Tulisan tentang Masa Kecil

31 4 0
                                    

Mengalir... asal mengikuti arus yang baik tidak akan tersesat.

Hai sobat kecil yang kini sudah menua diterjang masa dan menjadikanmu tumbuh dewasa.
Gimana? Menjadi dewasa itu enak nggak?
Atau diam-diam kalian menyesali proses pertumbuhan dewasa yang tidak kalian inginkan. Ups. Memangnya ada ya ??
Aku punya sepenggal kisah yang mungkin beberapa dari kalian pun juga mengalami hal yang sama. Kalau iya, mari bersulang (dalam khayalan.hehe)
Kalau ditarik kembali nih benang merah yang berisi kenangan kenangan masa lalu itu.. rasanya aku pingin banget berlari dan memperbaiki sesuai apa yang ku kehendaki. Tapi kan kita bukan doraemon yang punya mesin pembalik waktu. Jadi baiknya kita ingat-ingat aja sambil menata hati untuk mempersiapkan yang lebih baik dari sebelum-sebelumnya.

Masa kecil yang monoton. Itu mungkin kalimat yang tepat . Gimana engga? Tiap hari aku hanya belajar,main berbi, tidur siang, mandi, belajar. Begitu terus sampai aku lulus sekolah dasar.
Namun ketika aku menoleh ke sebrang jendela, aku lihat anak-anak seusiaku main di empang, bersenda gurau, naik pohon, bersepeda, rasanya aku lihat banyak pelangi yang bergantungan di atas kepala mereka .
Bukan seperti awan mendung yang tiap hari bergantung di kepalaku . Oooh ibuu!! Kenapa ibu tega ya ngelakuin ini sama aku? Ya, begitu terus yang aku keluhkan tiap melihat anak-anak yang lain bisa bebas bereksplorasi menjelajah manapun sesuka hati.

Pernah sesekali aku coba main dengan mereka. Masya Allah.. rasanya memang semua beban yang dipikul sepulang sekolah itu musnah seketika. Aku sampai nggak bisa membayangkan soal hari esok. Yang aku lihat dan rasakan adalah hari ini yang begitu menyenangkan. Nggak ada bayang-bayang kertas dan bolpoin beserta kawan-kawannya di kepala. Seruuuuuu bangettttt..

Ehh tapi , keseruan itu nggak bisa aku rasakan lama-lama karena aku harus kembali pada realita. Pulang dan kembali jadi anak ibu yang rajin. Dan benar saja, semua euforia keindahan itu lenyap saat aku lihat ibu sudah mematung di depan pintu rumah dengan wajah garang. Pasti kalian bisa tebak kan.. kira kira apa yang terjadi selanjutnya ketika aku menginjakkan kaki dan masuk ke dalam rumah.
Yap! Dimarahin habis2an. Kenapa? Iya, aku tau aku salah . Jelas ibu marah, aku bermain sejak pagi sampai sore. Dan parahnya, aku sampai meninggalkan sholat fardhuku yang menjadi hal paling inti atas semua kemurkaan ibu. :(

Nah dari sini aku bisa mengambil pelajaran. Bahwa ternyata aku pun sudah merasakan kilaunya dunia bahkan sejak aku kecil. Apa itu kilaunya dunia ? Ya, sesuatu bersifat duniawi yang bisa membuat kita lupa dengan kewajiban pada Sang Ilahi.
Aku benar-benar menyesal. Aku bukan hanya takut sama ibu, tapi juga takut malaikat atid sedang menertawakan aku entah sampai ngompol kali . Intinya aku benar merasa bersalah dan mengakui kesalahan itu.
Mungkin memang bermain sama mereka sangat asyik. Asyik banget malah. Aku ngerasa masa kecilku sempurna. Tapi, dari kejadian inipun aku jadi tau. Sesuatu mana yang terbaik untuk aku. Ibu melakukan ini semua juga untuk kebaikan aku. Ibu ingin aku main nggak jauh-jauh ya supaya ibu bisa terus mengontrol aku, ngingetin aku sholat, makan, dan tidur siang karena malam aku harus belajar . Ibu lakuin itu semua supaya aku dapat ranking. Supaya aku bisa disiplin, ngerti aturan, dan waktu.

Semua itu udah ibu rencakan tanpa aku sadari. Selama ini aku cuma ngerasa seneng pas dapat ranking, bangga nilaiku bagus, semangat pas tau rivalku dapat nilai lebih tinggi dari aku, ya semua memang soal kedisiplinan . Hal hal seperti itu yang baru aku rasakan dampaknya sekarang. Mungkin waktu masih kecil, semua rutinitas yang udah ibu pasalkan dalam duniaku itu terasa membosankan dan bagai neraka tak berujung.

Jadi , kawan-kawan semua. Apapun yang ibu suruh asal menurut kalian itu hal baik, tolong jangan dilanggar ya . Kita nggak akan tau seperti apa kita kedepannya. Siapa tau saja, dampak atas semua yang ibu ajarkan pada kita itu bisa kita rasakan di kemudian hari, oh atau beberapa tahun kemudian. Layaknya ladang yang lagi kita tanam , semua akan berbuah indah pada masanya .

Jangan lupa baca bagian selanjutnya ya :)

Tulisan NonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang