Part 1

3 0 0
                                    

Aku melangkahkan kakiku menuju luar ruangan dan menunggu Ferris mengikutiku. Dia menatapku seperti mengatakan dia sudah siap untuk ku ajak berkeliling. Aku mulai berjalan menuju setiap ruangan yang ada di fakultasku dan menjelaskan tentang ruangan-ruangan yang kita lewati. Dia hanya membalas dengan anggukan atau sesekali berdehem. Dasar manusia es batu. Ah sudahlah, segera selesaikan dan ku kembali tidur.

"Nah ini ruangan terakhir yang harus ku bilang sama kamu. Ini lab untuk praktikum psikologi. Biasanya yaa buat praktikum ngetes subjek."

Ferris hanya mengangguk menandakan ia memahami maksudku. Setelah dari ruangan terakhir ku ajak dia menuju dekat taman fakultas yang sekaligus merupakan tempat untuk mencari wifi di sana. Aku mencari tempat duduk yang tidak terkena air hujan karena hujan sudah tidak deras. Aku memutuskan untuk duduk di bangku yang hanya sedikit basah.

"Kita duduk sini aja ya, biar ada wifi." Ujarku padanya.

Dia menoleh dan langsung duduk di bangku itu, aku langsung duduk di sebelahnya.

"Pake hp kamu ya? Biar pake akun kamu aja."

"Oh okey." Dia mengambil hpnya dan membuka website yang kukatakan.

Aku menjelaskan padanya bagaimana cara untuk menggunakan website kampus.

"Nah buat yang lain kayaknya kamu bisa eksplor sendiri, yang bagian-bagian penting udah aku bilangin semua." Aku mengakhiri tutorialku padanya.

"Oke."

"Kamu emang selalu sedingin ini sama orang?"

"Mungkin."

"Atau kamu ngerasa belum bisa adaptasi?"

"Mungkin."

Aku mendengus kesal mendengar jawabannya. "Nggak ada kata lain selain mungkin?"

"Mungkin."

Aku mengusap wajahku kasar merasa frustasi dengan jawabannya.

"Ah sudahlah aku seperti berbicara dengan robot. Kalau ada yang ingin kamu tanyakan tinggal hubungin nomerku yang tadi udah aku simpan di hpmu. Cari aja namanya Asya. Aku balik dulu deh. Semoga betah ya." Aku bergegas berdiri dan akan meninggalkannya yang hanya diam di bangku tersebut.

Aku memasuki kamarku dan segera membersihkan diriku. Aku masih merasa kesal dengan lelaki yang tadi kutemui. Mengapa dia tidak bisa bersikap hangat sedikit saja? Ah menyebalkan. Aku memutuskan mengambil hpku meskipun aku tau pasti tidak ada notifikasi apapun selain grup karena aku tidak memiliki teman dekat satu pun. Benar saja, notifikasi hanya dipenuhi chat dari pesan grup saja.

Drrt drrt..

Ah baru saja aku akan memejamkan mata, ada sebuah notifikasi pesan wa dari nomor yang tidak kukenal.

Terimakasih.
-Unknown Number

Ha? Untuk apa nomor ini mengucapkan terimakasih? Aku yang merasa penasaran akhirnya memutuskan untuk membalas pesannya.

Ini siapa ya?

Tidak ada balasan selama beberapa menit, akhirnya aku pun tertidur.

****

Ah untung saja hari ini adalah hari Sabtu, aku merasa bisa beristirahat tanpa memikirkan tugas malam ini. Semua tugas sudah kukerjakan tadi malam dan akan kulanjutkan hari Minggu nanti. Leganya menyambut libur ini. Ku lihat hpku ada beberapa notif masuk dari nomor yang tidak kukenal lagi.

Bisa temani aku hari ini?
-Unknown number

Ini siapa?
-Asya

Oh sorry. Aku Ferris Candra.
-Ferris

Oh, mau ngapain?
-Asya

Aku belum kenal siapapun dan harus membeli beberapa kebutuhan hari ini. Jadi bisa tidak?
-Ferris

Iya bisa. Kita bertemu dimana?
-Asya

Di tempatmu saja. Send me your location. 15 menit lagi aku akan berangkat.
-Ferris

Setelah aku mengirimkan lokasiku, dia tidak membalas dan aku bersiap untuk pergi dengannya. Setidaknya hari Sabtu ini aku tidak menghabiskan waktu di kosan saja. Aku langsung bergegas mengganti pakaianku dan memoles sedikit wajahku agar tidak tampak pucat, untung saja aku sudah mandi dari tadi.

Sekitar 15 menit kemudian aku melihat layar handphoneku menyala karena ada panggilan telepon. Ku tebak pasti Ferris sudah menunggu di luar.

Aku berjalan menuju depan kosku. Ferris menatapku dari kaca mobil yang sudah ia turunkan. Aku pun masuk menuju kursi penumpang di sebelahnya.

"Ferris, sorry mau tanya, aku duduk di sini atau di belakang?" Tanyaku sebelum membuka pintu mobilnya.

"I'm not your driver." Dia menjawab dengan dingin sambil menungguku masuk.

"Kita mau ke mana sekarang?" Aku mencoba bertanya setelah duduk dan menutup pintu mobil.

Dia menoleh padaku sekilas lalu kembali menatap jalan di depannya "Mall mana yang lengkap supermarketnya?"

"Aku kurang tau juga sih karena masih belum ada setahun di sini, tapi MOG ada lebih banyak tokonya setauku, eh tapi transmart sebelahan juga sama matos jadi sepertinya sama luasnya sih."

"Aku mengajakmu untuk mengarahkanku, nona." Aku mendengar nada kesal dari jawabannya.

"Ya sudah maaf, ke transmart aja sepertinya." Aku menjawabnya dengan berpikir apakah aku salah dalam menjawab tadi hingga dia kesal.

"Baiklah, tunjukkan jalannya."

Aku pun menunjukkan jalan pada Ferrish. Tidak ada percakapan apapun selain itu. Aku benci rasa canggung ini, sungguh.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 03, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

NeedyWhere stories live. Discover now