Sudah dua tahun.
Sudah dua tahun lamanya, tapi rasanya masih sama saja.
Laptop yang dulunya dipakai untuk menuliskan cerita tentang dia, kini dibiarkan terletak hingga berdebu di atas meja belajar. Meski tidak dipakai, si-empunya tetap men-charge laptop yang sempat menghiasi hari-harinya.
Dua tahun yang lalu, Bintang Andromeda memilih untuk berhenti dalam menulis. Gadis itu berhenti menyentuh dunia orange. Tepat dua tahun yang lalu, saat ia merasa dunia memang tidak pernah berpihak kepadanya. Semesta membencinya.
Tapi hari ini, entah keberanian dari mana, gadis yang kini disapa Binta itu malah duduk di kursi meja belajar. Di temani secangkir coklat panas, ia mulai membersihkan laptop putih berlogo apel digigit.
Laptopnya masih sama.
Kenangannya masih sama.
Rasa senangnya masih sama.
Rasa sakitnya sedikit pun tak terlupa.
Binta menyalakan laptopnya. Pasword laptop sama dengan tanggal hari ini, namun tahun yang berbeda. 170419.
Layar laptop langsung tertampil fotonya dengan dua orang yang begitu ia sayangi.
Melihatnya foto saja, rasa sakit yang selama ini teredam muncul kepermukaan. Rasanya sangat sakit. Tetesan air mata pun tidak bisa dihentikan Binta.
Tidak ada yang lebih menyakitkan dari pada meninggalkan orang yang kita sayang.
Binta mulai membuka file-file yang tak pernah ia sentuh lagi. Membuka dokumen-dokumen cerita yang tak pernah ia lanjutkan. Semuanya masih sama. Ceritanya masih sama. Rasa ketika melihatnya yang berbeda. Dulu ... ketika menuliskan cerita itu, Binta merasa menjadi putri yang paling bahagia. Sekarang, ketika membacanya, Binta tersadarkan.
Ia tidak pernah lebih dari seorang Binta. Bintang Andromeda yang malang.
________________
Tunggu, ya.
Cerita ini sulit untuk dituliskan, karena memang menyakitkan ketika mengingat kenangan yang selamanya akan menjadi kenangan.Tertanda,
Halu-sinasi, Si Bintang Andromeda tanpa Baskara.
support aku di: https://trakteer.id/somedays