Flashback

393 40 3
                                    

1 Tahun Yang Lalu..

"Tembak si keynan besok, sebelum upacara dimulai" Rempak mereka bertiga.

"Hehh gak gak gila lo pada" kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Ara.

Jika kalian bingung mengapa ketiga sahabat Ara memberikan tantangan seperti itu jawabannya adalah mereka cocok,mereka juga saling mengenal tetapi tak begitu dekat.
Apalagi akhir-akhir ini mereka sudah melakukan Belajar Bersama untuk mewakili olimpiade matematika dan alhasil mereka juara 1 seibu kota.

Eits jangan lupa keynan tidak hanya diberi wajah tampan tetapi juga otak yang pintar.

Ara menatap tak percaya pada ketiga sahabatnya itu.
"Kenapa?" Kanin bertanya dengan salah satu alis terangkat

"Gak gue gak mau!" Ara memalingkan wajahnya seraya melipat kedua tangannya didepan dada. Hellow enak saja Ara harus melakukan itu mau ditaro dimana mukanya nanti?

"No, gak bisa gitu sportif dong ra" protes Ziva yang diangguki semuanya terkecuali Ara.

"Kak Rachel aja yang cantik ditolak mentah-mentah apa kabar gue?" Ucap Ara dengan nada kesal.

Ara menoleh kearah Talia dengan tatapan memelas berharap Talia akan membantunya, namun  kembali lagi nasib Ara kurang beruntung kali ini .Talia  malah ikut-ikutan menyudutkannya menyebalkan!

Segala cara untuk membujuk ketiga sahabatnya sudah Ara lakukan tetapi mereka tetep kekeuh dengan tantangan yang sudah diberikan.

Mau Gimana Lagi Arapun hanya bisa pasrah. Nasi sudah menjadi bubur, mau tak mau Ara harus menerima tangtangan itu.

"Kita liat nanti aja" batin Ara tak rela

 
****

"Ara bangun" panggil Sania (ibu Zara)Ia Menggeleng pelan melihat putrinya yang masih nyaman bergelayut dengan selimut bermotif doraemon itu.

Sania berjalan mendekati putrinya
"Ara bangun sayang" Tetapi sang empu malah menarik selimutnya kembali untuk menutupi seluruh tubuhnya.

"ZARA THISANIA RAVANDRA" teriak Sania begitu menggelegar hingga membuat Erlangga yang sedang makan pun tersedak.

"Mama ...Kebakaran.. kebakaran" teriak Ara  yang sudah berdiri dengan bantal guling dipelukannya.

Sania ingin sekali tertawa saat melihat reaksi putrinya itu, tetapi ia tahan karena ia sedang marah pada Ara yang sulit untuk bangun.

Ara Melihat mamanya yang sedang berdiri dengan sorot mata yang seakan ingin membunuh.
"Eh mama.. kirain Ara ada kebakaran" ucap Ara sambil mengicir kekamar mandi sebelum mamanya benar-benar membunuhnya.

Kini Ara sudah siap dengan baju seragamnya . Ara turun untuk sarapan bersama, dimana Sudah Ada ayah Dan Ibunya. Kemana Erlangga? ah Iya Ara hampir lupa jika abangnya itu sudah berangkat ke Bandung  untuk mengambil  tiketnya yang tertinggal.
"Sungguh Ceroboh" Batin Ara.

Beberapa menit kemudian Ara menyelesaikan sarapannya.
"Ara udah selesai Ara berangkat dulu mah,pah Assalamu'alaikum" pamit Ara sambil menyalami kedua orangtuanya

"Wa'alaikum Salam, hati-hati"

Ara POV.

Aku turun dari mobil dengan sangat amat malas karena hari ini adalah hari Senin dimana semuanya harus berpanas-panasan ditengah lapang.

aku Berlari menuju kelasku yang berada dilantai dua. Karena memang itu khusus untuk kelas XI.

Aku buru-buru berlari Bukan karena ingin menghindari ketiga sahabatku,Tetapi ini masih pagi woy..yakali udah bikin rusuh.

KEYZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang