Valeria
Lagi lagi ia tak bisa tidur. Seingatnya, ini sudah kesekian kali dia terbangun tengah malam akibat terdengar suara ketukan atau jendela yang terbuka.
Sayang sekali, setelah penantian nya selama beberapa waktu untuk dapat kembali tidur dengan nyenyak tidak berhasil.
Dia malah dihantui berbagai mimpi buruk yang menyeramkan serta hal yang membuat nya semakin janggal adalah mimpinya yang terasa nyata.
Bahkan ketika ia berada di mimpinya dia terluka atau memiliki luka lebam, dia akan melihat bekas nya ketika dia bangun.
Sesekali ia mengumpat dalam hati, memikirkan nasib tubuh nya yang harus menahan rasa ngantuk serta lelah.
Jadwalnya lumayan padat besok, dia harus bangun lebih pagi untuk piket sekolah dan sorenya ia akan bekerja disalah satu kafe hingga pukul tujuh malam lalu setelah pulang dia harus mempersiapkan dua presentasi. Jika ia sakit ia harus mengeluarkan uang untuk pergi membeli obat.
Walau terbilang apartemen murah dan kecil, tetapi apartemen yang ia tempati sangatlah nyaman.
Apartemen nya hanya terdiri dari satu kamar tidur dan kamar kecil
dan ruang dapur dan ruang tamu yang bersebelahan.Dapurnya pun sangatlah kecil dengan peralatan masak yang sangat sedikit.
Dalam kesunyian kamarnya ia tengah memutar otaknya untuk menemukan solusi untuk kembali tidur.
Mungkin segelas susu coklat hangat dapat membantuku tidur, pikir nya dalam hati.
Dia menyibak selimutnya dan keluar dari kamarnya setelah menggunakan sepasang sendal berbulu hitam.
Ditengah tengah upaya menyesuaikan cahaya yang masuk, ia merasakan ada yang janggal.
Bagaimana bisa di depan pintu kamar nya terdapat sebuah lorong gelap dan lantai yang berlapis karpet merah?!
Kenyataannya, didepan pintu kamar nya hanya terdiri dari ruang makan serta ruang tamu kecil bercat putih. Bukan seperti yang ia lihat sekarang.
Saat itu juga bulu kuduk nya berdiri, dia berusaha membuka pintu kamar miliknya tapi nihil. Terkunci dengan segala keanehan menyelelimutinya.
Setengah ragu, ia menyentuh relief dan corak corak rumit di lorong itu.
Sangat detail dan indah.Ia menarik tangannya cepat, berusaha fokus dan mengenyahkan rasa kagum dari hatinya.
Dia dilanda kebingungan yang hebat, mengapa dia bisa berada di sini? Apa dia sedang bermimpi? Atau ia sedang berhalusinasi?
Kalau benar mengapa terlihat sangat nyata?
Ia mencubit pipinya pelan kemudian menepuknya beberapa kali. Rasa nya sakit menandakan apa yang dia lihat sedari tadi adalah nyata, kini jantung nya berdegup kencang, dia menaikan kewaspadaannya.
Aneh? Sangat aneh! Tapi bagaimana bisa?
Rasa bertanya tanya berkecamuk di dalam hatinya.
Dia memutuskan untuk berjalan terus hingga dia menemukan ujung lorong, berharap ada jawaban di sana.
Untuk pertama kalinya ia merasa takut, selain lorong gelap, banyak suara seperti beda menggelinding serta pigura foto berukuran besar yang dipajang disepanjang lorong terlihat mengamatinya.
Tiba tiba saja ia mendengar suara suara yang sepertinya memanggil namanya dan diiringi suara orang bermain piano.
Ia menaikan kecepatannya menjadi setengah berlari. Bahkan hampir ia terjatuh karena kurang berhati hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil or Angel
FantasyAku tertawa ketika kalian mengatakan aku menyedihkan. Aku akan menjawab dengan lantang. Hidupku lebih menyedihkan dari yang kalian kira. Laaknya api yang di percik di tengah badai salju, tak berguna, kesepian. Itulah aku, Ilora Rein. Gadis menye...