Sebuah catatan singkat sebelum memulai segalanya.
•••
Catatan dari Faihyuu:
Halo, Faihyuu di sini~
Seperti yang bisa kalian baca; saya dan BukiNyan berkolaborasi untuk menciptakan suatu karya fanfiksi. Dan sejujurnya, saya mengalami golak batin saat ditawari untuk kolaborasi.
Sebelumnya, terima kasih kepada BukiNyan yang sudah menawarkan saya untuk kolaborasi menciptakan karya dengan ide yang luar biasa.
Tadi saya bilang, saya mengalami golak batin 'kan? Ya, begitulah.
Ada rasa bahagia, bagaimanapun juga BukiNyan adalah author kesukaan saya dari zaman baheula. Ada rasa takut juga, saya masih baru, kentang dan sangat takut jikalau malah terkesan menghancurkan idenya. Namun ini adalah sebuah tantangan, dan tentu saja saya bakal berusaha sekuat tenaga.
Mohon bantuannya!
•••
Catatan dari BukiNyan:
Hai, di sini BukiNyan, saya memutuskan untuk mencari pasangan demi menampung ide-ide yang menumpuk. Terima kasih Faihyuu yang telah menerima tawaran dari saya dalam berkolaborasi. Sejujurnya, saya tidak pernah berpikir akan berkolaborasi. Saya selalu berpikir saya dapat menulis semuanya sendiri.
Karena banyak tugas yang harus diselesaikan, saya memutuskan demikian. Tidak ada waktu bagi saya mengembangkan semua ide-ide itu tanpa bantuan orang lain---melihat Fai seorang pengangguran, saya tergerak untuk memanfaatkan dia, hohohoho.
Cukup itu saja dariku. Terima kasih sudah mampir dalam karya How to Buy a Wife (judul terinspirasi dari How to Buy a Friend, tenang isinya tidak akan sama), semoga kalian menikmati apa yang kami berdua persembahkan.
•••
SELAMAT BERSENANG-SENANG!
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Buy a Wife
FanfictionSebelum kematian neneknya karena sakit. Naruto tidak pernah menyadari jika kehidupan kejam tengah menanti. Di usianya yang masih kecil; berlari bebas serta pergi mencari kerang di pantai; menanam sayuran di belakang rumah tradisionalnya, sesuatu ya...
