Semenjak Alice menghilang, ada rasa cemas dalam diri Aaron. Ia mengkhawatirkan gadis itu. Apakah siksaannya sangat kejam, apakah itu sangat menyakitkan dan sebagainya.
"Aaron? Aaron! Kamu denger ibu ngomong apa?"
"Iya, bu. Maaf,"
"Jangan melamun saat pembelajaran ibu!" Aaron hanya mengangguk.
Pembelajaran kembali dilanjutkan sampai akhirnya bel berbunyi.
"Ibu sudahi pertemuan kali ini, sampai jumpa di lain waktu!" semua anak membungkuk.
"Aaron, games?"
"Aku lagi banyak pikiran, sorry"
"That's okay, aku duluan ya!" Aaron mengangguk.
Aaron pergi ke kamar mandi hanya untuk sekadar membasuh mukanya. Ia merasa seperti sesuatu lewat dibelakangnya, namun saat ia berbalik tak ada apa-apa.
"Hai!"
"Awh, sh–" hampir saja Aaron berkata kasar, "Who you are?"
"Samantha,"
"Oh? Then, kamu dicari sama olaf,"
"Olaf siapa?"
"No, forget it." Aaron tertawa kecil
"Jadi, kamu orang yang dijaga sama Alice?"
"Mungkin," jawab Aaron sambil menaiki satu alisnya.
Samantha mengangguk, "Panggil aku Sam," ujarnya.
"Aaron,"
Sam tersenyum, "I know you"
Aaron keluar dari kamar mandi lalu pergi ke parkiran sambil mendengarkan ocehan Sam. Aaron menyalakan motornya, "Aku ikut ya?" Aaron hanya menggidikkan bahunya.
"Bun, Aaron pulang"
"Mau makan?"
"Nanti aja deh, bun. Nanti Aaron ambil sendiri," Bunda menggangguk.
Aaron pergi ke kamarnya. "Bisa gak sih kamu jangan ngikutin terus?"
"Aku gak ada tujuan lain, aku pindah dimensi ya emang karena mau ketemu kamu."
"Buat apa?"
"Cuma mau liat muka kamu,"
Aaron memutar bola matanya, "Gak ada kerjaan banget,"
Sam hanya tersenyum.
"Kamu beda dari Alice,"
"Kita emang beda jenis, Aaron"
"Dia menyenangkan, sedangkan kamu nggak. I see"
Sam hanya memutar bola matanya, "Kayaknya Alice suka deh sama kamu."
"Mana ada? Bercanda aja,"
"Nggak ada satupun Aaric yang berani ngasih tau rahasia Death Bed ke orang yang punya kelebihan itu. Alice satu-satunya. Padahal dia tau Aldrich bakal ngehukum dia,"
"Aaric? Aldrich?"
"Aaric itu golongan Alice, Aaron. Mereka yang selalu menjaga para Death Bed, mau mereka percaya atau nggak. Aldrich itu golongan aku. Aku yang menghukum para Aaric,"
"W-what?"
"Tapi aku masih terlalu kecil untuk menyiksa para Aaric, Aldrich cuma boleh hukum Aaric kalau mereka udah 30 tahun lebih."
"Apa bedanya kalian? Kalian punya keturunan?"
"No, Aaron. Kita bahkan nggak saling kenal asalnya, kita para Death Bed yang mati. Kalau semasa hidup kamu berbuat baik, maka kamu akan menjadi Aaric. Kalau semasa hidup kamu berbuat jahat, maka kamu akan menjadi Aldrich."
"Berarti dulu kamu jahat?"
"Udah gausah dibahas,"
Aaron mengangkat bahunya, "Lalu kamu ngapain disini?"
"Mengantikan Alice untuk menjaga Death Bed, siapa lagi kalau bukan kamu"
"Kenapa?"
"Nggak sedikit Death Bed yang udah tau mereka punya kelebihan ini bunuh diri. Death Bed yang bunuh diri akan disiksa selamanya oleh Aldrich, bahkan Aaric yang berperilaku lembut dan suka menolong, nggak bisa berbuat apa-apa buat menolong mereka. Mereka golongan Adhean,"
"Aku nggak akan bunuh diri, udah sana kamu balik ke dimensi kamu."
"Aku juga maunya gitu, tapi permintaan Aaric yang disiksa harus dikabulkan."
"Alice minta apa?"
"Minta salah satu dari Aldrich menjaga kamu. Sialnya aku yang kepilih,"
"Well, okay."
"Bisa nggak pergi dari kamarku? Aku mau tidur, aku gak suka diliatin pas tidur.""Iya, aku pergi dasar bawel."
Sudah 2 hari Aaron tak bertemu dengan Alice. Entah kenapa, ada rasa rindu menyelimuti hatinya.
Kepergian Alice malah mendatangkan sosok yang menyebalkan menurutnya.
"Sam, apa aku bisa melihat reinkarnasiku?"
"Sebenarnya aku bisa mencobanya, namun aku akan dihukum tidak boleh keluar selama 15 hari. Itu tidak menyenangkan kamu tau?"
"Gimana cara para Aldrich tau kalau kamu menggunakan kekuatan kamu untuk melihat reinkarnasiku?"
"Ada semacam Acris didalam tubuh para Aldrich dan Aaric. Seperti bagaimana golonganku tau kalau Alice memberitahumu sesuatu mengenai Death Bed." Sam menjawab, "Tapi kamu tau? Alice bahkan tidak menunggu dirinya dipanggil oleh Aldrich. Ia menyerahkan dirinya sendiri,"
Aaron mengangguk tanda mengerti.
"Pasti semasa hidupnya ia adalah orang yang sangat baik."
"Yeah, she is."
"Gimana kamu tau? Apa Acris bisa membuat kalian mengetahui masa lalu satu sama lain?"
"No, Aaron. Tapi dulu kita kenal, dan aku bener-bener nyesel,"
"Kalian kenapa?"
"Kamu mungkin bakal benci aku kalau aku cerita. Karena aku tau kamu mulai kangen kan sama Alice?" Sam tertawa mengejek.
"Y–ya, emang kalau kangen kenapa? Kita kan udah berteman,"
"Kamu bahkan sebelumnya nggak percaya sama dia, Aaron."
"Ok, iya emang aku nggak percaya. Tapi kan kangen bukan berarti suka!"
"Aku bahkan nggak bilang kalau kamu suka sama dia atau nggak, Aaron."
"Argh, so what? Kamu bakal ngasih tau aku apa nggak?"
"Ok, iya aku kasih tau. Jadi dulu...,"
———Death Bed 2
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Bed
Fantasy"No, don't sleep! I'm begging you, you don't want to die, right?" arxthophile©2020