Pertemuan (Bagian 1)

22 1 1
                                    

Melody Hellonia Rynsm, gadis cantik bermata coklat gelap itu terlihat sedang duduk menyendiri di bawah pohon Oak Regent’s Park London, taman terluas di London yang luasnya sekitar 166 hektar. Taman ini memiliki desain lanskap dan tata letak yang sangat strategis di pusat kota. Padang rumput hijau yang luas ditambah jalan setapak untuk berolah raga dan berjalan-jalan menambah keindahan Regent’s Park. Tatapan matanya terfokus akan hasil bidikannya pada kamera DSLR yang ia bawa tak perduli dengan rambut cokelat lebatnya yang sesekali terbang tertiup angin.

“Bagaimana hasil bidikanmu?” Tanya seseorang yang tiba-tiba duduk di sampingnya sembari menepuk bahunya.

“Bagus, tapi Aku masih belum puas. Aku masih ingin mengabadikan setiap moments yang Aku lewati sampai waktu itu tiba.” Jawab Melody tanpa mengindahkan tepukan pada bahunya.

“Apakah kau tidak lelah terus-terusan pergi ke suatu tempat yang berbeda setiap harinya Melo?” Tanya orang itu lagi.

Melody pun mulai mengangkat kepalanya yang awalnya menunduk menjadi tegap dan memutar kedua bola matanya jengah.

“Emma, Aku tidak masalah dengan semua itu, malah Aku senang melakukannya.” Senyuman Melody terukir sempurna ketika ia melontarkan jawabannya tersebut.

“Oke baiklah. Waktu sudah mulai sore, cuaca pun kian semakin gelap. Aku rasa sebentar lagi akan turun hujan. Sebaiknya kita pulang Melo.” Ajak Emma kepada sahabatnya itu.

“Nanti. Kau saja yang pulang terlebih dahulu.” Setelah Melody berkata seperti itu ia kembali memfokuskan pandangannya kepada kamera miliknya.

“Huhh, terserah kau sajalah Melody. Dasar gadis keras kepala.” Jawab Emma menahan kekesalan kepada sahabatnya itu.

Emma pun bangkit dari duduknya kemudian berjalan meninggalkan Melody sendiri di taman itu.

***

Tak lama setelah kepergian Emma hujan pun turun membasahi kota London. Melody yang sedang serius memandangi hasil bidikannya tersentak kaget akan rintik-rintik hujan yang tiba-tiba saja membasahi tubuhnyadengan deras. Melody segera berlari keluar dari Regent’s Parkuntuk mencari tempat berteduh. Tetapi ketika di tengah kesibukannya berlari , tak sengaja ada seseorang yang menabraknya sehingga membuat kamera yang ada di genggamannya terhempas begitu saja ke tanah yang basah akan air hujan yang tengah mengguyur tanah kota London.

“Kameraku…” teriak Melody dengan histeris. Sedangkan orang yang baru saja menabraknya berdiri mematung sambil memperhatikan raut kehisterisan Melody yang tergambar jelas diwajah gadis itu.

“Hei kau, biasa tidak kalau berlari itu hati-hati. Kau punya kedua matakan? Gunakan kedua matamu itu untuk melihat. Sekarang lihat kameraku. Sudah basah jatuh pula.” Sambar Melody tanpa henti, menyebabkan orang yang ada di hadapannya itu menyernyitkan dahi bingung.

“Maaf Mam.” Dengan singkat orang itu menanggapi ocehan Melody yang hampir membuat telinga siapa saya yang mendengarnya terasa berdengung.

“Apa kau bilang Mam? Aku ini masih muda kau tahu?” protes Melody.

“Aku tidak perduli. Maaf.” Orang itu pun kembali melanjutkan larinya menuju area parkir kendaraan yang ada di Regent’s Park.

“Hei kau pria gila, kau harus tanggung jawab dengan perbuatanmu ini hei.” Teriak Melody sambil melambaikan tangan kanannya di udara, berharap pria yang sedang berlari menjauhinya itu akan berhenti dan menyadari kesalahan yang harus dipertanggung jawabkan oleh pria itu. Tapi pria itu tetap saja belari seakan-akan tidak ada sesuatu yang terjadi sebelumnya.

“Dasar pria gila, aneh. Arghh gila!” umpat Melody lalu meninggalkan Regent’s Parkdengan badan yang sudah basah terkena guyuran air hujan setelah sebelumnya menggambil kameranya yang terjatuh di tanah.

***

Hari ini aku menelusuri jalan kecil yang terletak tepat di tepi sungai Thames. Jalan ini bernama Queen’s Walk yang menyediakan jalur pejalan kaki yang nyaman dengan pemandangan yang indah sepanjang jalan. Tak hanya melewati bangunan-bangunan indah yang menjadi landmark kota London, jalan ini juga dihiasi dengan deretan pohon rindang dan tiang lampu cantik yang menciptakan pemandangan yang romantis. Di beberapa tempat juga dilengkapi dengan bangku taman yang bisa digunakan untuk beristirahat atau bersantai sambil menikmati pemandangan yang indah. Jalan tepi sungai ini menjadi salah satu tempat paling romantis dan favorit di area London.

Jalan khusus pejalan kaki ini membentang sepanjang beberapa mil dari Lambeth Bridge Tower dan merupakan bagian dari Thames Path di South Bank, London. Mungkin banyak yang tidak tahu kalau jalan tepi sungai Thames di sisi South Bank ini punya nama, yaitu Queen’s Walk. Bagi yang tidak tahu mungkin hanya menyebutnya sebagai Thames path atau Thames riverside promenade.

Rasanya sangat berbeda berjalan tanpa adanya Kamera DSLR ku, tanpanya aku tidak bisa mengabadikan setiap keindahan yang tergambar jelas di penjuru tempat ini dan itu semua akibat laki-laki aneh yang kemarin sore menabrakku. Jika suatu saat nanti aku bertemu kembali dengan pria aneh dan menjijikan itu, akan aku abisi dia. Enak saja menjatuhkan kamera kesayanganku tanpa bertanggung jawab pula.

“Oke, tenangkan pikiranmu Melody. Jangan teringat dengan pria aneh itu lagi oke. Tenang. Huftt.” Sugesti Melody kepada dirinya sendiri.

Ketika aku sedang menyusuri Queen’s Walk, tidak sengaja mataku menemukan seorang pria dengan jaket birunya duduk menyendiri sambil membaca sebuah buku tebal bercover coklat kusam dengan headphone yang menghiasi bagian kepala hingga kupingnya di salah satu bangku di sepanjang jalan ini. Sepertinya aku mengenal pria itu. Aku mencoba mengingatnya dengan dahi yang dikerutkan, menampakkan satu sampai dua garis kerutan di dahiku.

“Ahh, aku ingat..” desahku ketika berhasil mengingat siapa pria itu.

Dengan keyakinan yang kuat, aku mulai mendekati pria itu dengan dagu yang agak kunaikkan sedikit ke atas seakan-akan membuktikan bahwa aku tidak takut padanya.

Sepertinya dia tidak menyadari akan kedatanganku. Buktinya ketika aku sudah berada tepat di depannya, ia masih tetap pada posisi semula. Memfokuskan pandangannya pada buku yang ia bawa. Baru setelah aku menepuk bahunya dia mengalihkan fokusnya kapadaku. Tatapannya tajam, menembus tepat pada kedua bola mata coklat gelapku. Tatapan itu seolah-olah menusukku, mengintimidasiku yang entah sejak kapan menahan nafas ketika ia menatapku seperti itu.

to be continued

****

Semoga suka sama cerita yang gue buat ini. Sorry for typo or etc. Maklum ini baru permulaan.
jangan lupa tinggalkan jejak ya Readers. Vote and Commentnya ditunggu. ;)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Remember Me..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang