Api - Kamu telah berjanji

51 6 1
                                    

"Kakak!"

Anak laki - laki berumur 7 tahun itu berlari dengan napas yang terengah-engah. Keringat bercucuran didahinya, kain sutra yang dipakainya basah hingga menempel di punggung. Walaupun begitu, senyum pernah tak lepas dari wajahnya. Matanya seakan bersinar mencerminkan terangnya bintang bintang di bulan Maret saat itu.

"Shh, Mark Lee hati-hati! Kau bisa saja terluka jika berlari tanpa melihat-lihat pijakanmu" kata seorang anak laki-laki berlesung pipi yang tampak lebih dewasa daripada Mark.

"Eumm, aku kan hanya senang karena kakak kembali lagi kerumah." Mark memayunkan bibirnya dengan lucu. Hal ini menggelitik anak laki-laki berlesung pipi tersebut untuk mencubit pipi sang adik, Mark.

"Kakak hanya khawatir bodoh. Lagipula kenapa kamu belum tidur? Ini sudah sangat larut." Jaehyun berkata sambil menatap langit malam. Bintang - bintang selalu menjadi favoritnya, rasanya ia bisa menghabiskan seluruh waktu tidurnya hanya untuk melihat dan memperlajari setiap susunan bintang yang ada.

"Eoh? Aku hanya bosan. Aku sudah besar kak, lagipula tidak ada gunanya jika aku memaksa untuk tidur." Mark mengernyitkan alisnya dengan berkacak pinggang. Khas seperti bocah tengil yang bisa ditemui dengan mudah di bus.

"Hehehe yasudah ayo masuk" sahut sang kakak singkat dengan tersenyum lembut.

"YOOO!!" Mark menjawab dengan semangat. Kaki -kaki kecilnya berlari dengan ringan dan sesekali tersandung yang mana akan mengundang kekehan kecil dari kakaknya.

.
.
.

"Aaa Jaehyun anakku, ibu sangat khawatir dengan dirimu. Bagaimana ujiannya?" Sosok wanita paruh baya dengan lesung pipi yang sama seperti anaknya tersenyum lembut. Ditangannya terdapat sepanci penuh sup ayam, dengan hati - hati diletakkan di meja ruang makan.

"Baik bu! Ada petarung yang hebat, tapi aku berhasil mengalahkannya!" Sahut Jaehyun semangat sambil mengepalkan tangannya didepan dada.

"Oh? Pengguna elemen apa?" Tanya sang ibu sambil menarik kursi didepan sang anak.

"Udara, dia sangat gegabah. Seperti tidak tahu saja kalau angin hanya akan memperbesar kobaran api eheheheh" jawab Jaehyun terkekeh.

"A..aku juga mau menjadi pengendali api!" Kata Mark tiba-tiba menyela percakapan sang Ibu dengan sang Kakak. Mark duduk disamping Jaehyun sambil memainkan sendoknya. Wajahnya sangat lucu dengan mata berbinar menatap sang kakak. Walaupun terdapat ketidak pastian diwajahnya.

"Tentu saja Mark, kedua orangtuamu adalah pengendali api. Pastilah anakku jadi pengendali api hehe" Jawab Ibu terkekeh lucu. Lucu sekali anak bungsunya, sangat polos, pikirnya.

"Ya Mark, kamu akan mengendalikan api yang hebat juga. Kita akan menggunakan kekuatan kita untuk menjaga perdamaian dunia. Jangan sampai sejarah di masa lalu terulang lagi." Jawab Jaehyun dengan lembut. Kendati demikian, siapapun yang mendengarkannya dapat merasakan kharisma di anak berumur 9 tahun tersebut. Nada ketegasan dan tenang membaluti setiap kata yang diucapkannya.

"Aye brother!" Sahut Mark singkat dan tegas.

Sang Ibu hanya tersenyum mendengarkan percakapan kedua putranya. Dibenaknya ia sangat bersyukur karena telah melahirkan dua malaikan ini. Ah..  ngomong-ngomong tentang anak, sang Ayah belum terlihat dari tadi.

"Kalian makanlah dulu, Ibu mau melihat ayah sebentar diatas." Kata Ibu dengan lembut.

"Tidak bu, mana boleh kami makan mendahului ayah dan ibu?. Kami tunggu saja, toh tadi kami sudah makan cemilan" sahut Jaehyun

"Ibu akan lama, makanlah dulu sebelum makanannya dingin" sang Ibu mengusak kepala kedua putranya dan melenggang pergi ke kamarnya.

.
.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Four Elements (Empat Elemen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang