiku menu cafe ini. Ia menyiapkan kertas dan bolpoint nya untuk menulis pesananku.
"Saya pesan hot chocolate dan satu porsi cheese toast ya mas."
"Baik saya ulangi ya mbak, hot chocolate satu dan cheese toastnya satu. Ada tambahan lagi untuk masnya?"
Aku memandang lelaki di depanku dan dia menggelengkan kepala kepada mas pelayan tersebut.
"Baik, ditunggu pesanannya ya."
Lelaki yang mencatat pesananku lalu beranjak pergi. Aku menatap lelaki di depanku, sepertinya dia tidak berminat untuk ku ganggu. Ia terus membaca bukunya yang berbahasa inggris itu dan ku putuskan untuk menyibukkan diriku juga.
Ku keluarkan handphoneku dari dalam tas dan menjelajahi isinya. Seperti biasa, hp ini tidak ada chat atau notif apapun yang berarti. Sepi. Aku membuka instagram dan membuka akun-akun yang tidak membuatku bosan. Aku menghindari isi instagram dari orang-orang yang pamer dan menggunakn second accountku untuk menjelajah. Tenang saja aku tidak seperti netizen yang julid.
"Permisi, satu hot chocolate dan satu cheese toast ya?"
"Iya mas. Terimakasih." Balasku sambil membantu mas itu menurunkan makanan dan minumanku dari nampan. Kemudia mas itu pun kembali menuju ke dapur cafe.
Aku menyesap hot chocolate untuk menghangatkan tubuhku. Aku merasa lebih hangat dari keadaanku tadi meski masih dengan bajuku yang sedikit basah ini. Aku menatap ke arah lelaki di depanku yang masih sibuk dengan bukunya dan mencoba untuk menawarkan makananku.
YOU ARE READING
Needy
RomanceAku merasa sendiri di keramaian. Aku mendengar orang-orang bercakap dengan gaduh, tapi yang kurasakan hanya sepi. Aku tidak tau mengapa tapi aku merasa butuh seseorang saat ini untuk mengusir perasaan menyebalkan ini. -Asya Venusia Yudhistira Semua...