Aku rasa, seseorang menggoyang2kan badanku. Tapi rasa kantuk lebih mendominasi, membuatku enggan membuka mata. Padahal sekarang aku sudah tidak lagi menggunakan bantal ataupun selimut seperti awal mula aku tidur.
Berarti sekarang sudah waktunya sholat subuh. Nyatanya slimut dan bantalku sudah ditata oleh teman2 yang piket hari ini.
"Yas... bangun.. sudah selesai jama'ahnya. Mau sholat subuh jam brapa kamu? Keburu ngaos abah"
Meskipun masih setengah sadar. Aku hafal betul suara milik temanku ini. Rizki putri yang setiap subuh membangunkanku.
"5 menit lagi riz.." negoku.
"Ya Allah yas... ini sudah jam setengah 6. Nanti gak keburu ngaos abahnya"
Dengan terpaksa aku bangun dari tidurku yang hanya sebentar itu. Sambil mengumpulkan nyawa aku memperhatikan sekitar.
Teman sekamarku sudah selesai mengikuti jama'ah di Mushola. Sebagian masih memakai mukena dan juga membaca alqur'an, dalail atau sekedar melalar hafalan masing2.
Sebenarnya aku sadar. Kelakuanku memalukan sekali. Aku harus kalah dengan teman2 yang jauh lebih muda dariku hanya dalam hal bangun. Seharusnya aku yang bertugas membangunkan mereka. Bukan sebaliknya.
Akhirnya aku melaksanakan sholat subuh setelah berlama2 dikamar mandi. Maklum, semua orang sudah sibuk mandi. Jadi untuk berwudhu dan buang air kecil saja aku harus sabar mengantri.
Kamar mulai sepi setelah aku selesai melaksanakan sholat. Semua orang sudah berkumpul di Mushola menanti Rawuhnya abah. Aku pun ikut bergegas memakai jilbab dan mengambil kitab ta'lim. Tidak ketinggalan Mas Malik ku kantongi.
Baru duduk. Aku sudah menguap beberapa kali. Asli, mataku masih saja ngantuk. Sulit diajak berkompromi.
Lambat laun, aku tidak lagi mendengar suara apa2 karna mulai nyenyak dengan tidur bersenderkan dinding mushola. Benar2 nikmat.Sampai akhirnya.
.
.
.
"Bangun yas. Abah mpon kundur. Cepetan mandi. Keburu telat"Alamak. Aku ketiduran dari awal abah belum rawuh sampai kundur lagi. Innalillahi. Parah sekali ngantukku ini.
Aku tutup kitab ta'limku yang masih kosong mlompong dan langsung bergegas mandi. Sialnya lagi, kamar mandi sudah penuh semua. Mau tidak mau aku harus sabar mengantre. Belum lagi suara perutku mulai berbunyi. Tanda alarm kalau cacing2 didalam sana sudah demo ingin dipenuhi.
Berulang kali aku melirik jam hitam ditangan kiriku. Tinggal 20 menit lagi kenteng. Dan aku belum juga masuk kamar mandi. Bisa2 aku dihukum dihalaman ini.
Dan pada akhirnya aku bisa mandi setelah antrean 3 orang. Huft. Melelahkan.
Ini semua karna semalam aku tidur telat dan kemarin siang aku baru saja selesai membersihkan ndalem. Jadi dari kemarin memang aku kurang istirahat.Saat aku masih sibuk mengenakan bawahan jarit (seragam sekolah) kenteng panjang sudah berbunyi. Itu artinya jam lalaran berlangsung.
Gawat ini. Kalau ketahuan pengurus, bisa2 aku dihukum berdiri dilapangan.Aku berjalan mengendap melewati gerombolan orang yang sudah berdiri dari tadi. Mereka pasti ketahuan telat. Jangan sampai aku ikut dihukum seperti mereka.
Tapi ternyata nasib buruk sedang menimpaku. Seorang penguruh berhasil mencegah langkahku.
"Tyaass.. kemari.. jangan asal nylonong kamu"
"Iya ustadzah"
Aku pun ikut berbaris diantara santri pondok pusat yg telat. Karna tempat dan tingkatan hukumannya akan berbeda.
Jelas beda lah, memang sedikit keterlaluan kalau santri pusat brangkat diniyah telat. Karna letak madrasah hanya 5 langkah dari asrama. Berbeda dengan santri pondok cabang. Yang harus berjalan sedikit jauh dan menyebrangi jalan raya untuk sampai digedung diniyah."Kalian ini santri pondok pusat. Kok bisa2nya telat"
Kami hanya menunduk mendengar teguran ustadzah.
"Kalian saya hukum keliling lapangan ini sambil jongkok sambil lalaran alfiyah" putus ustadzah cahyani selaku keamanan.
1x putaran lapangan sudah membuatku lelah. Gerah pula. Rasanya tadi hafalanku malah buyar.
Hafalan??
Astaghfirullahaladzim. Aku baru ingat. Hari ini waktunya setoran. Aku belum ngelalar pula. Bisa gawat ini.Dengan nafas yang masih ngos2an aku berlari menuju kelas.
Benar saja. Ustadzah sudah rawuh dan memulai setoran dari tadi."Dari mana kamu tyas?" Tanya ustadzah setelah mendengar aku mengucapkan salam ketika masuk kelas.
"Mantun jejeran ustadzah. Kulo telat wau"
"Ya sudah. Sekarang giliranmu setoran. Ayo kemari"
Aku gelagapan. Bahkan nadzomanku belum sempat aku buka. Benar saja semalam aku sudah menghafal 20 nadzom. Tapi aku pasti lupa urutannya kalau disuruh setoran mendadak seperti ini.
"Beri saya kesempatan sebentar ustadzah" aku mencoba meminta keringanan
"Tidak ada. Ayo segera maju. Atau kamu belum punya setoran??"
"Sampun ustadzah"
Mau tak mau aku tetap berjalan dengan lutut menuju bangku ustadzah. Begitulah cara santri berjalan dihadapan gurunya. Tidak dengan berdiri apalagi asal nyelonong. Karna bagi santri akhlak itu diatas ilmu. Maka dari itu sudah sepatutnya seorang santri ta'dzim pada sang guru.
Aku memulai hafalanku dengan lancar. Sampai akhirnya tiba pada nadzom ke 16 satar tsani setoranku berhenti. Padahal kurang 4 lagi.
Aku sudah memutar otak dengan mengulang2 2 nadzom terakhir yang sudah aku baca tadi. Tapi tetap saja kelanjutan satar itu tidak ku ingat.
"Bagaimana tyas? Menyerah?"
Aku hanya diam mendengar teguran ustadzah.
"Silahkan berdiri diluar sampai jam pergantian jam. Dan jangan kembali duduk sebelum ustadz kalian rawuh"
Aku mengikuti perintah ustadzah untuk berdiri diluar kelas. Memalukan sekali. Bukan hanya dilihat sesama santri. Tapi ustadz2 yang berlalu lalang pun memperhatikan santri2 yang berdiri diluar kelas.
30 menit kemudian kenteng pergantian jam berbunyi. Aku belum bisa berlega diri karna masih harus menunggu ustadz faisal rawuh.
"Kalian semua. Segera masuk kelas" suara familiar itu mengagetkanku dan ke empat temanku yang dihukum berdiri. ternyata Ustadz faisal rawuh sangat awal.
Ustadz faisal mengucapkan salamnya. Namun beliau tidak langsung membuka kitab untuk memulai pelajaran pagi ini.
"Kalian yang tadi kejejer diluar. Silahkan berdiri selama pelajaran saya berlangsung"
Yah. Sudah biasa bagi kami semua. Hanya karna tidak setoran sekali. Maka kami akan mendapatkan hukuman berkali2 dari setiap ustadz. Beginilah resikonya kalau tidak sepenuhnya memperjuangkan mas malik.
Duh mas malik. Besok tidak akan ku ulangi kesalahan yang sama lagi. Cukup hari ini saja aku berdiri.
Batinku saat menjalani hukuman dari ustadz faisal.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏Ada yang nungguin kelanjutan part dari cerita ini??
Garing gak sih menurut kalian? Coment donk🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta untuk mas Malik
Short Storygadis ini (ayundaning tyas) sedang berjuang. menempuh sesuatu yang dulunya dianggap benar2 hanya angan2. bagaimana tidak, gadis cantik berumur 18 itu harus berjuang mati2an untuk mengkhatamkan hafalan alfiyahnya. mungkin sebagian orang menganggapny...