ayundaning tyas

22 3 0
                                    

Malam ini aku tengah sibuk dengan kekasihku. Setiap malam hanya ia yang menjadi temanku. sampai mataku terpejam hanya dia yang mendampingiku.

Bahkan aku tidak peduli ketika jam sudah menunjukkan tengah malam. Angin semilir yang menusuk tulangpun aku abaikan hanya untuk berdua dengannya.

Siapa lagi kalau bukan dia. Mas Malikku.

Kalian mungkin terlanjur berfikir buruk tentangku. Karna deskripsi kegiatan malam yang baru saja aku ceritakan. Seolah2 aku sedang bersama seorang lelaki yang aku cintai.

Yah. Biarkan aku seperti ini. Mencintai hafalanku seperti aku mencintai seorang kekasih. Memperjuangkannya sampai bisa kuraih selayaknya memperjuangkan pendamping hidup.

Kalian ingin tau mengapa aku seperti ini.?
Tekatku sudah terlanjur bulat. Setelah kepindahan dari pesantren lamaku. Aku tak lagi ingin menyia2kan kesempatan yang masih diberikan tuhan untukku.

Yah. Sedikit cerita. Di pesantren lamaku. Aku dikenal dengan sebutan ayu. Gadis terbandel dalam catatan keamanan karna sering kali melakukan pelanggaran. Mulai dari hal yang dianggap sepele seperti ghosop, memancing kehebohan se-asrama dengan suara lantangku, bahkan membobol gerbang untuk ketemuan dengan kang santri pun pernah aku lakukan.

Dan itu hanya catatan kecil yang bisa aku ceritakan. Karena semua pelanggaran yang aku lakukan tidak akan pernah habis jika diceritakan. Tapi Biarlah itu aibku semasa dulu. Aku tidak mungkin bisa mengulangnya. Tapi aku sudah berjanji untuk tidak mengulanginya.

Selain bandel, Aku juga pemalas. Padahal aku bukan dari kalangan orang yang memiliki daya otak tinggi. Kecerdasan yang bisa dikatakan standar. Namun sedikit ahli dalam membantah.

Aku sudah pernah gagal meraih gelar khatam alfiyah dipesantren lamaku itu. Dari 1002 nadhom aku hanya mengumpulkan hafalan sebanyak 150an saja. Berhenti tepat pada bab kana. Untung saja dipesantren lamaku itu memang tidak mewajibkan santrinya untuk khatam hafalan. Jadi aku rasa masih berada ditaraf aman.

Tapi satu hal yang membuatku slalu teringat tentang alfiyah.
"Orang yang hafal alfiyah maka akan diberi kekayaan, kealiman dan jodoh yang cantik/ganteng" begitu kata ustadz yang waktu itu mengajar alfiyah dikelasku.
Ustadz yang masih terlihat muda padahal sudah memiliki seorang putra dari istri yang sangat cantik juga sholihah. Beliau memang dulunya bisa merampungkan setoran khataman alfiyah dalam jangka 40menit. Dan hari ini diusianyanya yang baru 35 tahun beliau sudah terpandang kealiman dan kedermawanannya. Soal kekayaan, tidak diragukan lagi. Beliau pemilik restoran terkenal di Semarang. Bahkan memiliki beberapa cabang diluar kota.

Salah satu bukti konkret yang tidak diragukan dari seorang penghafal alfiyah.

Sebelumnya, aku fikir menghkatamkan alfiyah hanya angan yang memang tidak ingin aku wujudkan. 1002 terlalu berat untukku. Untuk nambah 7 nadzom dalam satu minggu saja aku sering hutang. Bahkan sering dihukum berdiri karena tidak bisa melanjutkan setengah satar yang sudah diucapkan ustadz. Apalagi harus menghatamkannya.

Tapi semua persepsi itu berubah saat aku harus tinggal bersama paman yang amat aku sayangi. Paman Fauzi, laki2 separuh baya yang sedari kecil mengajariku mengenal huruf hijaiyah itu memindahkanku ke pesantren yang saat ini aku tempati.

Jangan tanyakan mengapa aku tinggal dengan pamanku. Bukan dengan kedua orang tua. Dan sebenarnya dimana orang tuaku.?
Aku akan menceritakannya nanti. Tidak untuk saat ini.

Paman fauzi memang tidak memiliki keturunan. Sehingga dengan senang hati paman menerimaku tinggal dirumahnya. Paman tau semua kenakalanku dipesantren. Dan beliau hanya memaklumi. Padahal aku yakin ia pasti kecewa terhadap sikapku.
Tiap kali pengurus memanggil waliku. Maka paman fauzi lah yang akan menghadiri panggilan itu.

cinta untuk mas MalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang