PART 01

8 2 2
                                    

“RAKA Nugraha, bagus ya sudah telat masuk dengan santainya manjat masuk dari tembok belakang sekolah kamu pikir sekolah ini gak ada sistem pantauan keamanannya?"

"Ya bagus dong Pak. Bapak harusnya bangga punya murid seperti saya."

PRAKK!

"Bangga udelmu. Murid gak tahu malu dan sering melanggar peraturan apa itu yang harus bapak banggakan?!"

Percayalah, itu yang Retta pertama kali dengar saat ingin menjejakkan kaki ke Ruang BK.

Retta meringgis mendengar dari luar ruangan berkali-kali Pak Wawan menyentak menggunakan mistar besi. Sembari melempar rasa geram hingga terdengar keluar ruangan pada sang partner bermasalah pagi ini.

Bukan tanpa alasan Retta berdiri didepan ruang terkutuk ini. Pagi ditengah pelajaran berlangsung Retta saja izin ke kamar mandi, lalu sepulang itu tak sengaja bertemu Bu Linda meminta tolong padanya untuk mengantarkan dokumen-dokumen saat ini sekarang dipelukannya pada Pak Wawan di ruang BK-nya.

Dengan hati-hati, Retta mulai mengetuk pintu. "Permisi Pak,"

Lantas Pak Wawan serta partner bermasalah itu menoleh ke arah Retta.

Astaga, Raka lagi rupanya batin Retta ketika melihat siapa santapan amuk Guru BK hari ini.

"Ada apa, Aretta?" Tanya Pak Wawan.

"I-ini Pak," Retta meletakan dokumen-dokumennya ke hadapan Pak Wawan, "Saya cuman ngantar dokumen yang dititip dari Bu Linda."

"Oh begitu, terima kasih banyak ya." Ucapnya.

"Iya sama-sama Pak, kalau begitu saya permisi."

"Saya juga permisi juga ya, Pak." Ujar Raka yang tiba-tiba berdiri dan langsung berdiri disamping Retta,

"Ayo kita kekelas bareng yuk."

Retta memandangi Raka. Wajah itu tampak tak berdosa dengan betingkah sirat ingin melarikan diri dari kecaman yang berurusan dengan guru menyebalkannya.

"HEH! Apa-apaan kamu!" Pak Wawan langsung menarik lengan Raka dan memaksa duduk kembali, "Belum selesai kamu berurusan sama Bapak, mau coba-coba kabur aja! Harusnya kamu tuh malu sedikit, kamu disini dididik untuk jadi anak yang senantiasa berperilaku rapi, tertib, dan disiplin,"

"Seperti Aretta teman satu angkatanmu ini nih. Dia murid yang baik, point nya masih 98% nyaris tidak pernah membuat kesalahan selama 3 tahun bersekolah. Iya kan nak?"

Retta tidak menyangka akan menjadi bahan perbandingan disini.

Retta hanya menanggapinya dengan senyum canggung. Tapi sesaat Raka membantah.

"Gak bisa gitu dong, Pak. Raka Nugraha tetap Raka Nugraha. Aretta ya Aretta. Beda. Saya gak suka bandingin bapak bandingin saya dengan murid lain, cukup emak saya yang bandingin saya sama anak tetangga!"

Retta menelan salivanya kasar. Situasi panas ini, sebaik ia harus segera pergi. "S-saya permisi dulu ya, Pak balik ke kel—"

"Tunggu sebentar, Aretta." Cegah Pak Wawan masih menatap Raka dengan tatapan mengintimidasi. "Kamu masih niat sekolah?"

"Niatlah, Pak. Kalo saya niatnya ngamen saya gak akan ada di sini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sepanjangan PerjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang